Diagnosis Urtikaria
Diagnosis urtikaria dapat ditegakkan melalui gambaran lesi urtikaria disertai gejala penyerta, seperti gatal atau rasa nyeri seperti terbakar. Lesi urtikaria dapat bersifat polimorfik, tetapi gambaran tipikal lesi ini adalah adanya papul atau plakat eritematosa yang sedikit meninggi dengan batas yang jelas dan disertai pembengkakan. Beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan pada urtikaria kronik untuk mencari etiologi pencetus.
Anamnesis
Pasien urtikaria dapat datang dengan atau tanpa lesi urtikaria pada kulit.
Lesi Urtikaria dan Angioedema
Lesi urtikaria sendiri memiliki tiga fitur tipikal, yaitu:
- Papul atau plakat eritematosa, sedikit meninggi, batas jelas, disertai edema
- Gejala gatal atau kadang rasa terbakar
- Lesi cepat hilang, umumnya dalam durasi 1–24 jam [2,3]
Urtikaria juga sering muncul bersamaan dengan angioedema, yang memiliki ciri khas:
- Pembengkakan pada dermis dan subkutis dalam yang bersifat secara tiba-tiba
- Rasa nyeri lebih sering terasa dibandingkan gatal
- Keterlibatan membran mukosa
- Resolusi lebih lambat (dapat sampai 72 jam) [2,5]
Onset dari urtikaria sendiri dibagi menjadi dua, yaitu akut dan kronik. Urtikaria akut merupakan urtikaria dengan onset < 6 minggu. Sedangkan, urtikaria kronik adalah urtikaria dengan durasi > 6 minggu.
Predileksi lesi urtikaria dapat terjadi pada bagian tubuh manapun. Lesi urtikaria dapat meluas dengan digaruk. Pasien dapat datang dengan lesi urtikaria yang sudah mulai menghilang, di mana umumnya meninggalkan warna kecoklatan. Karena natur urtikaria yang cepat hilang timbul, pasien sering kali datang dengan lesi urtikaria yang sudah menghilang. Pasien yang datang dengan lesi urtikaria yang sudah hilang disarankan untuk mengambil foto untuk mendokumentasi lesi saat muncul jika keluhan muncul kembali. [2,5]
Anamnesis Kemungkinan Penyebab Urtikaria
Selain menentukan lesi urtikaria, klinisi juga harus dapat mencari penyebab urtikaria pada pasien. Berikut ini beberapa anamnesis yang dapat dilakukan untuk mengarahkan etiologi urtikaria:
- Tanda dan sumber infeksi: demam, nyeri tenggorokan, rhinorrhea, muntah, nyeri kepala, diare, batuk
- Riwayat medikasi:
- Obat golongan penisilin seperti amoxicillin dan amoxiclav
- Sefalosporin seperti cefixime dan cefotaxime
- Diuretik seperti furosemide
- obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) termasuk ibuprofen dan aspirin
- Penghambat angiotensin-converting-enzyme (ACE) seperti captopril dan lisinopril
- Antihistamin seperti cetirizine dan loratadine
- Riwayat bepergian
- Riwayat medis keluarga: penyakit tiroid dan limfoma
- Riwayat alergi
- Penggunaan media radiokontras intravena
- Makanan: makanan laut, keju, telur, coklat, kacang
- Penggunaan detergen, krim, parfum baru, pewarna rambut
- Status dan usia kehamilan
- Paparan panas atau dingin, air, tekanan, vibrasi
- Olahraga [1,3]
Pemeriksaan Fisik
Lesi kulit urtikaria memiliki karakterisasi lesi pembengkakan eritematosa yang dapat memiliki bentuk linear, sirkular, atau serpiginosa (bentuk lesi seperti ular).
