Indikasi dan Dosis Cilostazol
Indikasi utama penggunaan cilostazol adalah untuk klaudikasio intermiten. Cilostazol juga digunakan secara off-label untuk terapi preventif stroke, pasca pemasangan Percutaneous Coronary Intervention (PCI), dan pemasangan stent endovaskular pada penyakit arteri perifer.[6]
Klaudikasio Intermiten
Cilostazol diindikasikan untuk pasien dengan klaudikasio intermiten. American Heart Association menyatakan bahwa cilostazol memiliki efikasi yang baik dalam meningkatkan jarak berjalan pasien dengan klaudikasio intermiten dalam waktu 24 minggu penggunaan.[6]
Terapi Pasca Percutaneous Coronary Intervention (PCI)
Cilostazol dapat digunakan untuk pasien pasca PCI. Umumnya, cilostazol digunakan sebagai triple anticoagulant bersama dengan aspirin dan clopidogrel. Penambahan cilostazol dilaporkan menghasilkan frekuensi restenosis dan perdarahan yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang hanya menggunakan aspirin dan clopidogrel saja.[7,8]
Terapi Pasca Endovascular Stent Penyakit Arteri Perifer
Cilostazol sebagai terapi kombinasi dengan aspirin pada pasien pasca pemasangan endovascular stent pada penyakit arteri perifer di femoro-popliteal memiliki angka restenosis yang lebih rendah dibandingkan dengan hanya monoterapi aspirin.[9] Pada penelitian lain didapatkan bahwa kombinasi cilostazol dengan aspirin sebagai terapi preventif sekunder pasca terapi endovaskular pada penyakit arteri perifer menghasilkan angka kesembuhan yang lebih tinggi dan efek samping lebih rendah dibandingkan dengan kombinasi aspirin dan tiklopidin.[10]
Pencegahan Stroke
Cilostazol dapat digunakan sebagai antitrombotik alternatif pada pasien dengan riwayat stroke iskemik ataupun transient ischemic attack (TIA). Cilostazol dilaporkan memiliki efikasi yang lebih baik sebagai terapi preventif sekunder stroke jika digunakan sebagai monoterapi dibandingkan dengan antiplatelet lain seperti aspirin dan clopidogrel.[11] Walaupun demikian, penggunaan cilostazol sebagai terapi preventif stroke masih menjadi kontroversi. Beberapa studi tidak mendukung efikasi cilostazol untuk pencegahan stroke.[12,13]
Dosis
Cilostazol diberikan per oral dalam dosis 100 mg, 2 kali sehari.
Apabila diberikan bersama inhibitor CYP3A4 seperti diltiazem, erythromycin, ketoconazole, dan itraconazole, maka pertimbangkan penurunan dosis menjadi 50 mg 2 kali sehari.
Pada kasus klaudikasio intermiten, umumnya pasien akan memberikan respon terhadap pengobatan berupa berkurangnya rasa nyeri dan meningkatnya jarak berjalan setelah 2-4 minggu. Apabila tidak ada perbaikan gejala setelah 3 bulan, disarankan untuk menghentikan pengobatan.[2,3]