Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Urtikaria general_alomedika 2022-02-22T12:08:12+07:00 2022-02-22T12:08:12+07:00
Urtikaria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Pasien Dewasa - Panduan e-Prescription
  • Pasien Anak - Panduan e-Prescription

Patofisiologi Urtikaria

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Patofisiologi terjadinya urtikaria belum sepenuhnya diketahui. Terjadinya urtikaria telah dihubungkan dengan aktivasi sel mast yang bermediasi dengan immunoglobulin E (IgE).

Patofisiologi Urtikaria Akut

Peran imunologis dan alergi telah dipikirkan sebagai penyebab dari urtikaria. Reaksi hipersensitivitas tipe I dipikirkan menjadi mekanisme terjadinya urtikaria akut. Lesi urtikaria sendiri ditemukan terjadi akibat histamin yang dikeluarkan oleh sel mast.

Peningkatan histamin sendiri dapat terjadi karena berbagai mekanisme, seperti fenomena yang berhubungan dengan immunoglobulin E (IgE), refleks neurogenik, dan stimulasi secara langsung. Pelepasan histamin pada dermis menyebabkan rasa gatal berat pada urtikaria. Reseptor histamin H1 dan H2 juga akan teraktivasi pada pasien urtikaria.  Aktivasi dari reseptor histamin H1 pada sel otot polos dan endotel akan meningkatkan permeabilitas kapiler. Sedangkan aktivasi pada reseptor histamin H2 menyebabkan dilatasi venula dan arteriol sehingga terjadi ekstravasasi cairan ke dalam dermis.

Selain histamin, bradikinin juga berperan dalam terjadinya urtikaria. Peningkatan bradikinin sendiri telah ditemukan menjadi mekanisme dasar terjadinya angioedema, yang umumnya dapat terjadi bersamaan dengan urtikaria. Leukotrien dan pemecahan produk komplemen juga banyak ditemukan pada pasien dengan lesi urtikaria maupun angioedema. [4,6]

Patofisiologi Urtikaria Kronik

Patofisiologi urtikaria kronik sampai sekarang masih belum diketahui secara menyeluruh. Pembentukan tanda dan gejala urtikaria pada urtikaria kronik umumnya hampir menyerupai urtikaria akut. Namun, urtikaria kronik sering kali dihubungkan dengan beberapa etiologi pencetus urtikaria, seperti medikasi, autoimun, faktor stress, dan vaskulitis. Penggunaan medikasi penghambat Angiotensin-converting-enzyme (ACE) seperti captopril dan lisinopril merupakan salah satu penyebab peningkatan  bradikinin, di mana obat ini dapat menginhibisi pemecahan bradikinin. Selain itu, penyebab lainnya, seperti infeksi dan trauma, juga dapat meningkatkan bradikinin.

Pada pasien autoimun, terdapat antibodi yang melawan reseptor IgE pada sel mast. Hal ini dapat mengaktivasi sel mast yang kemudian menyebabkan tanda dan gejala urtikaria. Urtikaria pada pasien autoimun umumnya sulit diterapi dan membutuhkan obat imunosupresan jangka panjang, misalnya cyclosporine dan azathioprine. Pada vaskulitis urtikaria, ditemukan memiliki hubungan dengan antibodi yang dapat melawan komplemen C1q yang menyebabkan aktivasi komplemen yang persisten. [4,6]

Referensi

4. Radonjic-Hoesli S, Hofmeier KS, Micaletto S, Schmid-Grendelmeier P, Bircher A, Simon D. Urticaria and Angioedema: an Update on Classification and Pathogenesis. Clin Rev Allergy Immunol. 2018;54(1):88–101.
6. Sabroe RA. Acute Urticaria. Immunol Allergy Clin N Am. 2014;34(1):11-21

Pendahuluan Urtikaria
Etiologi Urtikaria

Artikel Terkait

  • Manifestasi Kulit pada COVID-19
    Manifestasi Kulit pada COVID-19
  • Pemberian Kortikosteroid Bersama Antihistamin untuk Terapi Urtikaria Akut - Apakah Perlu?
    Pemberian Kortikosteroid Bersama Antihistamin untuk Terapi Urtikaria Akut - Apakah Perlu?
Diskusi Terkait
Anonymous
20 April 2022
Pasien anak usia 10 tahun dengan urtikaria
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Selamat malam dokter ijin bertanya, An F usia 10 tahun BB dengan urtikaria, tak membaik dgn cetirizine, ctm maupun metilprednisolon. Ini sudah ke 3 kalinya...
dr. Reren Ramanda
22 Maret 2022
Pasien dengan urtikaria riwayat alergi dingin bagaimana tatalaksananya
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dokter, izin insight nya, pada pasien dengan urtikaria riwayat alergi dingin yang sering terjadi hampir setiap pagi, baiknya pada pasien ini diberikan...
dr.Nailla Fariq Alfiani
05 Januari 2022
Terapi urtikaria karena alergi dengan Bio-E - Kulit Ask the Expert
Oleh: dr.Nailla Fariq Alfiani
3 Balasan
Selamat pagi dr. Fresa Nathania Rahardjo, M. Biomed, Sp. KK. Izin bertanya dok: apakah terapi desensitasi dg bio-e apakah efektif untuk mengurangi urtikaria...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.