Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Diseksi Aorta general_alomedika 2022-10-05T09:43:31+07:00 2022-10-05T09:43:31+07:00
Diseksi Aorta
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Diseksi Aorta

Oleh :
dr. Audrey Amily
Share To Social Media:

Diagnosis diseksi aorta perlu dibedakan dari infark miokard dan aneurisma aorta secara berhati-hati karena gejalanya mirip. Anamnesis bertujuan untuk mencari tahu rasa nyeri dada dan riwayat penyakit jantung sebelumnya. Pemeriksaan fisik terutama dilakukan untuk menilai kondisi jantung dan paru. Lalu, pemeriksaan penunjang seperti CT scan kontras bisa dilakukan untuk konfirmasi.

Anamnesis

Berdasarkan anamnesis, gejala yang sering dikeluhkan pasien diseksi aorta adalah nyeri dada mendadak yang sulit dilokalisir. Nyeri terasa menyayat dan dapat menjalar hingga daerah punggung, lengan, dan abdomen. Pasien diseksi aorta tipe A umumnya mengeluhkan nyeri pada bagian anterior dada, sedangkan pasien diseksi aorta tipe B biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian belakang punggung.[1,3,5]

Nyeri abdomen lebih mengarah ke diseksi aorta tipe B. Sementara itu, diseksi aorta tipe A lebih menunjukkan nyeri pada toraks anterior. Namun, nyeri abdomen sendiri juga dapat menjadi gejala atipikal pada diseksi aorta tipe A.[1,3,5]

Keluhan penyerta lain yang dapat muncul adalah sesak napas, lemas, dan penurunan kesadaran. Bila gangguan aliran darah terjadi hingga ke otak, pasien bisa mengalami stroke.[1,3,5]

Pemeriksaan Fisik

Abnormalitas pemeriksaan fisik yang bisa ditemukan pada pasien diseksi aorta adalah:

  • Hipertensi
  • Perbedaan tekanan darah antara sisi kanan dan kiri >20 mmHg
  • Pulsus defisit
  • Aritmia
  • Murmur pada katup aorta
  • Gejala stroke akibat malperfusi ke arteri karotid
  • Paraplegia akibat malperfusi ke arteri spinal
  • Gejala tamponade kardiak[1,2,5]

Diagnosis Banding

Diseksi aorta memiliki gejala yang mirip dengan infark miokard dan aneurisma aorta.

Infark Miokard

Diseksi aorta sering keliru didiagnosis sebagai infark miokard. Kesalahan diagnosis ini terjadi sebab gejala klinis keduanya sangat mirip. Namun, pada infark miokard, ada kelainan gambaran EKG seperti elevasi ataupun depresi segmen ST. Selain itu, pada infark miokard, biomarker jantung biasanya meningkat.[7]

Ruptur Aneurisma Aorta

Ruptur aneurisma aorta juga merupakan kondisi yang mengancam nyawa dan memiliki keluhan yang mirip dengan diseksi aorta. Pasien dengan aneurisma aorta yang ruptur dapat mengeluhkan nyeri dada menyayat dan gangguan hemodinamik. Diseksi aorta dan ruptur aneurisma aorta tidak dapat dibedakan berdasarkan gejala klinis, sehingga pemeriksaan penunjang seperti CT scan atau MRI sangat dibutuhkan.[3]

Hematoma Intramural

Hematoma intramural merupakan hematoma yang terjadi di tunika media aorta tanpa disertai kelainan tunika intima. Hematoma ini sendiri dapat membaik dengan reabsorpsi perdarahan yang ada, tetapi juga dapat menjadi progresif dan menyebabkan diseksi aorta atau bahkan ruptur aorta.[6]

Gejala klinis yang muncul juga menyerupai diseksi aorta, yaitu nyeri dada mendadak yang menjalar ke bagian lengan, leher, atau punggung. Hematoma intramural dan diseksi aorta dapat dibedakan melalui pemeriksaan echocardiography atau CT scan.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Hingga saat ini, CT scan dengan kontras dan echocardiography transesophageal masih menjadi pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis diseksi aorta.[1-3,5]

