Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Keracunan Methanol general_alomedika 2021-01-22T10:40:01+07:00 2021-01-22T10:40:01+07:00
Keracunan Methanol
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Keracunan Methanol

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Diagnosis keracunan methanol cukup sulit untuk ditegakkan pada pasien yang sengaja meminum methanol dengan tanda dan gejala yang tidak spesifik. Pasien yang mengkonsumsi alkohol dapat datang dalam berbagai kondisi, mulai dari asimptomatik hingga kondisi intoksikasi berat dengan asidosis metabolik. Diagnosis dari keracunan methanol ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dibantu dengan pemeriksaan penunjang.[2]

Anamnesis

Penggalian riwayat konsumsi methanol pada pasien yang tidak sengaja mengonsumsinya cukup mudah dilakukan karena umumnya pasien melaporkan sendiri atau ada saksi mata yang dapat memberikan keterangan. Tetapi pasien yang mengonsumsi methanol dengan sengaja cenderung tidak mau mengakui perbuatannya sehingga sulit untuk mendapatkan informasi yang jelas.[2]

Periode laten terjadi sekitar 12-24 jam setelah ingesti methanol, dimana pasien cenderung terlihat normal tanpa tanda dan gejala intoksikasi. Setelah itu, beberapa tanda dan keluhan mulai muncul, tergantung dari onset, dosis, dan rute masuk zat tersebut. Meskipun periode laten berlangsung selama 12-24 jam, namun pada beberapa kasus gejala ditemukan dalam 30 menit setelah ingesti. Gejala muncul lebih lama pada pasien yang meminum methanol bersamaan dengan ethanol karena metabolisme ethanol berkompetisi dengan methanol.[2,3]

Beberapa hal yang harus digali pada anamnesis:

  • Waktu mengonsumsi alkohol. Pasien yang datang dalam kurun waktu 12-24 jam setelah ingesti umumnya terlihat normal
  • Gangguan neurologis, misalnya nyeri kepala, hiperventilasi, gangguan koordinasi motorik, depresi sistem saraf pusat, koma
  • Kehilangan penglihatan. Keluhan yang pertama muncul adalah penurunan ketajaman penglihatan, yang berlanjut pada pandangan kabur, fotofobia, halo vision, hingga kebutaan

  • Percobaan bunuh diri
  • Riwayat penyalahgunaan alkohol atau inhalan[2,4,5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran dan gangguan visus. Adapun gejala klinis yang paling sering ditemukan pada keracunan methanol adalah:

  • Gangguan hemodinamik: takikardia, takipnea, hipertensi
  • Gangguan pernapasan: distress pernapasan, edema paru

  • Gangguan irama dan kontraksi jantung: penurunan kontraksi jantung, aritmia jantung, gagal jantung

  • Gangguan gastrointestinal: nyeri abdomen, muntah
  • Gangguan neurologis: nyeri kepala, pusing, letargis, ataksia, penurunan kesadaran hingga stupor dan koma
  • Gangguan penglihatan: hiperemia diskus optikus (pada awal intoksikasi), nistagmus, penurunan respon terhadap cahaya, kebutaan ireversibel akibat atrofi dari saraf[3,5]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keracunan methanol sangat luas dan mencakup berbagai etiologi yang bisa menyebabkan asidosis metabolik, seperti keracunan salisilat, paracetamol, zat besi, karbon monoksida, sianida, ketoasidosis alkoholik, dan ingesti alkohol lain seperti etilen glikol dan isopropanol.[2,4]

Keracunan Etilen Glikol

Etilen glikol bisa ditemukan di cairan pendingin dan minyak rem. Keracunan etilen glikol mirip dengan keracunan methanol dimana tidak ditemukan gejala yang spesifik. Namun terdapat beberapa perbedaan, yaitu[4]:

  • Riwayat paparan terhadap cairan antibeku atau minyak rem
  • Hematuria, proteinuria, pyuria, atau kristal kalsium oksalat pada urinalisa akibat akumulasi asam oksalat dalam kondisi asam
  • Kerusakan ginjal akibat akumulasi kalsium oksalat
  • Disritmia jantung, akibat hipokalsemia

