Diagnosis Diseksi Aorta
Diagnosis diseksi aorta perlu dibedakan dengan infark miokard dan aneurisma aorta karena gejalanya yang mirip. Diagnosis diseksi aorta dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis sendiri bertujuan untuk menggali rasa nyeri yang dirasakan dan riwayat penyakit sebelumnya. Pemeriksaan fisik dilakukan terutama untuk menilai kondisi jantung dan paru, Pemeriksaan penunjang digunakan untuk mengonfirmasi diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Anamnesis
Berdasarkan anamnesis, gejala yang sering dikeluhkan pada pasien diseksi aorta adalah nyeri dada mendadak yang sulit dilokalisir. Nyeri dirasakan seperti disayat dan dapat menjalar hingga daerah punggung, lengan, dan abdomen. Pasien dengan diseksi aorta tipe A umumnya mengeluhkan nyeri yang dirasakan pada bagian anterior dada, sedangkan pasien dengan diseksi aorta tipe B mengeluhkan adanya nyeri yang dirasakan pada bagian belakang punggung.
Prevalensi kejadian nyeri abdomen karena diseksi aorta sebesar 25%. Nyeri abdomen lebih mengarah pada diseksi aorta tipe B. Sedangkan diseksi aorta tipe A lebih menunjukkan gejala nyeri pada toraks anterior. Namun, nyeri abdomen sendiri juga dapat menjadi gejala atipikal pada diseksi aorta tipe A.
Keluhan penyerta lain yang dapat muncul adalah sesak napas, lemas, hingga penurunan kesadaran. Apabila gangguan aliran darah terjadi hingga ke otak, dapat menyebabkan terjadinya stroke. [1,3,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan pada pasien dengan diseksi aorta, yaitu :
- Hipertensi
- Perbedaan tekanan darah antara sisi kanan dan kiri > 20 mmHg
- Pulsus defisit
- Aritmia
- Murmur pada katup aorta
- Akibat diseksi pada aorta ke arteri karotid, dapat timbul gejala stroke
- Akibat diseksi pada aorta ke arteri spinal dapat timbul paraplegia
- Gejala tamponade kardiak [1,2,5]
Diagnosis Banding
Diseksi aorta memiliki gejala yang mirip dengan infark miokard dan aneurisma aorta.
Infark Miokard
Pasien dengan diseksi aorta seringkali misdiagnosis dengan infark miokard. Kesalahan diagnosis ini disebabkan gejala klinis keduanya yang sangat mirip satu sama lain. Untuk membedakannya, pada infark miokard akan didapatkan kelainan gambaran EKG seperti elevasi ataupun depresi segmen ST. Selain itu, pada pasien dengan infark miokard akan didapatkan peningkatan biomarka jantung. [7]
Ruptur Aneurisma Aorta
Rupturnya suatu aneurisma aorta juga merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan memiliki keluhan yang mirip dengan diseksi aorta. Pasien dengan aneurisma aorta yang ruptur dapat mengeluhkan nyeri dada seperti tersayat dan gangguan hemodinamik. Aneurisma aorta umumnya terjadi pada lapisan media dari dinding aorta, berbeda dengan diseksi aorta. Diseksi aorta dan ruptur aneurisma aorta sendiri tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI sangat dibutuhkan. [3]
Intramural Hematoma
Hematoma intramural merupakan hematoma yang terjadi pada lapisan dinding media dari aorta, tanpa disertai adanya kelainan pada lapisan intima. Perjalanan penyakit dari hematoma intramural ini sendiri dapat membaik dengan reabsorbsi pendarahan yang ada, namun juga dapat menjadi progresif dan menyebabkan diseksi aorta atau bahkan ruptur aorta.
Gejala klinis yang muncul juga menyerupai diseksi aorta, yaitu nyeri dada mendadak yang menjalar ke bagian lengan, leher, ataupun punggung. Intramural hematoma dengan diseksi aorta dapat dibedakan melalui pemeriksaan echocardiography atau CT scan. [6]
Pemeriksaan Penunjang
Hingga saat ini, pemeriksaan CT scan dengan kontras dan echocardiography transesophageal masih menjadi pemeriksaan penunjang utama untuk menegakkan diagnosis diseksi aorta. [1-3,5]
CT Scan dengan Kontras
Pemeriksaan CT scan dengan kontras saat ini menjadi baku emas dalam penegakkan diagnosis diseksi aorta. CT scan dengan kontras dapat dengan jelas memberikan gambaran mengenai lokasi dan luasnya robekan aorta yang terjadi, serta dapat memperlihatkan ada tidaknya aneurisma yang terjadi bersamaan dengan diseksi aorta. Selain pada aorta, pemeriksaan CT scan dengan kontras ini juga dapat memperlihatkan gambaran yang jelas pada percabangan aorta. [2,3]
Echocardiography Transesophageal
Echocardiography transesophageal merupakan pemeriksaan invasif yang dapat digunakan pada keadaan gawat darurat. Echocardiography transesophageal dilakukan dengan memasukkan USG probe yang dilengkapi dengan kamera ke dalam esofagus. Pemeriksaan Echocardiography transesophageal dapat memberikan gambaran yang jelas terhadap katup aorta, aorta asenden, lengkung aorta, hingga bagian aorta desenden. Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah bersifat operator-dependent. [3]
Biomarka
Pemeriksaan biomarka juga dapat membantu penegakkan diagnosis diseksi aorta. Biomarka yang umumnya diperiksa adalah kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9. Pada pasien dengan diseksi aorta, umumnya terjadi peningkatan kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9. Peningkatan kadar biomarka tersebut sudah bisa didapat sejak 1 jam setelah onset. Tetapi perlu diketahui bahwa pemeriksaan ini memiliki spesifisitas yang rendah untuk diseksi aorta. [3]
Rontgen Toraks
Pemeriksaan rontgen toraks seringkali menjadi pemeriksaan awal pada pasien dengan keluhan nyeri dada. Gambaran rontgen toraks pada diseksi aorta umumnya menunjukkan adanya pelebaran pada aorta ataupun perubahan kontur aorta. Namun, pada beberapa kasus dapat tidak ditemukan kelainan pada hasil rontgen. [1,5]
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat memberikan gambaran 3D yang jelas terhadap kondisi aorta, namun pemeriksaan ini sulit dilakukan pada keadaan darurat. MRI dapat menjadi alternatif pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap kontras dari CT scan. [3]