CT Scan dengan Kontras

CT scan dengan kontras merupakan baku emas dalam penegakkan diagnosis diseksi aorta. CT scan dengan kontras dapat dengan jelas memberikan gambaran lokasi dan luas robekan aorta, serta memperlihatkan ada tidaknya aneurisma yang terjadi bersama diseksi aorta. Selain pada aorta, pemeriksaan CT scan dengan kontras ini juga dapat memperlihatkan gambaran yang jelas pada percabangan aorta.[2,3]

Echocardiography Transesophageal

Echocardiography transesophageal merupakan pemeriksaan invasif yang digunakan pada keadaan gawat darurat. Echocardiography transesophageal dilakukan dengan memasukkan USG probe yang dilengkapi kamera ke dalam esofagus. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran yang jelas dari katup aorta, aorta ascendens, aortic arch, hingga bagian aorta descendens. Namun, akurasi hasil pemeriksaan ini sangat bersifat operator-dependent.[3]

Biomarker

Pemeriksaan biomarker juga dapat membantu diagnosis diseksi aorta. Biomarker yang umumnya diperiksa adalah kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9. Pada kasus diseksi aorta, kadar D-dimer dan matriks metalloproteinase-9 umumnya meningkat. Peningkatan ini sudah bisa didapat sejak 1 jam setelah onset. Namun, pemeriksaan ini memiliki spesifisitas yang rendah untuk diseksi aorta.[3]

Beberapa biomarker lain yang juga menunjukkan hasil menjanjikan dalam studi klinis adalah interleukin 10, interleukin 6, dan plasminogen activator inhibitor 1. Peningkatan kadar berbagai biomarker ini dilaporkan dapat membantu diagnosis diseksi aorta. Akan tetapi, studi lebih lanjut mungkin masih diperlukan.[10]

Rontgen Toraks

Rontgen toraks sering menjadi pemeriksaan awal pada pasien dengan keluhan nyeri dada. Gambaran rontgen toraks pada diseksi aorta umumnya menunjukkan pelebaran aorta ataupun perubahan kontur aorta. Namun, pada beberapa kasus, tidak ditemukan kelainan pada hasil rontgen.[1,5]

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI dapat memberikan gambaran 3 dimensi yang jelas untuk kondisi aorta. Namun, pemeriksaan ini sulit dilakukan pada keadaan darurat. MRI dapat menjadi alternatif pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap kontras CT scan.[3]

MRI flow 4 dimensi juga merupakan metode diagnosis baru yang menjanjikan. Metode ini dapat membandingkan pulsatility, velocity, flow rate, dan flow direction antara lumen aorta yang sebenarnya dan lumen false yang terbentuk akibat diseksi. Pemeriksaan ini mungkin bermanfaat untuk stratifikasi risiko ketika hendak memutuskan bedah.[10]

Klasifikasi Diseksi Aorta

Diseksi aorta dapat diklasifikasikan berdasarkan banyak hal, misalnya durasi perjalanan penyakit dan lokasi robekan.

Klasifikasi Akut dan Kronis

Diseksi aorta dapat dibedakan menjadi kasus akut dan kronis berdasarkan lamanya perjalanan penyakit. Diseksi aorta yang memiliki gejala <14 hari diklasifikasikan sebagai diseksi aorta akut. Apabila gejala sudah berlangsung >14 hari, kasus disebut sebagai diseksi aorta kronis.[2]

Klasifikasi DeBakey

Klasifikasi DeBakey sebenarnya saat ini sudah jarang digunakan. Sistem klasifikasi ini membedakan diseksi aorta menjadi 3 tipe, yaitu:

  • Tipe I: robekan pertama terjadi di aorta ascendens lalu meluas ke bagian distal hingga mencapai aorta descendens
  • Tipe II: robekan terjadi hanya di aorta ascendens, tidak meluas ke aortic arch

  • Tipe III: robekan pertama terjadi di aorta descendens lalu meluas ke bagian distal hingga mencapai bagian atas diafragma (IIIA) atau bawah diafragma (IIIB)[3]

Klasifikasi Stanford

Pada klasifikasi Stanford, diseksi aorta hanya dibedakan menjadi tipe A dan tipe B. Tipe A melibatkan aorta ascendens, sedangkan tipe B melibatkan aorta descendens tanpa ikut melibatkan aorta ascendens.[3]

