Diagnosis Sindrom Metabolik
Diagnosis sindrom metabolik ditegakkan dengan mengacu pada kriteria diagnosis sindrom metabolik yang diterbitkan oleh National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart Association (AHA), terdiri dari :
- Gula darah puasa ³ 100 mg/dL (atau mengonsumsi obat antihiperglikemia)
- Tekanan darah ³ 130/85 mmHg (atau mengonsumsi obat antihipertensi)
- Trigliserida ³ 150 mg/dL(atau mengonsumsi obat untuk hipertrigliseridemia)
- Kolesterol high-density lipoprotein (HDL) < 40 mg/dL pada laki-laki dan < 50 mg/dL pada wanita (atau mengonsumsi obat untuk meningkatkan HDL)
- Lingkar pinggang ³ 90 cm pada laki-laki dan ³ 80 cm pada wanita [1,2,12]
Diagnosis sindrom metabolik ditegakkan apabila terdapat minimal 3 dari 5 kriteria di atas.
Pedoman International Diabetes Federation (IDF) tahun 2006 menyebutkan kriteria diagnosis sindrom metabolik terdiri dari adanya obesitas sentral (indeks massa tubuh ³ 30 kg/m2), ditambah dengan adanya 2 atau lebih kriteria di bawah ini :
- Peningkatan trigliserida ³ 150 mg/dL; atau mengonsumsi obat untuk hipertrigliseridemia
- Penurunan kolesterol HDL < 40 mg/dL pada laki-laki dan < 50 mg/dL pada wanita; atau mengonsumsi obat untuk meningkatkan HDL
- Peningkatan tekanan darah ³ 130/85 mmHg; atau mengonsumsi obat antihipertensi atau pernah terdiagnosis hipertensi
- Peningkatan gula darah puasa ³ 100 mg/dL; atau pernah terdiagnosis diabetes melitus tipe 2 [1,12,13]
Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mencari adanya riwayat hipertensi, dislipidemia, atau gula darah tinggi. Riwayat keluarga untuk kondisi-kondisi tersebut juga perlu ditanyakan. Selain itu, riwayat sosial pasien yang meningkatkan risiko, seperti merokok, juga perlu ditanyakan.
Karena gaya hidup berperan penting dalam timbulnya sindrom metabolik, maka pola makan, aktivitas fisik, peningkatan berat badan, riwayat kehamilan, dan riwayat perkembangan juga perlu digali. Pada beberapa pasien, sindrom metabolik bisa asimptomatik. Namun, bisa juga timbul gejala kardiovaskular seperti nyeri dada dan sesak nafas. [1,12]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangatlah penting dalam diagnosis sindrom metabolik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan tanda vital untuk menilai tekanan darah, dan pengukuran lingkar pinggang untuk menilai adanya obesitas sentral. Selain itu, pemeriksaan juga dapat diperluas untuk mengidentifikasi adanya gejala dari penyakit kardiovaskular atau diabetes mellitus, seperti neuropati, retinopati, akantosis nigrikans, dan xantoma atau xanthelasma. [1,12]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding sindrom metabolik didasarkan pada kriteria diagnosisnya, yakni gula darah yang tinggi, tekanan darah tinggi, kadar trigliserida tinggi, kadar HDL rendah, dan pembesaran lingkar pinggang. Diagnosis banding sindrom metabolik berupa semua kondisi yang dapat menyebabkan berbagai kriteria tersebut. Sebagai contoh, ada kemungkinan terdapat kondisi lain selain diabetes yang dapat menyebabkan peningkatan gula darah seperti kelainan tiroid, glukagonoma, bahkan feokromositoma yang jarang terjadi. Selain itu, pada peningkatan tekanan darah, mungkin terdapat penyebab sekunder (hipertensi sekunder) yang perlu digali, seperti penyakit ginjal kronis. [1,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada sindrom metabolik diawali dengan pemeriksaan laboratorium, dan dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan radiologi jika diperlukan. Pada pasien obesitas juga dapat dilakukan pemeriksaan khusus untuk mendeteksi kondisi seperti obstructive sleep apnea. [1,12]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium untuk pasien sindrom metabolik sebaiknya mencakup pemeriksaan :
- Gula darah dan HbA1C
- Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, asam urat
- Kadar trigliserida
- Kadar kolesterol HDL
- Pada risiko tinggi aterosklerosis : lipoprotein a, apolipoprotein-B100, high-sensitivity C-reactive protein, dan homosistein
- Fungsi tiroid : thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan di atas berfungsi untuk menilai apakah kadar parameter yang diukur memenuhi kriteria diagnosis sindrom metabolik. Fungsi tiroid juga perlu dinilai apabila gejala klinis mengindikasikan diagnosis banding ke arah gangguan tiroid. [1,12]
Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak memiliki nilai diagnostik untuk sindrom metabolik. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan untuk mendeteksi adanya kemungkinan komplikasi, terutama kompilasi kardiovaskular, misalnya penyakit jantung koroner dan kardiomegali. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan sesuai indikasi antara lain stres elektrokardiografi, ekokardiografi, dan cardiac positron emission tomography. [1,12]
Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan lain yang bersifat khusus yakni pemeriksaan polysomnography untuk mendiagnosis obstructive sleep apnea, suatu kondisi yang banyak dialami pasien dengan obesitas. [1,12]