Epidemiologi Angina Pektoris
Berbagai data epidemiologi menunjukkan perbedaan prevalensi angina pektoris dan insidensi mortalitas terkait angina pektoris yang dipengaruhi oleh peningkatan usia dan perbedaan jenis kelamin. Selain itu, sejumlah faktor risiko tampaknya juga meningkatkan insidens kematian akibat penyakit jantung koroner yang disertai dengan manifestasi angina pektoris.
Global
Data epidemiologi global menunjukkan bahwa prevalensi angina meningkat seiring dengan pertambahan usia baik pada pria maupun wanita. Angina pektoris dialami oleh sekitar 4% pria dan 5% wanita berusia 45-64 tahun dan angka ini meningkat hingga 12% pada pria dan 10% pada wanita berusia 65-84 tahun. Pada populasi berusia di bawah 65 tahun, insidens angina pektoris tanpa komplikasi pada wanita tampak sedikit lebih tinggi dibandingkan pada pria. Pada populasi Kaukasia berusia 45-65 tahun, sekitar 1% pria mengalami angina pektoris tanpa komplikasi dan insidens tersebut terus meningkat seiring dengan bertambahnya usia. [6]
Indonesia
Data epidemiologi angina pektoris di Indonesia masih sangat terbatas. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) pada individu berdasarkan diagnosis dokter di Indonesia mencapai 0,5% sedangkan prevalensi berdasarkan gejala atau pernah didiagnosis PJK mencapai 1,5%. Angka ini jelas jauh lebih rendah dari prevalensi serupa di negara maju seperti Amerika Serikat yang bahkan mencapai 6,3%. [31] Beberapa faktor seperti perbedaan cara pemilihan sampel, kriteria diagnosis PJK, potensi bias ingatan akibat data yang mengandalkan memori partisipan sangat mempengaruhi estimasi PJK pada data yang dilaporkan oleh Riskesdas tahun 2013.
Mortalitas
Sebuah studi populasi di Finlandia menemukan bahwa tingkat mortalitas 5 tahun pada pasien dengan angina pektoris mencapai 4,4% pada pria dan 5,4% pada wanita. Pada berbagai kelompok usia, pria dan wanita dengan angina pektoris memiliki risiko mortalitas akibat PJK yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum yang asimptomatik. Karakteristik tertentu seperti dosis obat golongan nitrat yang digunakan, serta hasil pemeriksaan non invasif dan invasif yang positif untuk angina pektoris, berkaitan dengan peningkatan rasio mortalitas yang lebih tinggi pada populasi wanita dibandingkan pria. Hal ini menekankan bahwa wanita berpotensi lebih rentan terhadap luaran buruk angina pektoris dibandingkan pria. [33]
Selain usia dan jenis kelamin, komorbiditas seperti diabetes dan penyakit arteri perifer dapat memodifikasi insidens kematian kardiovaskuler pada pasien dengan angina pektoris stabil. Data menunjukkan bahwa laju mortalitas tahunan dan infark miokard non fatal terkait angina pektoris masing-masing adalah 0,6-1,4% dan 0,6-2,7%. Namun, riwayat infark miokard dan penyakit arteri perifer dapat meningkatkan insidens kematian kardiovaskular terkait angina pektoris hingga 3,8%. [23]