Etiologi Oligospermia
Etiologi oligospermia berbeda berdasarkan jenis hipogonadisme yang diderita. Berbagai gangguan reproduktif dan nonreproduktif bisa menyebabkan oligospermia, namun kebanyakan kasus bersifat idiopatik. [2]
Etiologi Primary Testicular Failure
Etiologi oligospermia yang disebabkan oleh primary testicular failure, antara lain:
- Sindrom Klinefelter: Kondisi yang disebabkan oleh kelainan kromosom X dan Y, di mana terdapat dua atau lebih kromosom X, sehingga menyebabkan perkembangan testis tidak normal;
- Abnormalitas kromosom: Selain sindrom Klinefelter, abnormalitas kromosom lain, seperti mikrodelesi Yq, copy number variations, mutasi genetik,
Undesensus testis: Testis yang tidak turun setelah beberapa tahun pertama kehidupan menyebabkan gangguan fungsi testis;
- Hematokromatosis: Kadar zat besi tinggi pada darah dapat mengganggu fungsi testis;
- Cedera testis: Testis mudah mengalami cedera karena posisinya di luar batang tubuh. Cedera pada testis dapat mengganggu fungsi testis, namun cedera pada satu testis dapat tidak mengganggu produksi testosteron;
- Pengobatan kanker: Kemoterapi dan terapi radiasi dapat mengganggu fungsi testis. Meskipun beberapa pasien mengalami perbaikan fungsi testis dalam beberapa bulan setelah selesainya terapi, pasien dapat disarankan untuk menyimpan sperma sebelum mulai terapi kanker;
- Penuaan: Kadar testosteron pada pria usia lanjut biasanya lebih rendah dari pria dengan usia lebih muda.[3,6]
Etiologi Hipogonadisme Sekunder
Etiologi oligospermia yang disebabkan oleh hipogonadisme sekunder, andara lain:
- Sindrom Kallmann: Perkembangan abnormal hipotalamus dapat menyebabkan hipogonadisme. Sindrom Kallmann juga dikaitkan dengan kehilangan kemampuan penciuman (anosmia);
- Penyakit kelenjar pituitari: Gangguan pelepasan luteinizing hormone (LH) dan follicle-stimulating hormone (FSH) akibat penyakit pada kelenjar pituitari, seperti tumor pituitari, dan terapinya dapat menyebabkan gangguan fungsi testis;
- Penyakit inflamasi: Beberapa penyakit inflamasi, seperti sarkoidosis, hystiosytosis, tuberkulosis dapat mengganggu fungsi hipotalamus dan kelenjar pituitari dan menyebabkan hipogonadisme;
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS): Infeksi HIV dapat mengganggu fungsi hipotalamus, kelenjar pituitari, dan testis;
- Obat-obatan: Penggunaan beberapa jenis obat, seperti analgesik opioid dan pengobatan hormonal dapat mengganggu produksi testosteron.[3,6]
Faktor Risiko
Faktor risiko gangguan spermatogenesis yang menyebabkan oligospermia, antara lain:
- Obesitas
- Diabetes mellitus
- Sindrom metabolik
- Penyakit kronik
- Penuaan
- Konsumsi obat-obatan, seperti golongan statin, glukokortikoid, opioid, dan 5-alpha reductase inhibitors
- Kanker dan terapinya[3,8]