Diagnosis Supraventricular Tachycardia
Diagnosis supraventricular tachycardia dicurigai pada pasien dengan gejala klinis nyeri dada, dyspnea, atau palpitasi. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan elektrokardiogram berupa temuan takikardia atau denyut jantung >100 kali/menit, abnormalitas gelombang P dan interval PR, disertai gambaran pre eksitasi seperti gambaran sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW) atau penyempitan gelombang QRS.[1,10]
Anamnesis
Pada anamnesis, pasien dengan supraventricular tachycardia biasanya mengeluhkan palpitasi. Gejala tersebut merupakan gejala paling sering pada supraventricular tachycardia. Rasa berdebar pada pasien supraventricular tachycardia biasanya terjadi tiba-tiba dan sangat cepat. Bedakan jika onset terjadi perlahan yang merupakan takikardia sinus normal, serta palpitasi yang ireguler yang merupakan fibrilasi atrium.[1,10]
Supraventricular tachycardia dapat terjadi setelah adanya faktor pemicu, seperti konsumsi kafein dan alkohol, posisi tubuh merunduk, gerakan tubuh yang tiba-tiba, adanya stres serta aktivitas fisik berlebih.[1,10]
Beberapa gejala lainnya yang dapat ditemukan pada pasien dengan supraventricular tachycardia, antara lain :
- Nyeri dada
- Dyspnea
- Ansietas
- Rasa ringan pada kepala (lightheadedness)
- Sinkop
Sinkop merupakan gejala yang jarang terjadi. Gejala ini terjadi akibat refleks otonom yang tidak sempat merespons terhadap penurunan tekanan darah, terutama bila denyut jantung sangat cepat dan terjadi pada waktu yang lama.[1,10]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan supraventricular tachycardia biasanya tidak ditemukan adanya kelainan kardiovaskular kecuali jika pasien menderita penyakit jantung bawaan. Pada kasus ini, dapat ditemukan tanda-tanda kelainan jantung bawaan, seperti suara jantung yang abnormal.[1,10]
Tipe Supraventricular Tachycardia
Diagnosis banding supraventricular tachycardia terdiri dari tipe-tipe supraventricular tachycardia, yakni :
Sinus tachycardia yang abnormal: laju gelombang sinus meningkat (>100 denyut/menit) persisten/ tanpa ada rangsang yang jelas atau bukan merupakan respon fisiologis
Atrial tachycardia, yang terdiri dari :
Focal atrial tachycardia : denyut jantung atrium antara 120-300 denyut per menit
Multifocal atrial tachycardia : terdapat minimal 3 morfologi gelombang P
-
Macroreentrant atrial flutter (typical atrial flutter) : terdapat gambaran saw-tooth appearance
Junctional tachycardia : gelombang P retrograde karena gelombang berasal dari titik abnormal pada atrioventrikular (ritme junctional)
Atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT) : terdapat gambaran pre-eksitasi atau sindrom Wolff-Parkinson-White (WPW)
Accessory pathway-mediated reentrant tachycardia (takikardia Mahaim) : ditemukan gambaran left bundle branch block (LBBB) dengan interval PR yang normal[1]
Tipe supraventricular tachycardia pada pasien dapat dipastikan dengan pemeriksaan EKG.[1,10]
Sinus Tachycardia Abnormal
Sinus tachycardia yang abnormal adalah denyut jantung sinus > 100 denyut per menit pada saat istirahat, dengan rata-rata denyut jantung selama 24 jam sebesar 90 denyut dan bukan disebabkan oleh adanya respons fisiologis yang sesuai atau tanpa adanya penyebab primer seperti hipertiroidisme dan anemia.[1,10]
Atrial Tachycardia
Atrial tachycardia dibagi menjadi dua tipe :
