Suplementasi Vitamin D untuk Mencegah Infeksi Saluran Pernapasan

Oleh :
dr. Hunied Kautsar

Suplementasi vitamin D diperkirakan dapat mencegah infeksi saluran pernapasan oleh bakteri maupun virus, misalnya pada kasus common cold, influenza, dan pneumonia. Selama ini, vitamin D lebih banyak dikenal karena manfaatnya untuk kesehatan tulang, tetapi vitamin ini juga sebenarnya berperan penting untuk sistem imun tubuh.

Metabolit utama vitamin D dalam tubuh manusia yang dikaitkan dengan imunitas adalah 25-hydroxyvitamin D. Level 25-hydroxyvitamin D yang rendah dalam plasma dilaporkan dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi saluran pernapasan. Hal ini kemudian dipelajari lebih lanjut oleh studi-studi dari berbagai negara karena infeksi saluran pernapasan merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas dan mortalitas global yang tinggi.[1]

Sumber: spukkato, Depositphotos. Sumber: spukkato, Depositphotos.

Hubungan Vitamin D dengan Sistem Imun dan Infeksi Saluran Pernapasan

Vitamin D dapat mendukung induksi peptida antimikrobial dalam tubuh dan dapat memperkuat pertahanan mukosa. Selain itu, metabolit vitamin D juga menginduksi proses autofagi, sintesis intermediat nitrogen reaktif, dan sintesis intermediat oksigen reaktif. Keseluruhan proses ini memiliki efek antimikrobial bagi tubuh manusia.[1,2]

Meskipun rata-rata studi vitamin D yang ada saat ini memiliki heterogenitas yang cukup besar karena bervariasinya karakteristik partisipan, metodologi studi, dan regimen suplementasi vitamin D yang digunakan, mayoritas hasil studi menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan.

Studi Terkini tentang Efikasi Vitamin D dalam Mencegah Infeksi Saluran Napas

Meta analisis Martineau et al melibatkan 25 uji klinis acak dengan total 11321 peserta (dari usia 0–95 tahun) dan menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D dapat mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan, terutama pada pasien dengan defisiensi vitamin D. Pasien dengan kadar vitamin D normal juga menerima manfaat protektif, tetapi manfaat tampak lebih signifikan pada pasien dengan defisiensi.[1]

Selain itu, hasil studi ini juga menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D harian atau mingguan (dosis <800 IU/hari hingga ≥2000 IU/hari) ternyata memberikan efek protektif yang lebih besar daripada vitamin D bolus dosis tinggi (≥30000 IU) yang diberikan 1 kali tiap bulan atau 1 kali tiap 3 bulan. Hal ini diduga terjadi karena vitamin D bolus dosis tinggi bisa menyebabkan fluktuasi konsentrasi 25-hydroxyvitamin D dalam plasma dan menyebabkan disregulasi enzim yang memetabolismenya.[1]

Studi ini didukung oleh bukti yang berkualitas kuat. Selain itu, studi ini juga mempelajari uji klinis acak yang double-blinded dan placebo-controlled pada level data individual partisipan, sehingga memberikan estimasi luaran yang lebih akurat daripada meta analisis lain yang lebih general dan memiliki banyak variabel heterogen.[1,3]

Studi Terdahulu tentang Efikasi Vitamin D untuk Mencegah Infeksi Saluran Napas

Meta analisis Bergman et al terhadap 11 studi dengan 5660 pasien juga menunjukkan bahwa vitamin D menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan. Efek protektif juga dilaporkan lebih signifikan pada dosis harian sebesar 300–2000 IU/hari daripada dosis 100000 IU atau 200000 IU per bulan atau per 3 bulan.[4]

Penelitian di Selandia Baru pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D sebanyak 200.000 IU per bulan tidak memberikan perbedaan manfaat yang signifikan antara grup intervensi dengan grup kontrol.[5]

Dosis yang lebih rendah dilaporkan lebih efektif. Hasil penelitian di Swedia tahun 2012 menyatakan bahwa suplementasi vitamin D sebanyak 4000 IU/hari selama satu tahun dapat membantu mencegah infeksi saluran pernapasan pada orang dewasa.[6]

Selain itu, penelitian pada anak-anak dengan defisiensi vitamin D di Mongolia pada tahun 2012 juga menunjukkan bahwa grup yang menerima suplementasi vitamin D sebanyak 300 IU/hari selama 3 bulan memiliki risiko infeksi saluran pernapasan yang lebih rendah jika dibandingkan kelompok kontrol.[7]

Efek Samping Penggunaan Suplementasi Vitamin D

Pada studi-studi tersebut di atas, mayoritas suplementasi vitamin D dilaporkan tidak menimbulkan efek samping yang bermakna pada pengguna. Namun, vitamin D bolus dosis tinggi dilaporkan dapat meningkatkan risiko pneumonia, menekan respons proliferatif monosit darah tepi, dan menekan respons inflamasi.[2]

Kadar vitamin D dalam darah yang sangat tinggi juga dapat menimbulkan rasa lelah (fatigue), mual, muntah, nyeri perut, konstipasi, diare, dan penurunan nafsu makan.[8]

Selain itu, kelebihan vitamin D dapat menurunkan kadar vitamin K2 yang berperan dalam menjaga kalsium agar tetap berada di dalam tulang. Penurunan vitamin K2 ini dapat menimbulkan pengeroposan tulang. Sementara itu, peningkatan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menyebabkan gangguan pencernaan, pusing, rasa haus yang berlebihan, dan sering buang air kecil.[8]

Kesimpulan

Pemberian suplementasi vitamin D dilaporkan bisa mengurangi risiko infeksi saluran pernapasan. Efek protektif ini terutama tampak signifikan pada pasien yang mengalami defisiensi vitamin D. Dosis harian atau dosis mingguan yang lebih rendah dilaporkan lebih efektif daripada bolus dosis tinggi (≥30000 IU) yang diberikan sekali tiap bulan atau sekali tiap 3 bulan.

Penggunaan suplementasi vitamin D dosis rendah tidak menimbulkan efek samping yang bermakna. Namun, penggunaan vitamin D dosis terlalu tinggi dilaporkan dapat meningkatkan risiko pneumonia dan menimbulkan efek samping, seperti gangguan pencernaan, hiperkalsemia, dan pengeroposan tulang.

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi