Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Tinea Pedis yogi 2022-04-13T14:31:17+07:00 2022-04-13T14:31:17+07:00
Tinea Pedis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Penatalaksanaan Tinea Pedis

Oleh :
dr. Apri Haryono Hafid
Share To Social Media:

Penatalaksanaan tinea pedis atau athlete’s foot meliputi pengendalian faktor risiko dan pemberian antifungal seperti terbinafine, miconazole, ketoconazole. Pengendalian faktor risiko sangat penting karena meskipun terapi antifungal sudah tepat dan tuntas, reinfeksi dapat terjadi kembali. Nystatin topikal tidak efektif untuk terapi infeksi dermatofita seperti tinea pedis.[2,23]

Antifungal Topikal

Antifungal topikal merupakan pilihan awal dalam tatalaksana tinea pedis. Pilihan antifungal topikal meliputi golongan allylamine seperti terbinafine dan butenafine, golongan azol seperti miconazole, ketoconazole, clotrimazole, dan luliconazole. Siklopiroksolamin seperti ciclopirox dan golongan thiocarbamic acid seperti tolnaftate dan liranaftate are also used. Pada penelitian, terbinafine dinilai menghasilkan perbaikan klinis absolut sebesar 2-8% lebih tinggi dibandingkan antifungal topikal lainnya.[4,7,12,14]

Golongan Azol dan Golongan Allylamine

Berdasarkan panduan tatalaksana di Jepang, golongan azol selain mempunyai antimikotik spektrum luas, juga mempunyai efek antiinflamasi dan antimikrobial.

Antifungal topikal lini pertama yang dipakai di Indonesia adalah golongan allylamine, sementara golongan azol dipakai sebagai lini pertama pada beberapa negara lain. Beberapa sediaan, dosis, dan durasi pemakaian antifungal topikal untuk tinea pedis yang tersedia di Indonesia telah disebutkan pada Tabel 1.[2-5,8,15]

Tabel 1. Sediaan, Frekuensi dan Durasi Pemakaian Antifungal Topikal.

tabel 1 tinea pedis

Sumber: dr. Gabriela, Alomedika.[2-5]

Antifungal topikal dioles melebihi area lesi yang terlihat dan harus tetap digunakan meski terdapat perbaikkan lesi kulit secara klinis dan/atau bila dilakukan pemeriksaan mikroskopik langsung menunjukkan hasil konversi fungi negatif.[2,3]

Menurut panduan tatalaksana tinea pedis di Jepang, pemberian antifungal topikal sebaiknya diteruskan hingga minimal 2 bulan pada tinea pedis interdigital, 3 bulan pada tipe vesikobulosa dan 6 bulan pada tipe hiperkeratotik kronis.[3]

Antifungal Sistemik

Antifungal sistemik dapat diberikan pada pasien yang tidak respons terhadap antifungal topikal (kasus refrakter), dengan tinea pedis tipe hiperkeratotik, atau mengalami dermatitis setelah penggunaan antifungi topikal. Pada kasus tinea pedis dengan lesi ekstensif dapat langsung diberikan antifungal sistemik tanpa menggunakan antifungal topikal dahulu.[2,3,12]

Penggunaan antifungal sistemik dipertimbangkan pada tinea pedis tipe hiperkeratotik karena cenderung resisten terhadap antifungi topikal. Antifungal sistemik juga dipertimbangkan pada kasus tinea pedis dengan lesi erosi berat, maserasi, dermatitis kontak, atau disertai infeksi sekunder.[2,3]

Beberapa antifungal sistemik yang dapat diberikan pada pasien dewasa dan tersedia di Indonesia adalah terbinafine 1x250 mg/hari, selama 2 minggu  atau itraconazole 2x200mg/hari selama 3 minggu. Ibu hamil dapat diberika antifungal sistemik pilihan yaitu terbinafine, meski lebih dianjurkan menggunakan antifungal topikal.[2,4]

Meski fluconazole dan griseofulvin tersedia di Indonesia, namun jarang digunakan pada pasien tinea pedis. Fluconazole 150 mg dapat diberikan sekali seminggu dan dikonsumsi selama 2-6 minggu. Pemberian griseofulvin pada dewasa biasanya diberikan selama 4-8 minggu.[2,3,12]

Pilihan dan dosis antifungal sistemik pada anak berbeda dengan dewasa. Terbinafine dapat diberikan dengan dosis 5 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Itraconazole diberikan dalam dosis 3-5mg/kgBB/hari. Durasi pemberian antifungal sistemik anak sama dengan dewasa.[2,4]

Resistensi

Resistensi terhadap pengobatan infeksi jamur dermatofita dapat terjadi akibat adanya mutasi gen tertentu sehingga perbaikan klinis tidak tercapai. Saat ini mayoritas kasus dermatofitosis, terutama akibat infeksi Trichophyton sp., tidak berespon terhadap pemberian terbinafine akibat mutasi gen squalene oxidase sehingga menjadi perhatian penting dalam tatalaksana dermatofitosis.

