Red Flag Diare pada Anak

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Red flag atau tanda bahaya diare pada anak perlu dikenali oleh setiap dokter karena diare merupakan penyebab kelima tertinggi untuk kematian anak di dunia, khususnya untuk anak usia <5 tahun. Semua anak dengan diare perlu mendapatkan pemeriksaan dan manajemen dehidrasi.[1]

Definisi diare adalah perubahan konsistensi feses menjadi lebih cair dan peningkatan frekuensi defekasi. Berdasarkan durasinya, diare dibedakan menjadi diare akut (<7 hari), diare prolonged (7–14 hari), dan diare kronis (>14 hari).[2,3]

Asian,Baby,Newborn,Crying,From,Diarrhea,Colic,Symptoms

Patofisiologi diare dapat dibedakan menjadi diare sekretorik akibat peningkatan sekresi cairan secara aktif, diare osmotik akibat perubahan tekanan osmotik usus, dan diare inflamasi akibat kerusakan mukosa usus yang menyebabkan hilangnya cairan dan menurunnya penyerapan usus.[2,3]

Sekilas tentang Etiologi Diare

Diare akut pada anak bisa disebabkan oleh faktor infeksi, seperti infeksi virus, bakteri, atau parasit. Selain itu, diare akut juga bisa disebabkan oleh faktor noninfeksi, seperti obat-obatan, keracunan makanan, alergi makanan, penyakit endokrin, atau penyakit gastroenterologi seperti appendicitis, necrotizing enterocolitis, dan intususepsi.[1,2]

Rotavirus, norovirus, dan adenovirus merupakan patogen tersering yang menyebabkan diare pada anak berusia <5 tahun, yakni mencakup 90% kasus diare. Sementara itu, bakteri yang merupakan penyebab tersering adalah Escherichia coli, non-typhoidal Salmonella, Shigella, dan Vibrio parahaemolyticus.[1,2]

Pada kasus diare kronis, penyebab dapat berupa penyakit celiac, inflammatory bowel disease (IBD), kelainan anatomi saluran cerna, atau malabsorpsi. Beberapa kasus diare kronis juga dapat disebabkan oleh infeksi.[1,2]

Red Flag pada Anak yang Mengalami Diare

Anak dengan red flag atau tanda bahaya diare memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi etiologi dan mendapatkan penanganan segera. Red flag yang perlu diperhatikan adalah:

  • Adanya tanda dan gejala dehidrasi sedang sampai berat (penurunan kesadaran, napas cepat, sianosis, perfusi kapiler yang buruk, penurunan output urine)
  • Usia anak <3 bulan
  • Adanya riwayat prematur atau penyakit kronis
  • Diare berdarah
  • Diare profuse

  • Steatorrhea
  • Muntah kehijauan, muntah berdarah, atau muntah menyembur
  • Muntah persisten
  • Anak tidak bisa menerima rehidrasi oral
  • Adanya gejala sistemik, seperti demam, gagal tumbuh, dan jaundice

  • Adanya gejala penyerta, seperti ulkus oral, nyeri sendi, ruam, penyakit perianal, dan diare kronis[1,4,5]

Sekilas tentang Manajemen Anak dengan Red Flag Diare

Manajemen anak dengan red flags diare dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan etiologi dan tata laksana yang sesuai.

Anamnesis

Dokter perlu memastikan usia pasien, durasi diare, dan frekuensi diare. Dokter juga menanyakan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat keluarga (seperti inflammatory bowel disease), penyakit yang mungkin sedang diderita saat ini, riwayat kontak dengan orang yang sakit, riwayat konsumsi obat, riwayat perjalanan, dan riwayat diet.[1]

Dokter juga menanyakan ada tidaknya gejala penyerta diare, seperti muntah, nyeri perut, diare berlendir atau berdarah, steatorrhea, demam, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, ruam, sariawan, dan nyeri sendi. Tanyakan juga apakah anak lemas dan tidak dapat makan atau minum.[1]