Keracunan Isopropanol

Isopropanol atau isopropyl alkohol bisa ditemukan dalam berbagai barang rumah tangga dan hand sanitizer. Gejala pada keracunan isopropanol tidak spesifik, namun ketosis tanpa disertai asidosis metabolik merupakan tanda patognomonik keracunan isopropanol.[4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada keracunan methanol adalah pemeriksaan darah, pencitraan, dipstick, dan beberapa metode lain. Pemeriksaan darah dilakukan untuk menemukan methanol dengan metode kromatografi, namun apabila tidak tersedia maka diperiksa kadar bikarbonat, osmolar gap, dan anion gap. Pencitraan pada keracunan methanol bertujuan untuk menemukan kerusakan struktur otak dengan CT scan dan MRI.

Pemeriksaan Kromatografi

Keracunan methanol dapat dipastikan dengan mengukur kadar methanol di dalam darah. Konsentrasi methanol dalam plasma diukur menggunakan kromatografi, yang sayangnya tidak tersedia pada seluruh fasilitas kesehatan.[2]

Kromatorafi gas dan cairan bisa secara sensitif mendeteksi methanol dan merupakan pemeriksaan baku emas dalam menentukan kadar methanol dalam darah. Metode enzimatik yang menggunakan formate dehydrogenase dan nicotinamide adenine dinucleotide digunakan untuk mendeteksi kadar format serum. Namun metode-metode ini masih sedikit tersedia dan mahal.[9]

Waktu ingesti berpengaruh terhadap konsentrasi methanol dalam darah. Kadar methanol yang negatif dalam darah tidak serta merta menyingkirkan diagnosis. Hal ini dikarenakan apabila metabolisme methanol sudah terjadi, maka bisa didapatkan hasil konsentrasi negatif. [2]

Namun, diagnosis tetap dapat ditegakkan dengan melakukan melakukan pemeriksaan anamnesis dan fisik yang lengkap serta dikombinasikan dengan pemeriksaan laboratorium lainnya.[2,4]

Berikut ini adalah klasifikasi tingkat keparahan dari keracunan methanol berdasarkan kadarnya dalam darah:[3]

Tebel 1. Kadar Methanol dalam Darah dan Interpretasinya.

Tingkat Intoksikasi Kadar dalam Darah Keluhan
Ringan <0,2 g/L Rasa lelah, mual, nyeri abdomen, nyeri kepala, gangguan penglihatan dan akomodasi
Sedang 0,2-0,5 g/L Muntah, mabuk, diaphoresis, pandangan kabur, takipnea
Berat >0.5 g/L Kesadaran koma, pernapasan cepat dan dangkal, kejang, sianosis sentral dan perifer, hipotensi, papiloedema
Methanolemia >1 g/L adalah letal.

Sumber:  BA, Journal of Drug Metabolism and Toxicology. 2020.

Pemeriksaan Bikarbonat

Apabila pemeriksaan methanol serum tidak tersedia, maka dapat dilakukan pemeriksaan bikarbonat serial tiap 2-4 jam selama 12 jam. Observasi selama 12 jam dilakukan karena keseimbangan asam-basa masih normal pada pasien yang baru mengonsumsi methanol. Penurunan bikarbonat dalam darah tanpa etiologi lain yang jelas mengindikasikan akumulasi dari asam sebagai hasil metabolit methanol.  Belum ada konsensus mengenai standar nilai bikarbonat yang menunjukkan asidosis berat. Terdapat literature yang menyatakan kadar bikarbonat serum ≤12 mEq/L dapat dikategorikan sebagai asidosis berat.[4]

Pemeriksaan Osmolar Gap

Pemeriksaan osmolar gap bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis. Segera setelah ingesti methanol, akan terjadi peningkatan hasil osmolar gap. Hal ini dipengaruhi oleh akumulasi substansi yang aktif dalam darah, misalnya alkohol (methanol, etilen glikol), gula (mannitol, sorbitol), lemak, atau protein. Osmolar gap normalnya berkisar 10-20 mOsm/kg/H2O. Seiring dengan berjalannya proses metabolisme methanol menjadi metabolit asam, maka nilai osmolar gap akan menurun secara progresif dan diiringi oleh peningkatan anion gap. Penurunan osmolar gap dan peningkatan anion gap hingga >16 mmol/L secara stimultan mengindikasikan keracunan methanol.[2,4,5,9]

