Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Supraventricular Tachycardia general_alomedika 2019-04-04T17:41:15+07:00 2019-04-04T17:41:15+07:00
Supraventricular Tachycardia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Supraventricular Tachycardia

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra
Share To Social Media:

Penatalaksanaan supraventricular tachycardia dimulai dengan tata laksana akut yang bertujuan untuk mengatasi kegawatan hemodinamik dengan mengontrol ventricular rate, mengatasi aritmia dengan kardioversi, serta mengatasi gejala pasien. Tata laksana lanjutan berupa terapi definitif atau pengobatan rumatan yang disesuaikan dengan jenis supraventricular tachycardia dan penyebabnya. Selain itu, dokter juga harus mencegah terjadinya komplikasi tromboemboli pada pasien yang berisiko mengalami emboli.[1,5]

Tata Laksana Akut

Tata laksana akut dilakukan di ruang emergensi pada pasien dengan gejala klinis supraventricular tachycardia. Tenaga medis sebaiknya segera memeriksa jalan nafas, fungsi pernafasan, dan fungsi sirkulasi pasien (disesuaikan dengan kondisi pasien) serta tanda vital pasien dan selanjutnya melakukan pemeriksaan EKG 12 lead jika memungkinkan untuk membedakan tipe takiaritmia yang terjadi pada pasien. Pasien dengan supraventricular tachycardia biasanya menunjukkan hasil EKG adanya takikardia dengan gelombang QRS yang tidak lebar (<120 ms). Namun jika gelombang QRS lebar (>120 ms) maka harus dipastikan dan dibedakan antara ventricular tachycardia (VT) dan supraventricular tachycardia (SVT) dengan konduksi aberans, atau kondisi pre eksitasi.[1,5]

Algoritma Brugada untuk Membedakan SVT Aberans dengan VT

SVT aberans dapat dibedakan dengan VT dengan menggunakan algoritma Brugada:

  1. Apakah kompleks RS tidak ditemukan pada semua lead prekordial? Jika ya, maka gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan No. 2
  2. Interval RS>100 milidetik pada salah satu lead prekordial? Jika ya, maka gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan No. 3
  3. Apakah terdapat disosiasi AV? Jika ya, maka gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, lanjutkan ke pertanyaan No. 4
  4. Apakah kriteria morfologi  ditemukan pada lead prekordial V1-2 dan V6 ? Jika ya, maka gelombang merupakan ventricular tachycardia (VT). Jika tidak, maka gelombang merupakan SVT aberans[11]

Rekomendasi Tata Laksana Akut

Beberapa rekomendasi tata laksana akut pada supraventricular tachycardia menurut pedoman American College of Cardiology/American Heart Association (ACC/AHA) tahun 2015 :

  • Manuver vagal dan pemberian adenosin intravena dilakukan pada pasien dengan supraventricular tachycardia reguler
  • Kardioversi tersinkronisasi dilakukan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil ketika manuver vagal dan pemberian adenosin tidak efektif atau tidak memungkinkan
  • Kardioversi tersinkronisasi dilakukan pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil serta terapi farmakologi tidak efektif atau tidak memungkinkan
  • Pemberian calcium channel blocker intravena seperti diltiazem dan verapamil atau beta blocker intravena seperti metoprolol dan esmolol, dapat diberikan pada pasien dengan hemodinamik stabil[1,3]

Tata Laksana Lanjutan

Tata laksana lanjutan pada supraventricular tachycardia bertujuan untuk memberikan terapi definitif serta pengobatan rumatan pada pasien yang telah stabil atau yang memang memerlukan terapi definitif. Beberapa pilihan tata laksana lanjutan untuk supraventricular tachycardia adalah:

  • terapi farmakologi
  • ablasi
  • observasi pasien

Pemilihan terapi lanjutan didasarkan pada frekuensi dan durasi terjadinya supraventricular tachycardia, gejala klinis yang terjadi sebelumnya, dan konsekuensi supraventricular tachycardia, seperti kardiomiopati.[1,3]

Terapi Farmakologi

Pada supraventricular tachycardia yang jarang terjadi tetapi dengan durasi yang lama (di atas satu jam), dokter dapat memberikan calcium channel blocker nondihidropridine, beta blocker, atau obat antiaritmia lainnya, yang diberikan bila perlu. Namun, bila supraventricular tachycardia memiliki frekuensi yang lebih sering, obat antiaritmia dapat diberikan secara teratur.

Ablasi Kateter

Terapi definitif utama untuk supraventricular tachycardia adalah ablasi kateter, yang biasanya dilakukan pada pasien dengan focal atrial tachycardia. Hal ini karena kondisi tersebut memiliki titik sumber eksitasi abnormal yang jelas sehingga ablasi dapat dilakukan pada titik tersebut untuk mengembalikan eksitasi yang normal.[1,3]

Medikamentosa

Pilihan medikamentosa untuk supraventricular tachycardia adalah adenosin, calcium channel blocker, beta blocker, atau obat antiaritmia lainnya.

