Pengawasan Klinis Clarithromycin
Pengawasan klinis clarithromycin berupa pemeriksaan penunjang, yaitu pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, darah perifer lengkap, elektrolit, dan glukosa darah [24].
Pengawasan Klinis secara Umum
Pemeriksaan fungsi ginjal dan hati akan membantu dalam mengidentifikasi apakah pasien memiliki gangguan ginjal dan hati yang bermakna dan perlu menghindari clarithromycin. Darah perifer lengkap akan memberikan informasi jika pasien memiliki kelainan satu atau lebih komponen darah yang dapat diperburuk oleh clarithromycin. Pemeriksaan elektrolit penting khususnya sebagai skrining awal kelainan elektrolit yang secara signifikan meningkatkan risiko pemanjangan QT interval. Kadar glukosa darah dapat mengidentifikasi apabila pasien memiliki masalah hipoglikemia yang berpotensi akan memberat dengan pemberian clarithromycin.
Pengawasan Klinis pada Orang dengan Penyakit Jantung Koroner, Gangguan Elektrolit, atau Penyakit Struktural Jantung
Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, berisiko tinggi mengalami gangguan elektrolit, atau memiliki riwayat penyakit struktural jantung yang berkaitan dengan peningkatan risiko aritmia ventrikuler, pemeriksaan penunjang lanjutan perlu dipertimbangkan sebelum memulai dan selama terapi dengan clarithromycin. Hal ini mencakup pemeriksaan kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida, magnesium, kalsium) dan elektrokardiogram saat istirahat [20,24].
Pengawasan Klinis terkait Interaksi Obat
Pada pasien yang telah memulai terapi dengan clarithromycin dan kemudian memerlukan pengobatan lain dengan obat yang diketahui memiliki interaksi obat dengan clarithromycin, pertimbangan manfaat dan risiko serta penyesuaian jadwal pemberian obat mungkin diperlukan. Selain itu, pemeriksaan kadar obat yang dapat meningkat konsentrasi plasmanya jika diberikan bersama clarithromycin dapat pula dipertimbangkan. Strategi ini terutama penting pada penggunaan bersama clarithromycin dengan digoxin dan carbamazepine. Rekomendasi frekuensi pemeriksaan kadar obat tersebut belum tentu berlaku sama sebab belum ada panduan internasional maupun nasional tentang hal ini. Pada prinsipnya, frekuensi dan metode pemeriksaan kadar obat dalam plasma tersebut memerlukan pertimbangan dari spesialis farmakologi klinik dengan memperhatikan kemampuan sumber daya rumah sakit [20,24].