Epidemiologi Supraventricular Tachycardia
Epidemiologi supraventricular tachycardia (SVT) ditentukan oleh jenis SVTnya. Contohnya, multifocal atrial tachycardia lebih sering terjadi pada anak-anak sedangkan atypical sinus tachycardia lebih banyak ditemukan pada wanita dan tenaga kesehatan.[1]
Global
Epidemiologi supraventricular tachycardia tercatat dengan insidensi secara global sebesar 2,25 kasus per 1000 orang. Selain itu, supraventricular tachycardia merupakan gangguan irama jantung yang paling banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak, terutama pada bayi dan anak-anak yang menderita penyakit jantung bawaan.[3]
Indonesia
Secara epidemiologi, supraventricular tachycardia terjadi pada 9% pasien yang mengalami takiaritmia dan 1,26-1,42% pasien yang berkunjung ke rumah sakit.[6] Focal atrial tachycardia terjadi pada 10% populasi yang menderita supraventricular tachycardia.[7]
Mortalitas
Mortalitas supraventricular tachycardia umumnya terjadi akibat henti jantung pada pasien dengan adanya komorbid seperti infark miokard akut atau penyakit jantung bawaan. [8,9]
Dewasa
Pada orang dewasa, supraventricular tachycardia dapat menyebabkan peningkatan mortalitas pada penderita penyakit jantung kongenital dewasa (PJKD). Hal ini disebabkan oleh peningkatan risiko stroke, gagal jantung, dan henti jantung.[8] Studi menemukan bahwa supraventricular tachycardia merupakan penyebab pada 5% kasus henti jantung mendadak pada orang dewasa.[9]
Anak-Anak
Mortalitas supraventricular tachycardia yang terjadi pada anak-anak adalah sebesar 1%, mortalitas disebabkan oleh henti jantung. Sebuah studi menyebutkan bahwa 25% dari anak-anak dengan supraventricular tachycardia memerlukan perawatan di ruang intensif, selain itu 4% memerlukan kardioversi. Sebanyak 12% dari anak yang menderita supraventricular tachycardia mengalami perdarahan intrakranial dan 1% menderita necrotizing enterocolitis.[8]