Farmakologi Chloramphenicol
Farmakologi chloramphenicol adalah efek bakteriostatik dengan mengganggu sintesis protein bakteri. [4]
Farmakodinamik
Chloramphenicol dan metabolitnya bekerja terutama pada subunit 50S ribosom bakteri, dengan supresi aktivitas enzim peptidyltransferase. Hal ini akan menghambat sintesis protein membran mitokondria, yang akan menyebabkan supresi respirasi mitokondria dan proliferasi sel.
Chloramphenicol dapat menyebabkan supresi sumsum tulang yang reversibel. Hal ini karena chloramphenicol dilaporkan memiliki potensi menginduksi efek toksik pada mitokondria sel yang dalam proses pematangan atau sel eukariot yang berproliferasi cepat. [3]
Farmakokinetik
Farmakokinetik chloramphenicol bergantung pada jenis sediaan yang digunakan. Chloramphenicol dapat terdistribusi luas pada tubuh, termasuk ke plasenta dan ASI.
Absorpsi
Absorpsi chloramphenicol per oral terjadi cepat di usus halus. Konsentrasi puncak plasma terjadi dalam 1-2 jam.
Pada sediaan oral suspensi, bioavailabilitas obat ini hampir 80%, sedangkan pada sediaan injeksi bioavailabilitas hampir 70%.
Konsentrasi puncak chloramphenicol dalam plasma darah untuk mencapai efek terapeutik adalah sekitar 10‒20 mcg/mL. [4]
Distribusi
Chloramphenicol didistribusikan secara luas, termasuk ke cairan serebrospinal, melewati sawar darah plasenta, dan ekskresi ke ASI. Ikatan obat dengan protein adalah hampir 60%. [5]
Metabolisme
Chloramphenicol dihidrolisis di gastrointestinal menjadi bentuk bebasnya. Di hepar, chloramphenicol dikonjugasikan dengan asam glukoronat. [5]
Eliminasi
Eliminasi chloramphenicol terjadi melalui urin, utamanya dalam bentuk metabolit dan sebagian kecil dalam bentuk tidak berubah. [3]
Resistensi
Resistensi terhadap chloramphenicol umumnya disebabkan adanya chloramphenicol acetyltransferase (CAT). Resistensi juga dilaporkan berkaitan dengan mutasi pada 23S rRNA, inaktivasi chloramphenicol oleh 3-phosphotransferase, atau modifikasi situs target oleh 23S rRNA methylase. [12]