Adenosin Intravena

Pemberian adenosin intravena dilakukan pada pasien supraventricular tachycardia reguler dengan hemodinamik stabil. Pemberian adenosin dilakukan dengan cara memasukkan 6 mg adenosin secara bolus intravena, melalui vena yang sedekat mungkin dengan jantung (biasanya vena brakialis). Kemudian dilakukan flushing vena dengan cairan salin normal diikuti dengan meminta pasien mengangkat tangan. Pasien dapat diminta untuk batuk ketika obat sampai di jantung, ditandai dengan adanya rasa panas pada dada pasien. Jika pasien tidak menunjukkan respons terhadap pemberian awal, maka dapat diberikan kembali 1-2 menit kemudian dengan dosis 12 mg, maksimal 2 kali pengulangan.[1]

Calcium Channel Blocker Nondihidropiridin

Terdapat dua obat dalam kelas ini, antara lain :

  • Diltiazem: dosis awal 0,25 mg/kg intravena bolus, diberikan selama 2 menit; dosis rumatan 5-10 mg/jam hingga 15 mg/jam melalui infus
  • Verapamil: dosis awal 5-10 mg (0,075-0,15 mg/kg) intravena bolus selama 2 menit, jika tidak ada respon pasien maka tambahkan 10 mg pada 30 menit setelah pemberian awal; dosis rumatan 0,005 mg/kgBB/menit[1,3]

Beta Blocker

Beta blocker dapat diberikan jika kedua obat sebelumnya tidak efektif atau tidak menungkinkan untuk diberikan, beberapa beta blocker yang biasanya digunakan :

  • Esmolol: dosis awal 500 mcg/kg intravena bolus selama 1 menit; dosis rumatan 50-300 mcg/kg/menit melalui infus
  • Metoprolol tartrate: dosis awal 2,5-5 mg intravena bolus selama 2 menit, dapat diulangi 2,5-5 mg intravena bolus dalam 10 menit, maksimal pemberian 3 dosis
  • Propranolol: dosis awal 1 mg intravena selama 1 menit, dapat diulangi 1 mg intravena dalam interval 2 menit, maksimal pemberian 3 dosis[1,3]

Obat Antiaritmia Lainnya

Obat lain yang dapat diberikan, antara lain :

  • Digoxin: dosis awal 0,25-0,5 mg, dapat diulangi 0,25 mg. Dosis awal dapat diberikan secara oral atau intravena, dosis maksimal 1 mg/24 jam, dosis awal maksimal 8-12 mcg/kgBB

  • Amiodarone: dosis awal 150 mg intravena selama 10 menit; dosis rumatan 1 mg/menit (360 mg) selama 6 jam selanjutnya, kemudian 0,5 mg/menit (540 mg) pada 18 jam berikutnya[1,3]

Referensi

1. Page, R.L., et al., 2015 ACC/AHA/HRS Guideline for the Management of Adult Patients With Supraventricular Tachycardia. A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on Clinical Practice Guidelines and the Heart Rhythm Society, 2016. 67(13): p. e27-e115.
3. Patti, L. and W. Gossman. Rhythm, Tachycardia, Supraventricular (SVT). StatPearls 2018; Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441972/?report=classic.
5. Schwartz Bryan, G., S. Rezkalla, and A. Kloner Robert, Cardiovascular Effects of Cocaine. Circulation, 2010. 122(24): p. 2558-2569. https://doi.org/10.1161/CIRCULATIONAHA.110.940569
11. Pineda-López, F., et al., A Flexible 12-Lead/Holter Device with Compression Capabilities for Low-Bandwidth Mobile-ECG Telemedicine Applications. Sensors (Basel, Switzerland), 2018. 18(11): p. 3773. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30400587

Diagnosis Supraventricular Tachy...
Prognosis Supraventricular Tachy...

Artikel Terkait

  • Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
    Interpretasi EKG secara Digital dapat Menyebabkan Kesalahan Medis
  • Penanganan Kasus SVT dengan Modified Valsalva Maneuver di IGD Laporan Kasus - Pemenang Kompetisi Poster Dr. RACE Kategori Laporan Kasus
    Penanganan Kasus SVT dengan Modified Valsalva Maneuver di IGD Laporan Kasus - Pemenang Kompetisi Poster Dr. RACE Kategori Laporan Kasus
Diskusi Terkait
Anonymous
26 September 2022
Pasien Anak Laki laki usia 7 tahun dengan dada berdebar, nyeri di area dada tengah
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, mohon bantuannya pada EKG pasien berikut. Pasien Anak Laki laki 7 thn, BB 33,5 kg keluhan Dada dirasa berdebar-debar, sesak napas +, nyeri dada...
Anonymous
05 Juni 2021
Interpretasi elektrokardiogram (EKG) dengan supraventricular tachycardia (SVT) unstable
Oleh: Anonymous
8 Balasan
Alo dokter,Tn A 60 thn dengan SVT unstable dokTD 80/palpasi, N 195x RR 28, sebagai GP RS tipe D yg harus dilakukan apa ya dok sebelum dirujuk?
Anonymous
07 Mei 2021
Peningkatan Troponin pada pasien dengan Supraventrikular Takikardi - Jantung Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter! Selamat siang, izin bertanya, pada praktek sehari-hari di IGD kadang saya menemui pasien dengan SVT yang dapat convert ke sinus rhythm dengan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.