Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Induksi Persalinan general_alomedika 2021-08-30T15:30:19+07:00 2021-08-30T15:30:19+07:00
Induksi Persalinan
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Induksi Persalinan

Oleh :
dr. Rachmah Trijayanti
Share To Social Media:

Teknik induksi persalinan berupa induksi mekanik menggunakan kateter Foley, amniotomi, dan sweeping membrane, atau induksi farmakologis menggunakan misoprostol atau oksitosin.

Induksi Persalinan Mekanik

Induksi persalinan mekanik dapat dilakukan menggunakan metode sweeping membrane, kateter Foley, atau amniotomi.

Sweeping Membrane

Sweeping membrane direkomendasikan untuk mengurangi risiko induksi dengan metode lainnya.[2] Membran dapat dilepas dari os internal dan segmen uterus bawah dengan menggerakkan jari dan menyapu membran di sekitar bagian presentasi yang akan menyebabkan pelepasan prostaglandin lokal.[1]

Kateter Foley

Pilihan induksi persalinan secara mekanis untuk pematangan serviks yang sering digunakan adalah dengan penggunaan kateter Foley dengan/tanpa ekstra infus cairan saline ekstra amniotik yang akan memberikan tekanan pada saluran intraservikal os internal untuk meregangkan segmen uterus bagian bawah dan akan meningkatkan produksi prostaglandin.

Keuntungan metode ini adalah prosedur yang sederhana, potensi untuk reversibilitas, berkurangnya efek samping tertentu seperti aktivitas uterus yang berlebihan, dan biaya yang murah.[5]

Amniotomi

Amniotomi dapat menjadi metode induksi persalinan yang sederhana dan efektif ketika selaput ketuban dapat diakses dan serviks sudah matang, dan harus dilakukan dengan indikasi yang kuat. Namun, jarak waktu dari tindakan amniotomi ke waktunya persalinan dimulai tidak dapat diperkirakan. Dalam beberapa kasus, setelah dilakukan amniotomi saja, persalinan tetap tidak berjalan maju.[5]

Induksi Persalinan Farmakologis

Induksi persalinan farmakologis dapat dilakukan menggunakan prostaglandin E2 (PGE2), misoprostol, atau oksitosin.

Prostaglandin E2 (PGE2)

Prostaglandin E2 (PGE2) bekerja pada serviks dengan melarutkan jaringan struktural kolagen serviks. Prostaglandin E2, dinoprostone, tersedia dalam 3 sediaan berbeda sebagai agen pematangan serviks:

  • Controlled-release gel 10 mg (Cervidil)

  • Gel intravaginal 1 mg dan 2 mg (Prostin)
  • Gel intraservikal 0,5 mg (Prepidil)

Keuntungan dari penggunaan PGE2 adalah angka kejadian operasi lebih rendah dibandingkan menggunakan oksitosin, dan kebutuhan oksitosin lebih sedikit bila digunakan pada serviks yang belum matang (Bishop’s score<7).

PGE2 adalah bronkodilator dan tidak ada kontraindikasi bila digunakan pada wanita yang menderita asma. PGE2 juga dapat dipertimbangkan dilakukan bersama dengan amniotomi pada kehamilan aterm[5]

Misoprostol

Misoprostol adalah prostaglandine E1 (PGE1) sintetis analog yang digunakan untuk pencegahan dan perawatan ulkus lambung akibat penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen. Misoprostol juga dianggap sebagai agen yang efektif untuk pematangan serviks dan induksi persalinan.

Manfaat penggunaan misoprostol yaitu stabilitasnya di suhu ruangan, onset kerja yang cepat, memiliki beberapa rute pemberian (oral, bukal, sublingual, vaginal, dan anal), serta membutuhkan biaya yang rendah.[5]

Oksitosin

Oksitosin intravena merupakan metode induksi yang paling umum digunakan untuk wanita dengan kehamilan yang cukup bulan dan serviks yang matang. Oksitosin adalah peptida yang diproduksi secara alami di hipotalamus posterior yang mengikat reseptor uterus untuk menghasilkan kontraksi uterus, tetapi tidak memiliki efek langsung pada serviks. Oksitosin memiliki waktu paruh 5-12 menit, waktu untuk konsentrasi plasma 40 menit, dan respons uterus 30 menit atau lebih.[5]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien yang harus dilakukan sebelum induksi persalinan dimulai adalah anamnesis riwayat persalinan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetrik, cardiotocography, ultrasonografi, dan informed consent kepada pasien dan pasangannya.

Anamnesis

Hal – hal yang harus diperhatikan sebelum induksi persalinan adalah dengan menanyakan identitas pasien, usia pasien, riwayat paritas (persalinan sebelumnya), usia kehamilan ibu, riwayat penyakit selama kehamilan pada ibu dan risiko kehamilan. Semua informasi dari pasien didokumentasikan dan dicatat dalam rekam medis pasien.

