Edukasi dan Promosi Kesehatan Hipoglikemia
Tindakan edukasi dan promosi kesehatan pada pasien yang memiliki risiko untuk mengalami hipoglikemia harus mencakup cara pemantauan kadar glukosa darah, mitigasi risiko hipoglikemia, pengenalan gejala hipoglikemia, dan terapi awal hipoglikemia.
Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
Edukasi yang idealnya melibatkan pendidik diabetes, staf keperawatan, dan ahli gizi dimulai pada kunjungan awal dengan pasien. Pasien perlu mengetahui cara pemantauan glukosa darah mandiri (self-monitoring blood glucose/SMBG) yang kekerapannya diatur sesuai dengan jenis obat yang diterima pasien. SMBG mungkin perlu lebih sering pada pasien yang mendapat obat hipoglikemik risiko tinggi maupun terapi insulin. Pasien perlu diajarkan agar senantiasa membawa alat pengukur glukosa darah dan buku diary tiap kunjungan ke poliklinik untuk ditinjau oleh tenaga medis. [39,40]
Upaya Pengendalian Faktor Risiko Hipoglikemia
Apabila pasien mendapat terapi hipoglikemik, pasien perlu tahu tentang risiko hipoglikemia, onset, puncak, dan durasi kerja obat. Jika pasien memiliki riwayat hipoglikemia sering atau risiko hipoglikemia tak sepadan dengan manfaat obat, pasien perlu diberitahu agar dapat memutuskan secara bersama alternatif pengobatan dengan risiko hipoglikemia lebih kecil yang dapat ditempuh.
Jadwal pemberian obat harus disesuaikan secara ketat dengan jadwal makan dan kadar glukosa sedangkan puasa berkepanjangan dan konsumsi alkohol harus dihentikan guna menekan risiko hipoglikemia.
Faktor lain yang berkaitan dengan peningkatan risiko hipoglikemia seperti latihan fisik berlebihan, program penurunan berat badan agresif, dan hipoglikemia nokturnal juga perlu diketahui oleh pasien. Bahkan, SMBG perlu disarankan untuk dilakukan sebelum melakukan latihan fisik, tidur, dan mengendarai kendaraan untuk meningkatkan keselamatan diri. [39]
Edukasi Gejala dan Terapi Awal Hipoglikemia
Pasien juga perlu mengetahui gejala, tanda, dan tata laksana awal hipoglikemia. Apabila kadar glukosa darah kurang dari 70 mg/dL, pasien perlu diingatkan untuk waspada walaupun ia merasa tidak mengalami gejala khusus hipoglikemia.
Pasien yang berisiko hipoglikemia harus senantiasa membawa sejenis sumber karbohidrat untuk berjaga-jaga apabila muncul gejala hipoglikemia[39].
Terkait asupan karbohidrat, pasien juga perlu mengetahui jenis makanan apa saja yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Apabila pasien mendapat insulin di jam makan, pasien wajib mengetahui pentingnya asupan karbohidrat dalam jumlah yang konsisten. Ini dilakukan untuk menghindari hipoglikemia pasca makan yang dapat terjadi ketika pasien mendapat dosis insulin sama sedangkan jumlah karbohidrat yang dia konsumsi bersama suntikan insulin berkurang. Kedisiplinan dan konsistensi dalam mengatur jumlah karbohidrat dalam makan ini menjadi semakin penting khususnya pada pasien yang mendapat jenis insulin campur (kerja panjang dan pendek dalam satu injeksi). Pasien yang mendapat suntikan insulin campur memiliki risiko hipoglikemia lebih tinggi apabila tidak mengatur jumlah makanan secara konsisten atau bahkan melewatkan jadwal makan. [39]