Efek Samping dan Interaksi Obat Chloramphenicol
Telah dilaporkan bahwa chloramphenicol sediaan sistemik memberikan efek samping seperti grey baby syndrome dan depresi sum-sum tulang. Sediaan topikal dapat menyebabkan gatal dan eritema. Interaksi chloramphenicol dengan obat antikonvulsi, dapat berakibat intoksikasi pada pasien epileptik.
Efek Samping
Chloramphenicol dapat menyebabkan efek samping hematologi dan grey baby syndrome.
Hematologi
Ada dua efek samping hematologi chloramphenicol yang pernah dilaporkan, yaitu dose dependent myelosuppresion dan reaksi idiosinkratik berat.
Penggunaan chloramphenicol dosis besar (>4 gram per hari) atau akumulasi dosis akibat gangguan eliminasi obat (misalnya pada pasien dengan gangguan hepar) dilaporkan dapat menyebabkan myelosupresi.
Reaksi idiosinkratik berat berupa aplastik anemia lebih jarang terjadi, dan diduga disebabkan oleh metabolit chloramphenicol.
Selain daripada itu, penggunaan chloramphenicol yang lama (>10 hari) dihubungkan dengan risiko akut limfositik dan nonlimfositik leukimia. [15]
Grey Baby Syndrome
Grey baby syndrome diduga terjadi karena kurangnya kemampuan balita dalam mengkonjugasi chloramphenicol. Sindrom ini ditandai dengan distensi abdomen, muntah, flasid, sianosis, kolaps sirkulasi, dan dapat berujung kematian, terutama pada penggunaan dosis > 25 mg/kgBB/hari. [15]
Interaksi Obat
Interaksi obat chloramphenicol dengan makrolida (misalnya azithromycin) dapat menimbulkan inhibisi kompetitif sehingga menurunkan efektivitas kedua obat.
Chloramphenicol yang digunakan bersamaan dengan sulfonilurea (misalnya glibenclamide) dapat menyebabkan pemanjangan efek hipoglikemik.
Penggunaan chloramphenicol bersama warfarin akan meningkatkan efek warfarin, sehingga meningkatkan risiko perdarahan.
Penggunaan bersama phenytoin akan meningkatkan konsentrasi plasma phenytoin, sehingga meningkatkan risiko toksisitas. [15]