Focal atrial tachycardia/: supraventricular tachycardia yang berasal dari satu titik pada atrium, bersifat reguler dengan aktivitas atrium yang teratur dan gelombang P yang jelas serta adanya segmen isoelektrik tipikal antara gelombang P. Pada waktu tertentu, iregularitas dapat terlihat, terutama pada saat onset dan terminasi. Pemetaan atrium menunjukkan adanya sebuah titik sumber.[1,11]
Multifocal atrial tachycardia: supraventricular tachycardia yang bersifat ireguler dan ditandai dengan adanya 3 gelombang P dengan morfologi yang jelas dan/atau adanya pola aktivasi atrium pada kecepatan berbeda, ritme ini selalu bersifat ireguler.[1,11]
Macroreentrant Atrial Flutter
Gelombang ini berasal dari sekitar anulus trikuspid, bergerak pada bagian atas sepanjang septum atrium dan bagian bawah sepanjang dinding kanan atrium, dan selanjutnya menjalar melalui bagian cavotricuspid isthmus di antara anulus katup trikuspid dan katup serta tonjolan Eustachian.[1]
Junctional Tachycardia
Gelombang ini merupakan supraventricular tachycardia nonreentrant yang berasal dari perbatasan atrioventrikular (termasuk berkas His).[1]
Atrioventricular Nodal Reentrant Tachycardia
Gelombang ini merupakan takikardia reentrant melibatkan 2 jalur fungsional yang berbeda, yang biasa disebut jalur cepat dan lambat. Jalur cepat biasanya terletak dekat dengan bagian apikal segitiga Koch dan jalur lambat terletak pada inferoposterior dari jaringan nodus atrioventrikular/ AV.[1]
Accessory Pathway-mediated Reentrant Tachycardia
Gelombang ini merupakan takikardia melalui jalur AV ekstranodal yang menghubungkan miokardium atrium dengan ventrikel melalui lekukan AV.[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan supraventricular tachycardia antara lain EKG, echocardiography, serta exercise testing. Namun dari ketiga pemeriksaan tersebut, hanya elektrokardiogram saja yang dianjurkan dan sangat berguna untuk diagnosis.[10,11]
Elektrokardiografi
Elektrokardiografi (EKG) merupakan pemeriksaan penunjang dan baku emas untuk menegakkan diagnosis supraventricular tachycardia. Hasil pemeriksaan EKG pada supraventricular tachycardia biasanya berupa takikardia dengan gelombang QRS yang sempit (< 120 ms), namun pada beberapa kasus bisa jadi gelombang QRS lebar (>120 ms), biasanya pada kasus yang berhubungan dengan riwayat bundle branch block. Pada kasus dengan gelombang QRS lebar, biasanya pasien dapat dianggap menderita ventricular tachycardia.[10,11]
Pemeriksaan EKG dapat dilakukan dengan pemasangan EKG Holter, yaitu alat elektrokardiogram yang bersifat portabel dan dipasangkan pada pasien selama 24-48 jam untuk memonitor gelombang yang dihasilkan jantung. Tujuan penggunaan Holter adalah jika gejala kelainan ritme pada pasien tidak langsung ditemukan pada pemeriksaan EKG di fasilitas kesehatan. Pasien yang menggunakan Holter tidak boleh melepas alat selama penggunaan, alat juga tidak dapat terkena air sehingga pasien disarankan untuk mandi sebelumnya. Selain itu, pasien juga diminta untuk mencatat kegiatannya selama pemeriksaan dilakukan, dengan tujuan memastikan kecurigaan adanya kegiatan tertentu yang memicu kelainan jantung pada pasien. Saat ini EKG Holter yang dapat bersinkronisasi dengan perangkat telepon genggam sedang dikembangkan, untuk memonitor gelombang jantung secara real-time.[10,11]
Echocardiography
Echocardiography dapat dilakukan untuk memastikan kondisi struktur jantung pada pasien supraventricular tachycardia.[1,10]
Exercise Testing
Pemeriksaan ini tidak efektif pada supraventricular tachycardia kecuali jika aritmia dipicu oleh aktivitas fisik.[1,10]