Pemeriksaan Fisik Umum

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien dan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi induksi persalinan, dimulai dari keadaan umum ibu hamil, tinggi dan berat badan pasien, tanda vital, dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dari kepala hingga ekstremitas.

Pemeriksaan Obstetrik

Pemeriksaan dilanjutkan dengan pengukuran tinggi fundus uteri, pemeriksaan Leopold I-IV, kontraksi uterus, dan pengukuran denyut jantung janin. Ultrasonografi juga dapat dilakukan jika tersedia.

Pada pasien aterm, lakukan pemeriksaan dalam/bimanual vagina untuk mengetahui kematangan serviks. Kematangan serviks ini dapat dihitung dengan menggunakan Modified Bishop’s Score.[1]

Komponen Skoring Skor
Pembukaan serviks (cervical dilation) 0 cm 0
1-2 cm 1
3-4 cm 2
5-6 cm 3
Pendataran serviks (cervical effacement) 0-30% 0
40-50% 1
60-70% 2
80% 3
Penurunan kepala diukur dari bidang H III -3 cm 0
-2 cm 1
-1 sampai 0 cm 2
+1-2 cm 3
Konsistensi serviks Keras 0
Sedang 1
Lunak 2
Posisi serviks Ke belakang 0
Searah sumbu jalan lahir 1
Ke depan 2


Cardiotocography dan Ultrasonografi

Lakukan pemeriksaan cardiotocography untuk mengetahui kesejahteraan janin dalam kandungan. Jika tersedia, ultrasonografi juga perlu dilakukan untuk menilai volume cairan ketuban, terutama pada kondisi kehamilan postterm. Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan biophysical profile yang bertujuan untuk menentukan apakah induksi dapat dilakukan atau pasien harus menjalani sectio caesarea.

Peralatan

Peralatan yang diperlukan untuk induksi persalinan tergantung pada jenis metode induksi yang digunakan sesuai indikasi pasien, yaitu :

  1. Sarung tangan steril
  2. Spekulum vagina
  3. Kassa steril
  4. Kateter no. 18
  5. Aquades
  6. Spuit 50cc
  7. Amnihook atau klem ½ kocher
  8. Larutan klorin 0,5%
  9. Medikamentosa: prostaglandin E2, misoprostol, oksitosin

Posisi Pasien

Untuk melakukan induksi persalinan, pasien diposisikan tidur telentang dan bila diperlukan dalam posisi litotomi (kedua kaki mengangkang).

Prosedural Sweeping Membrane

Prosedural sweeping membrane adalah sebagai berikut:

  1. Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
  2. Posisikan pasien pada posisi litotomi
  3. Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
  4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
  5. Bersihkan genitalia eksterna
  6. Masukkan jari pemeriksa melewati serviks, kemudian putar melawan dinding rahim untuk memisahkan membran korionik dari desidua.
  7. Jika jari tidak dapat melewati serviks, lakukan pijat di sekitar serviks untuk mendapatkan efek yang sama[1]

Prosedural Induksi Menggunakan Kateter Foley

Prosedural induksi menggunakan kateter Foley adalah sebagai berikut:

  1. Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
  2. Posisikan pasien pada posisi litotomi
  3. Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
  4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
  5. Bersihkan genitalia eksterna lalu masukkan spekulum
  6. Masukkan kateter Foley berukuran 18 Fr menggunakan forsep spons ke dalam saluran endoserviks
  7. Masukkan sekitar 5 cm dari ujung kateter untuk memastikan bahwa kateter telah melewati os internal
  8. Kembangkan balon kateter menggunakan air steril sebanyak 30-60 mL
  9. Tarik sedikit kateter sehingga berada melawan os internal tanpa traksi
  10. Fiksasi kateter ke bagian dalam kaki pasien
  11. Jika ada perubahan serviks secara progresif, kateter Foley akan keluar secara spontan

Perlu diperhatikan bahwa kateter Foley tidak boleh dipasang melebihi 18 jam.[1,5]

Prosedural Amniotomi

Prosedural amniotomi adalah sebagai berikut:

  1. Minta pasien untuk menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan menggunakan kain yang sudah disediakan
  2. Posisikan pasien pada posisi litotomi
  3. Tutup area pinggang hingga lutut dengan kain
  4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan steril
  5. Bersihkan genitalia eksterna lalu masukkan spekulum
  6. Masukkan klem ½ kocher atau amnihook ke dalam vagina dan pandu menggunakan jari hingga mencapai selaput ketuban
  7. Buat lubang kecil di selaput ketuban
  8. Keluarkan amnihook atau klem ½ kocher. Jika menggunakan klem, tempatkan ke dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi
  9. Biarkan jari tangan pemeriksa tetap di dalam untuk mengetahui penruunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian dari bayi tidak teraba
  10. Keluarkan tangan dan evaluasi warna dan volume cairan ketuban serta periksa apakah ada mekonium atau darah
  11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin selama 10 menit
  12. Cuci kedua tangan
  13. Periksa ulang denyut jantung janin[1,5]