Pemeriksaan Anion Gap

Keracunan methanol patut dipertimbangkan pada pasien yang datang dengan gejala menyerupai deskripsi di atas, disertai osmolar gap yang semakin menurun seiring waktu dan perkembangan asidosis metabolik dengan peningkatan anion gap. Kadar anion gap dapat serendah 3 mEq/L pada individu yang sehat. Anion gap mungkin tidak terlihat meningkat pada individu dengan baseline rendah dan tidak terdeteksi meningkat pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi metabolisme methanol.[2,9]

Uji Dipstick

Uji dipstick yang dicampur dengan alkohol oksidase dapat digunakan untuk mendeteksi methanol, ethanol, dan ethylene glycol secara cepat pada darah dan saliva. Methanol yang terdapat dalam cairan tubuh tersebut bereaksi lebih kuat dan memberikan warna yang lebih tajam dibandingkan dengan ethanol.[9]

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi bermanfaat untuk menunjang diagnosis, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran. Gambaran CT scan pada keracunan methanol menunjukkan nekrosis putamen bilateral dengan derajat perdarahan yang bervariasi. Beberapa kelainan lain yang bisa terlihat dari CT scan adalah nekrosis white matter bilateral (hiperintensitas dari white matter subkortikal T2), perdarahan dan nekrosis serebral, edema serebri difus, dan demielinisasi saraf optik.  CT scan pada awal perjalanan penyakit dapat ditemukan normal hingga beberapa hari kemudian.[5,6]

Pada MRI, nekrosis putamen bilateral dengan atau tanpa perdarahan merupakan temuan klasik dari keracunan methanol, namun tanda ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada kondisi lain, misalnya penyakit Wilson dan stroke. [4,6]

Referensi

2. Ashurst JV, Nappe TM. Methanol Toxicity. StatPearls. 2020. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482121/
3. Iriate BA, Barba NL, Eguiguren EG, et al. Methanol Intoxication: The Importance of Early Diagnosis. Journal of Drug Metabolism & Toxicology. 2020;11. Available from: https://www.longdom.org/open-access/methanol-intoxication-the-importance-of-early-diagnosis.pdf
4. Ng PCY, Long BJ, Davis WT, et al. Toxic alcohol diagnosis and management: an emergency medicine review. Internal and Emergency Medicine. 2018. Available from: https://doi.org/10.1007/s11739-018-1799-9
5. Korabathina K. Methanol Toxicity. Medscape. 2018. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview#a6
6. American Journal of Neuroradiology. Methanol Intoxication. Available from: http://www.ajnr.org/ajnr-case-collections-diagnosis/methanol-intoxication
9. Kraut JA. Approach to the Treatment of Methanol Intoxication. Am J Kidney Dis. 2016;68(1):161-167. Available from: https://www.ajkd.org/action/showPdf?pii=S0272-6386%2816%2930038-5

Epidemiologi Keracunan Methanol
Penatalaksanaan Keracunan Methanol

Artikel Terkait

  • Manifestasi Okular pada Kasus Keracunan Methanol
    Manifestasi Okular pada Kasus Keracunan Methanol
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 10:54
Apakah gejala dibawah tersebut sudah bisa di diagnosis HFMD ( Hand foot and Mouth Disease)?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien anak umur 4 tahun / perempuan. Dengan gejala Bercak kemerahan di telapak tangan, kaki, dan betis namun tidak ada kemerahan dibagian mulut, gejala...
dr. Intan Fajriani
Hari ini, 10:51
Live Webinar Alomedika - Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak. Sabtu, 2 Juli 2022. Pukul : 14.00 - 15.30
Oleh: dr. Intan Fajriani
1 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Defisiensi Zat Besi: Kenali Faktor Risiko dan Strategi Pencegahannya pada Anak."Narasumber : dr....
dr.Prionoto
Hari ini, 07:54
Sertifikat kompetensi
Oleh: dr.Prionoto
2 Balasan
Alo dokter, mau Tanya tentang serkom, sy blm dapat lembaranya... Bgm cara mendapatkannya... Klo tdk salah pernah sdh terbit tapi dokumennya blm dikirim ke...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.