Etiologi Tinea Pedis
Etiologi tinea pedis yang paling sering adalah Tricophyton rubrum, T. interdigitale, Epidermophyton floccosum, dimana T rubrum menjadi penyebab yang paling umum di seluruh dunia dan bekerja pada kaki, kulit dan kuku manusia. T rubrum merupakan salah satu spesies dermatofita yang paling menonjol, dapat terlihat dalam beberapa nuansa warna seperti putih, kuning, coklat dan merah. T rubrum juga ditemukan dalam berbagai tekstur.
T rubrum dapat diobservasi dengan mudah namun infeksi yang diakibatkan olehnya cukup sulit didiagnosa dan sulit dibedakan dengan dermatofita lainnya. Secara morfologi, koloni T rubrum menunjukkan sebuah spektrum karakter yang bervariasi. Sebagai contoh, T rubrum memproduksi pigmentasi dengan warna yang bervariasi mulai dari warna putih, krem hingga merah tua; pigmentasi pada sisi yang berlainan memiliki variasi warna dari coklat kekuningan hingga merah anggur; bentuk koloni bervariasi dari datar hingga sedikit menonjol; tekstur dari T rubrum juga bervariasi mulai dari berbulu halus hingga seperti tekstur suede (kulit yang lembut); jumlah mikrokonidia bervariasi dari tidak ada, jarang, hingga banyak; bentuk mikrokonidia bervariasi dari bentuk stik yang ramping hingga bentuk piriformis (seperti buah pear); jumlah makrokonidia juga bervariasi dari tidak ada, jarang, hingga ke banyak dengan ataupun tanpa proyeksi terminal
Metabolisme T rubrum sangat dipengaruhi oleh kondisi pH lingkungan. Lebih dari setengah genom T rubrum tersusun dari protease, dengan bahan terbanyak adalah kreatinase. Produksi dari protease tersebut bergantung pada kadar pH saat sekresi kreatinase, dimana bekerja paling optimal pada keadaan asam. Hal tersebut nantinya akan mempengaruhi faktor virulensi dari T rubrum seperti kemampuannya untuk mencerna keratin sebagai sumber kekuatan dan pertumbuhan.
T rubrum merupakan dermatofita dengan habitat anthropophilic yang berarti host hanya terbatas pada manusia dan ditransmisikan dengan kontak langsung. Namun, bagian dari kulit, rambut ataupun kuku yang terinfeksi dan tertinggal pada pakaian, sisir, topi, kaus kaki, handuk, dsb juga dapat menjadi wadah penularan.
Kemampuan patogen T rubrum dalam memproduksi dan mensekresi enzim proteolitik merupakan faktor virulensi utama. Meskipun T rubrum tidak menyebabkan infeksi yang mengancam nyawa, infeksi biasanya muncul dalam jangka waktu yang lama, seringkali berulang, dan sulit untuk disembuhkan
T rubrum menyerang kulit dan kuku manusia melalui degradasi keratin, invasi dilakuka melewati stratum korneum untuk memperoleh keratin. [1,8-11]

Gambar: Gambaran histologis Epidermophyton floccosum, salah satu penyebab utama tinea pedis. Pada perbesaran 475x, kita dapat melihat gambaran hifa filamentosa dan makrokonidia.
Faktor Risiko
Beberapa hal dapat meningkatkan risiko terkena tinea pedis, seperti:
- Pemakaian sepatu tertutup yang ketat disertai kaus kaki yang basah atau lembab
- Sistem imun tubuh yang lemah, bisa dikarenakan penyakit serius (kanker, infeksi HIV) atau dikarenakan pemakaian obat-obatan yang dapat menekan sistem imun dalam jangka waktu yang lama (steroid, pada pasien yang mendapatkan kemoterapi)
- Pria lebih rentan terkena infeksi tinea pedis dibanding wanita
- Penderita diabetes dan pada kelainan sirkulasi perifer yang buruk
- Penderita hiperhidrosis
- Penderita obesitas
- Usia lanjut
- Predisposisi genetik
- Iklim yang hangat dan lembap
- Berjalan tanpa alas kaki pada area publik di mana infeksi dapat tersebar, seperti ruang ganti, sauna, tempat fitness, kolam renang, dan pemandian umum
-
Faktor lokal seperti trauma dan pemakaian moisturizer berlebihan
- Sebuah penelitian di Israel menunjukkan bahwa pencucian kaki berulang pada anak sekolah dapat mengarah kepada delipidasi dan perubahan pH pada stratum korneum yang dapat membantu pertumbuhan jamur. [5,14-15, 18-19]