Prognosis Angina Pektoris
Prognosis pasien dengan angina pektoris lebih buruk dibandingkan prognosis pasien nyeri dada non kardiak. Berbagai faktor risiko penyakit kardiovaskuler juga turut memperburuk luaran klinis pada pasien angina pektoris. Data yang ada belum cukup mutakhir untuk menggambarkan prognosis pasien angina pektoris di komunitas sebab mayoritas data berasal dari register penelitian farmakologi dan intervensi koroner serta kurang heterogen dalam hal karakteristik etnis dan klinis pada populasi pasien.
Komplikasi
Angina pektoris berkaitan dengan spektrum komplikasi yang luas dan tak dapat dilepaskan dari peran perjalanan penyakit jantung iskemik. Gagal jantung iskemik merupakan komplikasi terminal akibat penyakit jantung iskemik yang umumnya diawali dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri sebagai bentuk kerusakan organ target. Berbagai komplikasi antara dapat muncul sebelum pasien jatuh pada kondisi gagal jantung dengan fraksi ejeksi menurun (heart failure with reduced ejection fraction/HFrEF). Komplikasi antara tersebut misalnya regurgitasi mitral iskemik, kardiomiopati iskemik, dan hipertensi pulmonal. [52–54]
Selain itu, aritmia atrial dan ventrikel juga dapat menjadi komplikasi lanjut akibat iskemia miokard yang berlangsung kronik. Atrial fibrilasi merupakan bentuk aritmia yang paling sering terjadi pada pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK) sedangkan takikardia ventrikel (ventricular tachycardia/VT) adalah bentuk aritmia yang rentan menjadi ganas dan berakibat fatal. PJK ditemukan pada 17-46% pasien yang mengalami atrial fibrilasi dan dapat menempatkan pasien pada risiko yang lebih tinggi terhadap kejadian tromboembolisme apabila terdapat aneurisma atau akinesis apikal ventrikel kiri. [55,56]
PJK juga berkaitan dengan peningkatan risiko demensia dan gagal ginjal. Sebuah meta analisis dan tinjauan sistematik data dari berbagai studi longitudinal menemukan bahwa riwayat PJK berkaitan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 27%. Risiko demensia semakin meningkat hingga 60% apabila pasien juga mengalami manifestasi gagal jantung. [57]
Walaupun gagal ginjal kronik telah lama diketahui sebagai faktor risiko perkembangan PJK, bukti terkini mengisyaratkan peran PJK sebagai faktor risiko independen terhadap kejadian gagal ginjal kronik. Kendati data yang ada masih terbatas dalam mengungkap seberapa kuat asosiasi PJK sebagai faktor risiko gagal ginjal, peran PJK dalam perkembangan penyakit ginjal kronik tetap perlu diwaspadai, khususnya pada pasien yang memiliki komorbiditas seperti diabetes melitus dan hipertensi. [58,59]
Prognosis
Data prognosis pasien angina pektoris biasanya didapat dari hasil pemantauan pasien yang turut serta dalam penelitian obat anti angina atau revaskularisasi koroner. Berdasarkan data dari penelitian semacam itu, tingkat mortalitas tahunan pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK) bervariasi antara 1,2-2,4% per tahun sedangkan insidens kematian jantung pada populasi tersebut berkisar antara 0,6% hingga 1,4%. [6]
Namun, terdapat kekhawatiran bahwa data prognosis yang berasal dari register penelitian tidak merefleksikan dengan baik prognosis pasien dengan angina pektoris di komunitas. Penelitian multisenter di Inggris Raya yang melibatkan 8762 pasien dengan nyeri dada baru tanpa riwayat PJK mengungkap bahwa hampir 29% pasien tersebut mengalami nyeri dada berkaitan dengan angina pektoris. Selain itu, laju kematian akibat PJK dan infark miokard non fatal mencapai 2,3% per tahun.
Dibandingkan dengan pasien yang mengalami nyeri dada karena penyebab non kardiak, pasien yang mengalami angina pektoris memiliki risiko kematian 2-3 kali lipat lebih tinggi. [60]
Sementara itu, melihat populasi pasien dengan PJK stabil yang memiliki karakteristik klinis yang bervariasi, prognosis mereka secara individu juga sangat beragam. Secara khusus, pasien dengan penyakit arteri perifer, riwayat infark miokard, dan diabetes memiliki laju kematian yang lebih tinggi, yakni mencapai 3,8% dari total populasi yang dimaksud setiap tahun. Selain ketiga kondisi tersebut, beberapa faktor risiko lainnya juga berkaitan dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien dengan PJK, seperti hipertensi, dislipidemia, gaya hidup santai, kegemukan, merokok, dan riwayat PJK dalam keluarga. Karakteristik klinis tertentu seperti fraksi ejeksi ventrikel kiri yang rendah, gagal jantung, jumlah arteri koroner besar yang terlibat, lokasi stenosis proksimal, persentase stenosis yang besar, kapasitas fungsional yang rendah, juga turut berkontribusi pada prognosis yang lebih buruk. [5,6]