Edukasi dan Promosi Kesehatan Angina Pektoris
Edukasi dan promosi kesehatan pada pasien dengan diagnosis angina pektoris perlu menitikberatkan pada manajemen komprehensif berbagai faktor risiko kardiovaskuler. Pasien juga perlu diingatkan tentang pentingnya pemantauan rutin dan konsumsi obat-obatan sesuai jadwal untuk mencapai target klinis yang optimal.
Edukasi Pasien tentang Manajemen Faktor Risiko
Edukasi pada pasien tentang manajemen faktor risiko kardiovaskuler yang dapat dimodifikasi sama pentingnya dengan komponen terapi lainnya. Faktor risiko tersebut antara lain merokok, aktivitas fisik rendah, kegemukan, dislipidemia, hipertensi arterial, dan diabetes.
Merokok
Program untuk pemberhentian merokok berkaitan erat dengan penurunan mortalitas hingga 36% pasca episode infark miokard dan dokter perlu menggunakan evaluasi pasien dengan angina pektoris sebagai peluang untuk mengedukasi pasien untuk tidak merokok. Mengingat proses berhenti merokok sangat kompleks dan pasien rentan terhadap relaps apabila pemantauan tidak adekuat, kerja sama dengan perawat terlatih dan penilaian sistematis pada tiap kunjungan ke klinik perlu dilakukan. [61]
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik teratur berhubungan dengan penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler, khususnya pada pasien dengan riwayat penyakit jantung koroner (PJK). Apabila tidak terdapat kontraindikasi, latihan aerobik perlu disarankan bagi pasien dengan PJK sebagai bagian dari program rehabilitasi jantung. Hal ini memiliki dua manfaat, yakni untuk meningkatkan kapasitas fisik saat latihan serta evaluasi risiko terkait olahraga. Pasien dengan angina pektoris stabil perlu melakukan olahraga aerobik dengan intensitas sedang hingga tinggi minimal 3 kali seminggu dengan durasi 30 menit tiap sesi. [6]
Penurunan Berat Badan
Peningkatan berat badan dan obesitas berkaitan dengan peningkatan risiko akibat penyakit jantung koroner. Jika pasien memiliki berat badan berlebih atau masuk dalam kategori sangat gemuk (IMT > 30 kg/m2), program penurunan berat badan sangat disarankan agar target tekanan darah ideal, perbaikan dislipidemia, dan kontrol gula darah yang baik dapat tercapai. Pada pasien yang sangat gemuk, evaluasi gejala apnea tidur obstruktif perlu dilakukan mengingat hal tersebut dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler juga. [6,61]
Kendali Dyslipidemia
Pada pasien dengan dislipidemia, pengendalian LDL dapat dicapai dengan terapi farmakologi dan intervensi gaya hidup. Jika pasien pernah terdiagnosis dengan PJK, pemberian terapi farmakologi berbasis statin perlu dimulai tanpa memandang kadar kolesterol LDL untuk menekan risiko mortalitas kardiovaskuler. Target kadar LDL yang hendak dicapai adalah < 70 mg/dL atau reduksi > 50% dari kadar LDL semula. Bila pasien akan menjalani intervensi koroner primer, atorvastatin dosis tinggi dapat dipertimbangkan untuk menurunkan tingkat kejadian infark miokard periprosedural. [6]
Kendali Tekanan Darah
Hipertensi arterial perlu dievaluasi dan mendapat pengobatan secara adekuat sesuai pedoman klinis mutakhir. Penggunaan metode diagnostik yang berbeda-beda (pengukuran di klinik, rumah, atau ambulatorik 24 jam) dapat memiliki ambang definisi hipertensi yang berbeda pula. Hal ini patut diperhatikan sebelum memutuskan apakah pasien dengan angina pektoris memang mengalami hipertensi. Secara umum, target tekanan darah yang disarankan adalah < 140 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan < 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Pasien dengan diabetes melitus mungkin memerlukan target tekanan darah yang lebih agresif, yakni di bawah 140/85 mmHg. [6]
Kendali Gula Darah
Mengingat bahwa diabetes merupakan faktor risiko yang kuat untuk komplikasi kardiovaskuler, target pengendalian HbA1c < 7,0% dan kadar glukosa darah yang terkontrol baik sangat disarankan bagi pasien dengan penyakit jantung koroner. Namun, target tersebut juga perlu mempertimbangkan keamanan bagi pasien, ada atau tidaknya komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler tahap lanjut, fungsi kognitif, dan risiko hipoglikemia. [5]