Dokter juga perlu menanyakan output urine. Akan tetapi, hal ini mungkin sulit ditentukan pada bayi karena pengasuh maupun pemeriksa sulit membedakan apakah popok yang basah disebabkan oleh urine, diare, atau kombinasi keduanya. Anak yang lebih berusia dapat mengingat-ingat kembali waktu mereka terakhir buang air kecil dan bagaimana warna urinenya.[1]

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum anak dinilai terlebih dahulu, apakah anak tampak aktif atau tampak lemas. Periksa tanda-tanda vital dan juga berat badan anak. Adanya data berat badan sebelum sakit dapat bermanfaat untuk menghitung derajat dehidrasi anak. Periksa tanda dehidrasi, seperti status kesadaran, turgor kulit, dan waktu pengisian kapiler.[1]

Periksa abdomen untuk melihat adanya nyeri, pembesaran organ, dan peristaltik usus. Evaluasi feses apakah ada lendir atau darah. Periksa juga tanda-tanda malnutrisi seperti asites atau edema dan tanda-tanda khas penyakit kronis tertentu.[1]

Tabel 1. Parameter Penilaian Status Dehidrasi

Karakteristik Tanpa dehidrasi atau ada dehidrasi ringan Dehidrasi sedang Dehidrasi berat
Penurunan berat badan 3–5% 6–9% >10%
Kesan umum dan kesadaran Baik Haus, rewel Letargis, tidak sadar
Denyut nadi Normal Normal sampai meningkat Meningkat
Kualitas nadi Normal Normal sampai lemah Lemah sampai sulit teraba
Napas Normal Mungkin cepat atau dalam Kussmaul
Mata Normal Cowong Sangat cowong
Air mata Normal Berkurang Tidak ada
Mukosa Basah Kering Sangat kering
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Turgor kulit Normal, kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat
Ekstremitas Hangat Dingin Dingin atau sianosis
Urine Normal Berkurang Minimal

Sumber: Viegelmann GC, et al. 2021.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dapat dilakukan bila perlu, tetapi harus sesuai dengan kecurigaan etiologi. Contoh pemeriksaan darah yang mungkin dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, C-reactive protein, laju endap darah, dan fungsi liver atau ginjal.[1,3]

Pemeriksaan feses juga dapat dilakukan bila perlu. Bila ada kecurigaan bahwa diare disebabkan oleh suatu alergi makanan, dokter dapat melakukan food challenge dan tes eliminasi diet. Pemeriksaan yang lebih invasif biasanya dilakukan pada diare kronis untuk mencari penyebab utamanya, misalnya endoskopi dan biopsi.[1,3]

Tata Laksana

Tata laksana diare pada anak yang utama adalah rehidrasi, baik secara oral maupun parenteral. Diare tanpa dehidrasi atau diare dengan dehidrasi ringan dapat diberikan cairan rumah tangga, seperti jus atau susu. Terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah zinc. Terapi lain juga dapat diberikan sesuai penyebab diarenya.[1,4]

Pada diare dengan dehidrasi sedang, rehidrasi dilakukan dengan oralit 75 ml/kg yang diberikan dalam 4 jam. Cairan oralit yang direkomendasikan oleh WHO adalah cairan yang mengandung 75 meq/L natrium dan 75 mmol/L glukosa dalam 1 liter air.[1,4]

Pada diare dengan dehidrasi berat, rehidrasi dilakukan secara parenteral sebanyak 100 ml/kg (Ringer laktat) yang dibagi dalam 2 kali pemberian, yaitu:

  • Untuk anak usia <12 bulan: 30 ml/kg dalam 1 jam pertama, kemudian 70 ml/kg dalam 5 jam berikutnya
  • Untuk anak usia ≥12 bulan: 30 ml/kg dalam 30 menit pertama, kemudian 70 ml/kg dalam 2,5 jam berikutnya[4]

Abnormalitas elektrolit lain seperti kalium juga harus dikoreksi. Hipoglikemia juga perlu dikoreksi dengan pemberian glukosa intravena. Selain itu, pemberian diet oral secara dini juga perlu diupayakan.

Referensi