Teknik Induksi Persalinan
Teknik induksi persalinan berupa induksi mekanik menggunakan kateter Foley, amniotomi, dan sweeping membrane, atau induksi farmakologis menggunakan misoprostol atau oksitosin.
Induksi Persalinan Mekanik
Induksi persalinan mekanik dapat dilakukan menggunakan metode sweeping membrane, kateter Foley, atau amniotomi.
Sweeping Membrane
Sweeping membrane direkomendasikan untuk mengurangi risiko induksi dengan metode lainnya.[2] Membran dapat dilepas dari os internal dan segmen uterus bawah dengan menggerakkan jari dan menyapu membran di sekitar bagian presentasi yang akan menyebabkan pelepasan prostaglandin lokal.[1]
Kateter Foley
Pilihan induksi persalinan secara mekanis untuk pematangan serviks yang sering digunakan adalah dengan penggunaan kateter Foley dengan/tanpa ekstra infus cairan saline ekstra amniotik yang akan memberikan tekanan pada saluran intraservikal os internal untuk meregangkan segmen uterus bagian bawah dan akan meningkatkan produksi prostaglandin.
Keuntungan metode ini adalah prosedur yang sederhana, potensi untuk reversibilitas, berkurangnya efek samping tertentu seperti aktivitas uterus yang berlebihan, dan biaya yang murah.[5]
Amniotomi
Amniotomi dapat menjadi metode induksi persalinan yang sederhana dan efektif ketika selaput ketuban dapat diakses dan serviks sudah matang, dan harus dilakukan dengan indikasi yang kuat. Namun, jarak waktu dari tindakan amniotomi ke waktunya persalinan dimulai tidak dapat diperkirakan. Dalam beberapa kasus, setelah dilakukan amniotomi saja, persalinan tetap tidak berjalan maju.[5]
Induksi Persalinan Farmakologis
Induksi persalinan farmakologis dapat dilakukan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2), misoprostol, atau oksitosin.
Prostaglandin E2 (PGE2)
Prostaglandin E2 (PGE2) bekerja pada serviks dengan melarutkan jaringan struktural kolagen serviks. Prostaglandin E2, dinoprostone, tersedia dalam 3 sediaan berbeda sebagai agen pematangan serviks:
Controlled-release gel 10 mg (Cervidil)
- Gel intravaginal 1 mg dan 2 mg (Prostin)
- Gel intraservikal 0,5 mg (Prepidil)
Keuntungan dari penggunaan PGE2 adalah angka kejadian operasi lebih rendah dibandingkan menggunakan oksitosin, dan kebutuhan oksitosin lebih sedikit bila digunakan pada serviks yang belum matang (Bishop’s score<7).
PGE2 adalah bronkodilator dan tidak ada kontraindikasi bila digunakan pada wanita yang menderita asma. PGE2 juga dapat dipertimbangkan dilakukan bersama dengan amniotomi pada kehamilan aterm[5]
Misoprostol
Misoprostol adalah prostaglandine E1 (PGE1) sintetis analog yang digunakan untuk pencegahan dan perawatan ulkus lambung akibat penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen. Misoprostol juga dianggap sebagai agen yang efektif untuk pematangan serviks dan induksi persalinan.
Manfaat penggunaan misoprostol yaitu stabilitasnya di suhu ruangan, onset kerja yang cepat, memiliki beberapa rute pemberian (oral, bukal, sublingual, vaginal, dan anal), serta membutuhkan biaya yang rendah.[5]
Oksitosin
Oksitosin intravena merupakan metode induksi yang paling umum digunakan untuk wanita dengan kehamilan yang cukup bulan dan serviks yang matang. Oksitosin adalah peptida yang diproduksi secara alami di hipotalamus posterior yang mengikat reseptor uterus untuk menghasilkan kontraksi uterus, tetapi tidak memiliki efek langsung pada serviks. Oksitosin memiliki waktu paruh 5-12 menit, waktu untuk konsentrasi plasma 40 menit, dan respons uterus 30 menit atau lebih.[5]
Persiapan Pasien
Persiapan pasien yang harus dilakukan sebelum induksi persalinan dimulai adalah anamnesis riwayat persalinan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik, cardiotocography, ultrasonografi, dan informed consent kepada pasien dan pasangannya.
Anamnesis
Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum induksi persalinan adalah dengan menanyakan identitas pasien, usia pasien, riwayat paritas (persalinan sebelumnya), usia kehamilan ibu, riwayat penyakit selama kehamilan pada ibu dan risiko kehamilan. Semua informasi dari pasien didokumentasikan dan dicatat dalam rekam medis pasien.
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien dan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi induksi persalinan, dimulai dari keadaan umum ibu hamil, tinggi dan berat badan pasien, tanda vital, dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala hingga ekstremitas.
Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan Leopold I-IV, kontraksi uterus, dan pengukuran denyut jantung janin. Ultrasonografi juga dapat dilakukan jika tersedia.
