Diagnosis Keracunan Methanol
Diagnosis keracunan methanol cukup sulit untuk ditegakkan pada pasien yang sengaja meminum methanol dengan tanda dan gejala yang tidak spesifik. Pasien yang mengkonsumsi alkohol dapat datang dalam berbagai kondisi, mulai dari asimptomatik hingga kondisi intoksikasi berat dengan asidosis metabolik. Diagnosis dari keracunan methanol ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang.[2]
Anamnesis
Penggalian riwayat konsumsi methanol pada pasien yang tidak sengaja mengonsumsinya cukup mudah dilakukan karena umumnya pasien melaporkan sendiri atau ada saksi mata yang dapat memberikan keterangan. Tetapi pasien yang mengonsumsi methanol dengan sengaja cenderung tidak mau mengakui perbuatannya sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang jelas.[2]
Periode laten terjadi sekitar 12-24 jam setelah ingesti methanol, dimana pasien cenderung terlihat normal tanpa tanda dan gejala intoksikasi. Setelah itu, beberapa tanda dan keluhan mulai muncul, tergantung dari onset, dosis, dan rute masuk zat tersebut. Meskipun periode laten berlangsung selama 12-24 jam, namun pada beberapa kasus gejala ditemukan dalam 30 menit setelah ingesti. Gejala muncul lebih lama pada pasien yang meminum methanol bersamaan dengan ethanol karena metabolisme ethanol berkompetisi dengan methanol.[2,3]
Beberapa hal yang harus digali pada anamnesis:
- Waktu mengonsumsi alkohol. Pasien yang datang dalam kurun waktu 12-24 jam setelah ingesti umumnya terlihat normal
- Gangguan neurologis, misalnya nyeri kepala, hiperventilasi, gangguan koordinasi motorik, depresi sistem saraf pusat, koma
Kehilangan penglihatan. Keluhan yang pertama muncul adalah penurunan ketajaman penglihatan, yang berlanjut pada pandangan kabur, fotofobia, halo vision, hingga kebutaan
- Percobaan bunuh diri
- Riwayat penyalahgunaan alkohol atau inhalan[2,4,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan visus. Adapun gejala klinis yang paling sering ditemukan pada keracunan methanol adalah:
- Gangguan hemodinamik: takikardia, takipnea, hipertensi
- Gangguan pernapasan: distress pernapasan, edema paru
- Gangguan irama dan kontraksi jantung: penurunan kontraksi jantung, aritmia jantung, gagal jantung
- Gangguan gastrointestinal: nyeri abdomen, muntah
- Gangguan neurologis: nyeri kepala, pusing, letargis, ataksia, penurunan kesadaran hingga stupor dan koma
- Gangguan penglihatan: hiperemia diskus optikus (pada awal intoksikasi), nistagmus, penurunan respon terhadap cahaya, kebutaan ireversibel akibat atrofi dari saraf[3,5]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari keracunan methanol sangat luas dan mencakup berbagai etiologi yang bisa menyebabkan asidosis metabolik, seperti keracunan salisilat, paracetamol, zat besi, karbon monoksida, sianida, ketoasidosis alkoholik, dan ingesti alkohol lain seperti etilen glikol dan isopropanol.[2,4]
Keracunan Etilen Glikol
Etilen glikol bisa ditemukan di cairan pendingin dan minyak rem. Keracunan etilen glikol mirip dengan keracunan methanol dimana tidak ditemukan gejala yang spesifik. Namun terdapat beberapa perbedaan, yaitu[4]:
- Riwayat paparan terhadap cairan antibeku atau minyak rem
- Hematuria, proteinuria, pyuria, atau kristal kalsium oksalat pada urinalisa akibat akumulasi asam oksalat dalam kondisi asam
- Kerusakan ginjal akibat akumulasi kalsium oksalat
- Disritmia jantung, akibat hipokalsemia
Keracunan Isopropanol
Isopropanol atau isopropyl alkohol bisa ditemukan dalam berbagai barang rumah tangga dan hand sanitizer. Gejala pada keracunan isopropanol tidak spesifik, namun ketosis tanpa disertai asidosis metabolik merupakan tanda patognomonik keracunan isopropanol.[4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada keracunan methanol adalah pemeriksaan darah, pencitraan, dipstick, dan beberapa metode lain. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan methanol dengan metode kromatografi, namun apabila tidak tersedia maka diperiksa kadar bikarbonat, osmolar gap, dan anion gap. Pencitraan pada keracunan methanol bertujuan untuk menemukan kerusakan struktur otak dengan CT scan dan MRI.