Urtikaria dermatografik atau dermatografisme, dapat terjadi pada 2–5 % kasus urtikaria, di mana garukan minor akan menyebabkan munculnya lesi urtikaria yang signifikan.[1,6]
Selain itu, pemeriksaan fisik yang lengkap dapat membantu klinisi menentukan etiologi maupun tanda bahaya pada urtikaria. Berikut ini pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan pada pasien urtikaria:
- Angioedema pada lidah, laring, bibir
- Tanda infeksi: demam, artritis, artralgia, penurunan berat badan, dan limfadenopati
- Tanda penyakit hati: ikterik sklera, pembesaran hati, nyeri tekan perut kanan atas
- Tanda instabilitas kardiovaskular: bradikardia atau takikardia, bradipnea atau takipnea, hipoksemia, hipotensi atau hipertensi
- Tanda pneumonia atau bronkospasme: takipnea, wheezing, ronkhi
- Pembesaran tiroid
- Infeksi bakteri atau jamur pada kulit[1,6]
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang dapat menjadi diagnosis banding dari urtikaria adalah:
Pityriasis Rosea
Pityriasis rosea memiliki gambaran yang menyerupai urtikaria, berupa lesi eritematosa berbatas tegas yang disertai dengan peninggian dan memiliki gejala gatal. Akan tetapi, berbeda dengan urtikaria, lesi pada pityriasis rosea umumnya memiliki sisik.
Dermatitis Kontak Alergi
Gambaran lesi dan gejala dari dermatitis kontak alergi dapat menyerupai urtikaria. Lesi dermatitis kontak alergi dapat muncul dengan adanya eritematosa, pembengkakan, dan gatal pada kulit. Hal yang membedakan dengan urtikaria adalah adanya pajanan pasien terhadap alergen, seperti lateks dan nikel yang mencetuskan lesi kulit. [1,5]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada urtikaria akut umumnya tidak direkomendasikan. Akan tetapi, pada urtikaria kronik yang belum diketahui penyebabnya beberapa pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, yang disertai dengan hitung jenis leukosit dapat dilakukan pada beberapa pasien urtikaria, terutama untuk mendeteksi penyebab urtikaria berupa leukemia atau limfoma. Peningkatan hitung eosinofil dapat menunjukkan adanya infeksi parasit atau reaksi obat. Hitung neutrofil dapat meningkat pada pasien dengan vaskulitis urtikaria. Selain itu, peningkatan pemeriksaan respons fase akut dapat menunjukkan kondisi sistemik, seperti vaskulitis dan infeksi kronis. [3.12]
Biopsi Kulit
Biopsi kulit umumnya tidak disarankan dilakukan pada pasien urtikaria. Pada pasien yang dicurigai vaskulitis urtikaria, biopsi punch dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya infiltrasi neutrofilik konsisten dengan vaskulitis leukositoklastik.
Tes Tusuk Kulit
Disarankan pada pasien urtikaria kronik untuk menemukan allergen yang dapat memicu terjadinya urtikaria pada pasien
Fungsi Tiroid dan Autoantibodi
Pada pasien urtikaria dengan kecurigaan memiliki penyakit tiroid dapat dilakukan pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH), thyroxine (T4), triiodothyronine (T3), dan antibodi tiroid peroksidase. Terdapatnya autoantibodi tiroid dapat menguatkan diagnosis urtikaria autoimun pada pasien dengan urtikaria kronik.[3,12]
Beberapa pemeriksaan penunjang lanjutan yang tidak umum dapat dilakukan pada urtikaria kronik yang belum diketahui etiologinya.
Tes Allergen Spesifik IgE Serum
Pemeriksaan tes alergen spesifik IgE dapat digunakan untuk menginvestigasi terdapatnya reaksi hipersensitivitas tipe 1 pada pasien. Pemeriksaan ini lebih dianjurkan dilakukan pada pasien dengan urtikaria kronik
Tes Antibodi Antinuklear (ANA)
Pada urtikaria idiopatik kronik, dapat dilakukan pemeriksaan ANA untuk mencari etiologi autoimun, seperti lupus eritematosa sistemik, pada pasien.
Fungsi Hati
Fungsi hati, seperti aspartate aminotransferase (AST) dan alanine aminotransferase (ALT), dapat diperiksa pada pasien urtikaria yang dicurigai disebabkan oleh infeksi pada hati.
Kadar Ferritin, Folat, dan Vitamin B12
Pada urtikaria idiopatik kronik sering ditemukan kadar ferritin, folat dan vitamin B12 yang rendah. Beberapa studi berpendapat bahwa terdapat hubungan kadar mikronutrien dengan urtikaria kronik idiopatik.
Krioglobulin
Pada pasien urtikaria fisik yang berhubungan dengan hawa dingin (cold urticaria) dapat dilakukan pemeriksaan krioglobulin. Penemuan krioglobulin pada darah pada pasien cold urticaria dapat menjadi tanda dari penyakit leukemia limfositik kronik. [3,9]