Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Chloramphenicol
Penggunaan chloramphenicol pada kehamilan masuk dalam Kategori C. Penggunaan pada ibu menyusui tidak disarankan karena dapat menimbulkan reaksi idiosinkrasi.
Kehamilan
Penggunaan chloramphenicol sediaan sistemik pada wanita hamil tidak disarankan. Sediaan topikal umumnya dianggap aman.
Sebuah studi kasus-kontrol berbasis populasi menyimpulkan bahwa penggunaan chloramphenicol pada kehamilan memberikan efek teratogenik yang kecil. Anomali kongenital yang ditemukan di antaranya poly/syndactyly, kelainan kardiovaskular, hipospadia, testis undesensus, dan clubfoot. [16]
Oral dan Parenteral
FDA memasukkan penggunaan chloramphenicol oral dan parenteral pada kehamilan dalam Kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. [12]
Topikal
TGA memasukkan chloramphenicol tetes mata dan salep mata ke dalam kategori A. Artinya, obat ini telah dikonsumsi oleh banyak wanita hamil dan wanita usia reproduktif, tetapi tidak menunjukkan peningkatan frekuensi malformasi, atau dampak buruk, baik langsung maupun tidak langsung pada fetus. [10]
Sebuah studi kohort menunjukkan bahwa penggunaan chloramphenicol tetes mata dan salep mata pada trimester pertama kehamilan tidak berhubungan dengan malformasi kongenital mayor. [20]
Ibu Menyusui
Ibu menyusui tidak dianjurkan menggunakan chloramphenicol karena dapat terjadi reaksi idiosinkrasi. Meski chloramphenicol kadarnya rendah dalam ASI, namun dapat menimbulkan reaksi sensitisasi pada bayi, yang dapat menimbulkan sekule pada perkembangan tingkah laku neurologis pada anak. [17]