Pemeriksaan Kromatografi
Keracunan methanol dapat dipastikan dengan mengukur kadar methanol di dalam darah. Konsentrasi methanol dalam plasma diukur menggunakan kromatografi, yang sayangnya tidak tersedia pada seluruh fasilitas kesehatan.[2]
Kromatorafi gas dan cairan bisa secara sensitif mendeteksi methanol dan merupakan pemeriksaan baku emas dalam menentukan kadar methanol dalam darah. Metode enzimatik yang menggunakan formate dehydrogenase dan nicotinamide adenine dinucleotide digunakan untuk mendeteksi kadar format serum. Namun metode-metode ini masih sedikit tersedia dan mahal.[9]
Waktu ingesti berpengaruh terhadap konsentrasi methanol dalam darah. Kadar methanol yang negatif dalam darah tidak serta merta menyingkirkan diagnosis. Hal ini dikarenakan apabila metabolisme methanol sudah terjadi, maka bisa didapatkan hasil konsentrasi negatif. [2]
Namun, diagnosis tetap dapat ditegakkan dengan melakukan melakukan pemeriksaan anamnesis dan fisik yang lengkap serta dikombinasikan dengan pemeriksaan laboratorium lainnya.[2,4]
Berikut ini adalah klasifikasi tingkat keparahan dari keracunan methanol berdasarkan kadarnya dalam darah:[3]
Tebel 1. Kadar Methanol dalam Darah dan Interpretasinya.
Tingkat Intoksikasi | Kadar dalam Darah | Keluhan |
Ringan | <0,2 g/L | Rasa lelah, mual, nyeri abdomen, nyeri kepala, gangguan penglihatan dan akomodasi |
Sedang | 0,2-0,5 g/L | Muntah, mabuk, diaphoresis, pandangan kabur, takipnea |
Berat | >0.5 g/L | Kesadaran koma, pernapasan cepat dan dangkal, kejang, sianosis sentral dan perifer, hipotensi, papiloedema |
Methanolemia >1 g/L adalah letal. |
Sumber: BA, Journal of Drug Metabolism and Toxicology. 2020.
Pemeriksaan Bikarbonat
Apabila pemeriksaan methanol serum tidak tersedia, maka dapat dilakukan pemeriksaan bikarbonat serial tiap 2-4 jam selama 12 jam. Observasi selama 12 jam dilakukan karena keseimbangan asam-basa masih normal pada pasien yang baru mengonsumsi methanol. Penurunan bikarbonat dalam darah tanpa etiologi lain yang jelas mengindikasikan akumulasi dari asam sebagai hasil metabolit methanol. Belum ada konsensus mengenai standar nilai bikarbonat yang menunjukkan asidosis berat. Terdapat literature yang menyatakan kadar bikarbonat serum ≤12 mEq/L dapat dikategorikan sebagai asidosis berat.[4]
Pemeriksaan Osmolar Gap
Pemeriksaan osmolar gap bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis. Segera setelah ingesti methanol, akan terjadi peningkatan hasil osmolar gap. Hal ini dipengaruhi oleh akumulasi substansi yang aktif dalam darah, misalnya alkohol (methanol, etilen glikol), gula (mannitol, sorbitol), lemak, atau protein. Osmolar gap normalnya berkisar 10-20 mOsm/kg/H2O. Seiring dengan berjalannya proses metabolisme methanol menjadi metabolit asam, maka nilai osmolar gap akan menurun secara progresif dan diiringi oleh peningkatan anion gap. Penurunan osmolar gap dan peningkatan anion gap hingga >16 mmol/L secara stimultan mengindikasikan keracunan methanol.[2,4,5,9]
Pemeriksaan Anion Gap
Keracunan methanol patut dipertimbangkan pada pasien yang datang dengan gejala menyerupai deskripsi di atas, disertai osmolar gap yang semakin menurun seiring waktu dan perkembangan asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap. Kadar anion gap dapat serendah 3 mEq/L pada individu yang sehat. Anion gap mungkin tidak terlihat meningkat pada individu dengan baseline rendah dan tidak terdeteksi meningkat pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi metabolisme methanol.[2,9]
Uji Dipstick
Uji dipstick yang dicampur dengan alkohol oksidase dapat digunakan untuk mendeteksi methanol, ethanol, dan ethylene glycol secara cepat pada darah dan saliva. Methanol yang terdapat dalam cairan tubuh tersebut bereaksi lebih kuat dan memberikan warna yang lebih tajam dibandingkan dengan ethanol.[9]
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bermanfaat untuk menunjang diagnosis, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran. Gambaran CT scan pada keracunan methanol menunjukkan nekrosis putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi. Beberapa kelainan lain yang bisa terlihat dari CT scan adalah nekrosis white matter bilateral (hiperintensitas dari white matter subkortikal T2), perdarahan dan nekrosis serebral, edema serebri difus, dan demielinisasi saraf optik. CT scan pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan normal hingga beberapa hari kemudian.[5,6]
Pada MRI, nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa perdarahan merupakan temuan klasik dari keracunan methanol, namun tanda ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada kondisi lain, misalnya penyakit Wilson dan stroke. [4,6]