Pada pasien aterm, lakukan pemeriksaan dalam/bimanual vagina untuk mengetahui kematangan serviks. Kematangan serviks ini dapat dihitung dengan menggunakan Modified Bishop’s Score.[1]
Komponen Skoring | Skor | |
Pembukaan serviks (cervical dilation) | 0 cm | 0 |
1-2 cm | 1 | |
3-4 cm | 2 | |
5-6 cm | 3 | |
Pendataran serviks (cervical effacement) | 0-30% | 0 |
40-50% | 1 | |
60-70% | 2 | |
80% | 3 | |
Penurunan kepala diukur dari bidang H III | -3 cm | 0 |
-2 cm | 1 | |
-1 sampai 0 cm | 2 | |
+1-2 cm | 3 | |
Konsistensi serviks | Keras | 0 |
Sedang | 1 | |
Lunak | 2 | |
Posisi serviks | Ke belakang | 0 |
Searah sumbu jalan lahir | 1 | |
Ke depan | 2 |
Cardiotocography dan Ultrasonografi
Lakukan pemeriksaan cardiotocography untuk mengetahui kesejahteraan janin dalam kandungan. Jika tersedia, ultrasonografi juga perlu dilakukan untuk menilai volume cairan ketuban, terutama pada kondisi kehamilan postterm. Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan biophysical profile yang bertujuan untuk menentukan apakah induksi dapat dilakukan atau pasien harus menjalani sectio caesarea.
Peralatan
Peralatan yang diperlukan untuk induksi persalinan tergantung pada jenis metode induksi yang digunakan sesuai indikasi pasien, yaitu :
- Sarung tangan steril
- Spekulum vagina
- Kassa steril
- Kateter no. 18
- Aquades
- Spuit 50cc
- Amnihook atau klem ½ kocher
- Larutan klorin 0,5%
- Medikamentosa: prostaglandin E2, misoprostol, oksitosin
Posisi Pasien
Untuk melakukan induksi persalinan, pasien diposisikan tidur telentang dan bila diperlukan dalam posisi litotomi (kedua kaki mengangkang).
Prosedural Sweeping Membrane
Prosedural sweeping membrane adalah sebagai berikut:
- Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
- Posisikan pasien pada posisi litotomi
- Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
- Bersihkan genitalia eksterna
- Masukkan jari pemeriksa melewati serviks, kemudian putar melawan dinding rahim untuk memisahkan membran korionik dari desidua.
- Jika jari tidak dapat melewati serviks, lakukan pijat di sekitar serviks untuk mendapatkan efek yang sama[1]
Prosedural Induksi Menggunakan Kateter Foley
Prosedural induksi menggunakan kateter Foley adalah sebagai berikut:
- Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
- Posisikan pasien pada posisi litotomi
- Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
- Bersihkan genitalia eksterna lalu masukkan spekulum
- Masukkan kateter Foley berukuran 18 Fr menggunakan forsep spons ke dalam saluran endoserviks
- Masukkan sekitar 5 cm dari ujung kateter untuk memastikan bahwa kateter telah melewati os internal
- Kembangkan balon kateter menggunakan air steril sebanyak 30-60 mL
- Tarik sedikit kateter sehingga berada melawan os internal tanpa traksi
- Fiksasi kateter ke bagian dalam kaki pasien
- Jika ada perubahan serviks secara progresif, kateter Foley akan keluar secara spontan
Perlu diperhatikan bahwa kateter Foley tidak boleh dipasang melebihi 18 jam.[1,5]
Prosedural Amniotomi
Prosedural amniotomi adalah sebagai berikut:
- Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
- Posisikan pasien pada posisi litotomi
- Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
- Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
- Bersihkan genitalia eksterna lalu masukkan spekulum
- Masukkan klem ½ kocher atau amnihook ke dalam vagina dan pandu menggunakan jari hingga mencapai selaput ketuban
- Buat lubang kecil di selaput ketuban
- Keluarkan amnihook atau klem ½ kocher. Jika menggunakan klem, tempatkan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
- Biarkan jari tangan pemeriksa tetap di dalam untuk mengetahui penruunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian dari bayi tidak teraba
- Keluarkan tangan dan evaluasi warna dan volume cairan ketuban serta periksa apakah ada mekonium atau darah
- Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin selama 10 menit
- Cuci kedua tangan
- Periksa ulang denyut jantung janin[1,5]
Prosedural Induksi Farmakologis
Induksi persalinan farmakologis dapat digunakan dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut:
- Prostaglandin E2: 3 mg gel pada forniks posterior, dapat diulang hingga 3 kali dengan interval 6 jam antar pemberian. Pasien harus tetap berbaring setelah pemberian obat ini selama setidaknya 30 menit.
- Misoprostol: 50 mcg per oral atau 25 mcg per vaginam, diulangi setiap 4 jam
- Oksitosin: berikan melalui drip infus dengan laju 1-4 mU/menit dan naikkan dosisnya dalam interval >20 menit hingga tercapai pola seperti persalinan normal. Dosis maksimum 20 mU/menit dengan total pemberian tidak boleh lebih dari 5 unit per hari. Sesuaikan dosis berdasarkan denyut jantung janin dan kuatnya kontraksi dan hentikan bila ada gawat janin atau uterus hiperreaktif. Turunkan dosis secara perlahan jika proses persalinan berlangsung[1,5]
Follow Up
Follow up setelah induksi persalinan meliputi penilaian berkala pembukaan serviks, pendataran serviks, dan kontraksi uterus untuk menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan Modified Bishop’s Score. Selain itu, pemantauan rutin denyut jantung dan cardiotocography harus dilakukan untuk memastikan kesejahteraan janin.
Jika induksi gagal dilakukan, pertimbangkan apakah akan dilakukan induksi persalinan ulang atau sectio caesarea. Jika terdapat indikasi untuk menghentikan induksi, misalnya gawat janin, segera persiapkan pasien untuk menjalani sectio caesarea.[5,6,8]