Dugaan resistensi terhadap terbinafine perlu dipikirkan apabila tidak ada perbaikan klinis selama 2–4 minggu sehingga pemeriksaan kultur disertai resistensi obat antifungal perlu dilakukan. Beberapa pilihan terapi berdasarkan laporan kasus apabila ditemukan infeksi jamur yang resisten terhadap terbinafine adalah itraconazole 100 mg per hari selama 3 minggu.[18]

Kombinasi Antifungal Topikal dan Sistemik

Menurut konsensus di India, terapi kombinasi topikal dan sistemik disarankan pada semua pasien dengan tinea pedis rekuren, persisten, relaps, dan kronis (rekalsitran). Dalam pemberian terapi kombinasi antara topikal dan sistemik, direkomendasikan untuk memilih golongan obat yang berbeda, misalkan golongan azol topikal dan terbinafine oral.[2,23]

Terapi Lainnya

Pemberian antihistamin seperti cetirizine dan loratadine dapat diberikan pada pasien untuk mengurangi rasa gatal. Pasien dengan tinea pedis hiperkeratosis kronis dapat diberikan gabungan antifungal dan asam salisilat untuk menghancurkan keratosis.[12,2]

Terapi yang Tidak Efektif

Nystatin merupakan terapi yang efektif untuk infeksi kulit oleh Candida sp., namun tidak efektif pada infeksi yang disebabkan oleh dermatofita, contohnya tinea pedis. Kortikosteroid topikal juga tidak direkomendasikan sebagai terapi kombinasi pada tinea pedis karena dinilai tidak bermanfaat.[12,25]

Penggunaan kortikosteroid dengan potensi sedang-tinggi seperti betamethasone tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan atrofi kulit. Kortikosteroid topikal dapat diberikan bila pasien mempunyai lesi kulit inflamatorik dengan pruritus hebat.[25]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Athieqah Asy Syahidah

Referensi

2. Rajagopalan M, Inamadar A, Mittal A, Miskeen AK, Srinivas CR, Sardana K, et al. Expert Consensus on The Management of Dermatophytosis in India (ECTODERM India). BMC Dermatol. 2018 Jul 24;18(1):6.
3. Mochizuki T, Tsuboi R, Iozumi K, Ishizaki S, Ushigami T, Ogawa Y, et al. Guidelines Committee of the Japanese Dermatological Association: Guidelines for the management of dermatomycosis (2019). J Dermatol. 2020 Dec;47(12):1343-73.
4. Perhimpunan dokter spesialis kulit dan kelamin indonesia. Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia. Jakarta: Perdoski; 2017.
5. Martinez-Rossi NM, Peres NTA, Bitencourt TA, Martins MP, Rossi A. State-of-the-Art Dermatophyte Infections: Epidemiology Aspects, Pathophysiology, and Resistance Mechanisms. J Fungi (Basel). 2021;7(8):629.
7. Kovitwanichkanont T, Chong AH. Superficial fungal infections. Aust J Gen Pract. 2019 Oct;48(10):706-11.
8. Toukabri N, Dhieb C, El Euch D, Rouissi M, Mokni M, Sadfi-Zouaoui N. Prevalence, Etiology, and Risk Factors of Tinea Pedis and Tinea Unguium in Tunisia. Can J Infect Dis Med Microbiol. 2017;2017:6835725.
9. Sasagawa Y. Internal environment of footwear is a risk factor for tinea pedis. J Dermatol. 2019 Nov;46(11):940-946.
12. Uptodate. Dermatophyte (tinea) infections. https://www.uptodate.com/contents/dermatophyte-tinea-infections.
14. Thomas B, Falk J, Allan GM. Topical management of tinea pedis. Can Fam Physician. 2021;67(1):30.
15. Mims Indonesia. Terbinafine. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/terbinafine?mtype=generic.
18. Jartarkar, S.R.; Patil, A.; Goldust, Y.; Cockerell, C.J.; Schwartz, R.A.; Grabbe, S.; Goldust, M. Pathogenesis, Immunology and Management of Dermatophytosis. J. Fungi 2022, 8, 39. https://doi.org/10.3390/jof8010039
23. Campitelli M, Zeineddine N, Samaha G, Maslak S. Combination Antifungal Therapy: A Review of Current Data. J Clin Med Res. 2017;9(6):451-456. doi:10.14740/jocmr2992w
25. Greenberg HL, Shwayder TA, Bieszk N, Fivenson DP. Clotrimazole/betamethasone diproprionate: a review of costs and complications in the treatment of common cutaneous fungal infections. Pediatr Dermatol 2002; 19:78.

Diagnosis Tinea Pedis
Prognosis Tinea Pedis
Diskusi Terkait
Anonymous
15 September 2022
Adakah batas minimal usia untuk menggunakan antibiotik bubuk
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok.Izin bertanya mengenai pemakaian bubuk PK.Adakah usia tertentu yang tidak boleh menggunakan PK ?Bagaimana cara yang tepat menggunakan PK ( seperti...
Anonymous
31 Maret 2022
Otomikosis kapan dirujuk? - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dr. Suyanti, Sp. T.H.T.K.L,Ijin bertanya dok. Pada pasien dengan otomikosis yang sudah menerima tetes telinga clotrimazole selama 2 minggu, tetapi belum...
dr.Monica Selviany Wulang
30 Maret 2022
Pasien anak perempuan usia 11 tahun dengan Tinea Pedis yang berulang
Oleh: dr.Monica Selviany Wulang
2 Balasan
Alo Dokter! Ijin berdiskusi dok. Saya memiliki pasien anak perempuan 11 thn, 22kg keluhan luka pada kedua telapak kaki seperti pada gambar. Awalnya gatal...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.