Prosedural Induksi Farmakologis

Induksi persalinan farmakologis dapat digunakan dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut:

  • Prostaglandin E2: 3 mg gel pada forniks posterior, dapat diulang hingga 3 kali dengan interval 6 jam antar pemberian. Pasien harus tetap berbaring setelah pemberian obat ini selama setidaknya 30 menit.
  • Misoprostol: 50 mcg per oral atau 25 mcg per vaginam, diulangi setiap 4 jam
  • Oksitosin: berikan melalui drip infus dengan laju 1-4 mU/menit dan naikkan dosisnya dalam interval >20 menit hingga tercapai pola seperti persalinan normal. Dosis maksimum 20 mU/menit dengan total pemberian tidak boleh lebih dari 5 unit per hari. Sesuaikan dosis berdasarkan denyut jantung janin dan kuatnya kontraksi dan hentikan bila ada gawat janin atau uterus hiperreaktif. Turunkan dosis secara perlahan jika proses persalinan berlangsung[1,5]

Follow Up

Follow up setelah induksi persalinan meliputi penilaian berkala pembukaan serviks, pendataran serviks, dan kontraksi uterus untuk menilai kemajuan persalinan dengan menggunakan Modified Bishop’s Score. Selain itu, pemantauan rutin denyut jantung dan cardiotocography harus dilakukan untuk memastikan kesejahteraan janin.

Jika induksi gagal dilakukan, pertimbangkan apakah akan dilakukan induksi persalinan ulang atau sectio caesarea. Jika terdapat indikasi untuk menghentikan induksi, misalnya gawat janin, segera persiapkan pasien untuk menjalani sectio caesarea.[5,6,8]

Referensi

1. Vikram Sinai Talaulikar. Induction of Labour. 2015. Available From :https://www.researchgate.net/publication/288826761_Induction_of_labour
2. World Health Organization. Managing Complication in Pregnancy and Childbirth: a Guide for Midwives and Doctors. Geneva,2000. Available from :http://www.who.int/reproductivehealth/publications/maternal_perinatal_ health/9241545879/en/index.html
5. Rane SM , Guirgis RR, Higgins B et al. The value of ultrasound in the prediction of successful induction of labor. Ultrasound Obstet Gynecol. 2004 Oct;24(5):538-49
6. Rane SM , Guirgis RR, Higgins B et al. The value of ultrasound in the prediction of successful induction of labor. Ultrasound Obstet Gynecol. 2004 Oct;24(5):538-49.Rane SM , Guirgis RR, Higgins B et al. The value of ultrasound in the prediction of successful induction of labor. Ultrasound Obstet Gynecol. 2004 Oct;24(5):538-49.
8. Dean Leduc, Anne Biringer, et al. SOGC Clinical Practice Guideline for Induction of Labour. 2013. Available from : https://www.jogc.com/article/S1701-2163(15)30842-2/pdf

Kontraindikasi Induksi Persalinan
Komplikasi Induksi Persalinan

Artikel Terkait

  • Induksi Persalinan dengan Balon Kateter Foley
    Induksi Persalinan dengan Balon Kateter Foley
  • Perbandingan Serum sFlt-1/PlGF sebagai Prediktor Risiko Preeklampsia
    Perbandingan Serum sFlt-1/PlGF sebagai Prediktor Risiko Preeklampsia
  • Perlukah Urinalisis Rutin pada Ibu Hamil Risiko Rendah
    Perlukah Urinalisis Rutin pada Ibu Hamil Risiko Rendah
  • Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu
    Induksi Persalinan pada Kehamilan Postterm Sebaiknya Dilakukan sebelum Usia Gestasi 42 Minggu
  • Pemilihan Obat Antihipertensi pada Hipertensi Selama Kehamilan
    Pemilihan Obat Antihipertensi pada Hipertensi Selama Kehamilan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
23 Desember 2022
Berapa lama induksi persalinan yang ideal dan dosis maksimal oksitosin untuk induksi? - Obgyn Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter Thomas,Sp.OG izin bertanya, berapa lama induksi persalinan yang ideal dan dosis maksimal oksitosin untuk induksi agar tidak terjadi komplikasi...
dr.Liberty
03 Agustus 2022
Pemberian aspirin untuk pasien risiko tinggi PEB - Obgyn Ask The Expert
Oleh: dr.Liberty
5 Balasan
Selamat siang dr. Shandy, Sp.OG, Ijin bertanya dok, saya pernah mendapat pasien dengan risiko tinggi untuk mengalami PEB, mulai pemberian aspirin pada usia...
Anonymous
06 Juli 2022
Pencegahan preeklampsia untuk kehamilan kedua
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Mohon ijin bertanya. Kemarin saya ada pasien bumil G2P1A0 uk 6 minggu riwayat PE di kehamilan pertama dan diterminasi dg SC di uk 8 bulan, bayi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.