Diseksi aorta tipe B kemudian dibedakan menjadi diseksi aorta dengan komplikasi atau tanpa komplikasi. Diseksi dengan komplikasi adalah diseksi aorta dengan ruptur aorta, malperfusi yang menyebabkan iskemia (organ visceral, ginjal, medulla spinalis, maupun ekstremitas bawah), atau robekan aorta yang meluas dengan cepat hingga ke bagian aortic arch atau mencapai bagian proksimal dari aorta descendens.[2]

Klasifikasi TEM

Klasifikasi TEM (Type, Entry, Malperfusion) merupakan modifikasi yang lebih baru dari klasifikasi Stanford. Modifikasi ini dilakukan karena beberapa kasus diseksi aorta tidak termasuk dalam tipe A maupun tipe B klasifikasi Stanford.[10]

T (Type):

Selain tipe A dan tipe B, ada tipe tambahan yang disebut sebagai tipe non-A non-B, di mana robekan terjadi pada aortic arch tanpa mengenai aorta ascendens.[10]

E (Entry):

Lokasi robekan pertama atau lokasi entry pertama disebut sebagai E0 bila tidak bisa tampak, E1 bila ada di aorta ascendens, E2 bila ada di aortic arch, dan E3 bila ada di aorta descendens.[10]

M (Malperfusion):

Malperfusi disebut sebagai M0 bila tidak terjadi, M1 bila terjadi pada arteri koroner, M2 bila terjadi pada pembuluh darah supra-aorta, dan M3 bila terjadi pada pembuluh darah viseral, renal, dan/atau ekstremitas bawah. Tanda (+) diberikan bila ada gejala klinis malperfusi, sedangkan tanda (-) diberikan jika malperfusi hanya tampak di pemeriksaan radiografi.[10]

Klasifikasi SVS/STS

Klasifikasi dari SVS/STS (Society for Vascular Surgery/Society of Thoracic Surgeons) juga merupakan modifikasi klasifikasi Stanford. Menurut klasifikasi ini, diseksi aorta tipe A hanya berasal dari robekan pertama (entry) di zona 0, yaitu aorta ascendens. Setelah itu, tipe B meliputi semua diseksi yang terjadi di zona 1 dan seterusnya. Jadi, menurut klasifikasi ini, diseksi tipe non-A non-B yang disebutkan klasifikasi TEM sebenarnya termasuk dalam tipe B.[10]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Juang D, Braverman A, Eagle K. Aortic Dissection. American Heart Association. 2008;118:507-510.
2. Criado FJ. Aortic Dissection. 8th Current Trends in Aortic and Cardiothoracic Surgery. 2011;38(6): 694-700.
3. Fukui T. Management of acute aortic dissection and thoracic aortic rupture. Journal of Intensive Care. 2018;6(15):1-8.
5. Dewi NLPR, Aryasa A, Dharma KSS. Diseksi Aorta Akut Stanford Tipe B dengan Gejala Akut Abdomen. CDK. 2019;46(2):117-120.
6. Alomari I, Hamirani Y, Madera G, et al. Aortic Intramural Hematoma and Its Complications. Circulation. 2014;129:711-716.
7. Cai J, Cao Y, Yuan H, et al. Inferior myocardial infarction secondary to aortic dissection associated with bicuspid aortic valve. 2012;3(2):138-142.
10. Juraszek A, Czerny M, Rylski B. Update in aortic dissection. Trends Cardiovasc Med. 2022 Oct;32(7):456-461. doi: 10.1016/j.tcm.2021.08.008

Epidemiologi Diseksi Aorta
Penatalaksanaan Diseksi Aorta

Artikel Terkait

  • Pelebaran Mediastinum pada Rontgen Thorax Pasien Dewasa
    Pelebaran Mediastinum pada Rontgen Thorax Pasien Dewasa
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 15:30
Bisul dan luka di kaki
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...
Anonymous
Kemarin, 15:27
Dosis Itraconazole untuk onikomikosis setelah ektraksi kuku
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya baru saja melakukan ekstraksi kuku kaki karena kuku onikomikosis yang terbentur, sehingga kuku agak terlepas. Saya akan meresepkan...
Anonymous
Kemarin, 14:15
Lesi di kulit yang terasa gatal dan perih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien datang dengan keluhan lesi seperti di foto sudah 3 hari. Lesi terasa gatal dan perih. Riwayat digigit serangga (-). Pasien rutin konsumsi obat jantung...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.