Semaglutide untuk Terapi Obesitas Tanpa Diabetes Mellitus

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Semaglutide dilaporkan dapat menurunkan berat badan pada pasien obesitas meskipun obesitas tersebut tidak disertai diabetes mellitus. Semaglutide merupakan suatu agonis reseptor glucagon-like peptide-1 atau GLP-1, yang awalnya diindikasikan untuk terapi diabetes mellitus. Namun, uji klinis pada pasien diabetes menemukan bahwa obat ini ternyata juga memiliki efek penurunan berat badan.[1-3]

Efek menjanjikan tersebut akhirnya menyebabkan para peneliti mulai mempelajari efek semaglutide untuk penurunan berat badan secara umum, tidak hanya pada pasien diabetes mellitus tetapi juga pada pasien obesitas nondiabetik.[1-3]

Obese,Fat,Man,Preparing,Semaglutide,Ozempic,Injection,Control,Blood,Sugar

Sekilas tentang Prinsip Tata Laksana Obesitas

Obesitas merupakan suatu kondisi di mana pasien mengalami akumulasi jaringan lemak yang berlebihan dan abnormal di tubuhnya, yang berisiko menimbulkan berbagai komplikasi kesehatan. Obesitas sering berkaitan dengan terjadinya diabetes mellitus, dislipidemia, hipertensi, hingga penyakit jantung.[1-3]

Umumnya, tata laksana untuk pasien obesitas meliputi modifikasi diet dan gaya hidup, penggunaan obat-obatan, hingga pembedahan. Farmakoterapi diberikan kepada pasien dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 dengan komorbiditas. Sebelumnya, obat-obatan seperti orlistat dan liraglutide telah digunakan untuk obesitas. Namun, saat ini banyak uji klinis juga telah membandingkan efektivitas liraglutide dan semaglutide, yang sama-sama merupakan agonis reseptor GLP-1.[1-3]

Pada bulan Juni 2021, FDA menyetujui injeksi semaglutide 2,4 mg secara subkutan dengan dosis 1 kali seminggu sebagai tambahan terapi diet rendah kalori dan aktivitas fisik. Obat ini ditujukan untuk pasien dengan IMT ≥30 kg/m2 atau IMT minimal 27 kg/m2 dengan penyakit komplikasi. Farmakoterapi yang dikombinasikan dengan modifikasi gaya hidup dilaporkan dapat mengurangi berat badan secara lebih efektif daripada modifikasi gaya hidup saja.[3-6]

Semaglutide dalam bentuk sediaan oral saat ini hanya disetujui oleh FDA untuk dipakai sebagai terapi diabetes mellitus.

Efektivitas Semaglutide untuk Mengurangi Berat Badan pada Pasien Obesitas Tanpa Diabetes Mellitus

Semaglutide adalah agonis reseptor GLP-1 yang bisa menstimulasi sekresi insulin dan menurunkan produksi glukagon, sehingga menurunkan level glukosa darah saat puasa dan setelah makan. Selain itu, semaglutide juga mengurangi rasa lapar dan keinginan makan, sehingga berkaitan dengan pengendalian makan yang lebih baik, porsi makan yang lebih kecil, dan penurunan intake energi.[3,6]

Studi Wilding, et al.

Wilding, et al. melakukan uji klinis acak pada 1.961 pasien dewasa dengan IMT ≥30 kg/m2 atau IMT ≥27 kg/m2 dengan komplikasi terkait berat badan. Semua pasien tidak mengalami diabetes mellitus. Pasien diberi intervensi gaya hidup dan diacak ke dalam grup yang mendapatkan semaglutide atau grup yang mendapatkan plasebo. Studi ini berjalan selama 68 minggu, di mana grup semaglutide menerima semaglutide dengan dosis 2,4 mg subkutan sekali per minggu.[4]

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata penurunan berat badan pada grup semaglutide adalah 14,9%, sedangkan rata-rata penurunan pada grup plasebo adalah 2,4% saja. Bila dihitung dalam satuan kilogram, rata-rata penurunan berat pada grup semaglutide adalah 15,3 kg, sedangkan penurunan pada grup plasebo adalah 2,6 kg saja.[4]

Hasil juga menunjukkan bahwa penurunan berat ≥5% lebih banyak terjadi pada pasien di grup semaglutide daripada di grup plasebo (86,4% vs. 31,5%). Selain itu, penurunan berat ≥15% juga lebih banyak terjadi pada pasien di grup semaglutide daripada di grup plasebo (50,5% vs. 4,9%). Pasien yang diberi semaglutide dan intervensi gaya hidup mengalami penurunan risiko kardiometabolik dan peningkatan fungsi fisik lebih baik daripada pasien yang diberi plasebo dan intervensi gaya hidup.[4]

Efek samping semaglutide bersifat transien (hanya sementara) dan berintensitas ringan hingga moderat saja. Efek samping yang umum adalah efek samping gastrointestinal seperti mual dan diare. Penghentian obat akibat efek samping terjadi pada 4,5% pasien di grup semaglutide. Di grup plasebo, penghentian hanya terjadi pada 0,8% pasien.[4]

Studi O’Neil, et al.

O’Neil, et al. melakukan uji klinis pada 957 orang dewasa dengan IMT ≥30 kg/m2 yang tidak mengalami diabetes mellitus. Semua pasien diberikan intervensi diet dan gaya hidup, tetapi diberikan obat berbeda. Obat dibedakan menjadi semaglutide, liraglutide, atau plasebo. Obat diberikan secara subkutan tiap hari. Dosis semaglutide dimulai dari 0,05 mg/hari dan ditingkatkan bertahap tiap 4 minggu hingga maksimal 0,4 mg/hari. Durasi studi adalah 52 minggu.[7]

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata penurunan berat badan pada grup semaglutide bisa mencapai 6–13,8% (tergantung dosis), tetapi hanya 2,3% pada grup plasebo. Selain itu, bila dibandingkan dengan liraglutide, semaglutide dengan dosis ≥0,2 mg/hari juga bisa menghasilkan rata-rata penurunan berat badan yang lebih baik (7,8% pada liraglutide vs. 11,2–13,8% pada semaglutide).[7]

Bila dibandingkan dengan pasien dalam grup plasebo, lebih banyak pasien dalam grup semaglutide mengalami penurunan berat badan ≥10% (hanya 10% pasien dalam grup plasebo vs. 37–65% pasien dalam grup semaglutide dosis ≥0,1 mg/hari).[7]

Sama dengan studi Wilding, et al., studi ini juga melaporkan bahwa efek samping yang umum terjadi akibat semaglutide adalah efek samping gastrointestinal seperti mual. Namun, efek samping bersifat ringan. Semaglutide dinyatakan memiliki profil keamanan yang baik dan bisa ditoleransi oleh pasien.[7]

Perbandingan Semaglutide dan Liraglutide untuk Mengurangi Berat Badan pada Pasien Obesitas Tanpa Diabetes Mellitus

Liraglutide merupakan agonis reseptor GLP-1 yang juga telah disetujui FDA sebagai terapi obesitas. Mekanisme kerja liraglutide dan semaglutide hampir sama. Keduanya menurunkan rasa lapar dan meningkatkan efek kenyang. Namun, semaglutide memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Liraglutide diberikan dalam dosis 3 mg sekali sehari, sedangkan semaglutide bisa diberikan dengan dosis 2,4 mg sekali seminggu.[8,9]

Tinjauan sistematik oleh Deng, et al. menyatakan bahwa liraglutide dan semaglutide sama-sama menghasilkan penurunan berat badan yang signifikan pada pasien obesitas tanpa diabetes mellitus. Namun, seperti hasil studi O’Neil, et al. yang telah dibahas sebelumnya, beberapa studi lain juga mendukung bahwa semaglutide bisa menurunkan berat badan secara lebih unggul daripada liraglutide.[7-9]

Meta analisis Mikhail, et al. membandingkan liraglutide 3 mg/hari dan semaglutide 2,4 mg/minggu. Hasil menunjukkan bahwa penurunan berat badan lebih signifikan pada grup semaglutide (10,3–12,4%) daripada grup liraglutide (5,4%). Namun, jumlah studi yang membandingkan kedua obat ini secara langsung (head-to-head) memang masih terbatas. Mayoritas studi membandingkan keduanya dengan plasebo.[9]

Profil Keamanan Semaglutide untuk Mengurangi Berat Badan pada Pasien Obesitas Tanpa Diabetes Mellitus

Seperti agonis reseptor GLP-1 lain, semaglutide memiliki efek samping pencernaan seperti mual, muntah, diare, konstipasi, ataupun dispepsia. Umumnya hal ini berkaitan dengan dosis dan terjadi pada 2 minggu pertama penggunaan semaglutide. Efek yang dialami sering kali hanya bersifat ringan hingga moderat, seperti yang telah dibahas dalam studi Wilding, et al. dan O’Neil, et al. sebelumnya.[4,7,10]

Efek samping berupa hipoglikemia jarang terjadi. Ada studi yang menyatakan bahwa agonis reseptor GLP-1 berhubungan dengan kejadian pankreatitis akut dan kanker pankreas. Namun, hasil penelitian-penelitian masih pro dan kontra mengenai hubungan tersebut. Menurut FDA, hubungan pankreatitis dan agonis reseptor GLP-1 RA belum memiliki bukti yang konsisten.[6,10,11]

Studi kohort oleh Ghusn W, et al. menunjukkan bahwa gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare merupakan gejala yang paling umum dilaporkan oleh pasien yang mendapatkan semaglutide untuk penurunan berat badan.[12]

Kesimpulan

Semaglutide adalah suatu agonis reseptor GLP-1 yang awalnya ditujukan untuk terapi diabetes mellitus. Namun, obat ini memiliki efek penurunan berat badan yang dapat digunakan untuk pasien obesitas, meskipun obesitas tidak disertai diabetes mellitus.

Studi terhadap pasien obesitas tanpa diabetes menunjukkan bahwa semaglutide efektif untuk mengurangi berat badan, mengurangi risiko kardiometabolik, dan memperbaiki fungsi fisik jika dibandingkan plasebo. Selain itu, bila dibandingkan dengan liraglutide yang juga merupakan agonis reseptor GLP-1 untuk terapi obesitas, semaglutide dapat mengurangi berat badan secara lebih signifikan.

Studi head-to-head yang membandingkan semaglutide dan liraglutide secara langsung masih diperlukan untuk konfirmasi temuan tersebut. Namun, semaglutide dinilai lebih unggul karena memiliki waktu paruh lebih panjang, sehingga bisa diberikan dalam dosis 2,4 mg sekali seminggu. Liraglutide umumnya diberikan sekali sehari sebanyak 3 mg.

Efek samping semaglutide dilaporkan serupa dengan agonis reseptor GLP-1 lainnya, yaitu efek samping gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, atau konstipasi. Efek ini umumnya bersifat transien dan hanya berintensitas ringan hingga moderat.

Referensi