Prognosis Agenesis Renal
Prognosis agenesis renal atau agenesis ginjal tergantung pada apakah terjadi secara unilateral atau bilateral. Umumnya, janin dengan agenesis bilateral bertahan hanya dalam beberapa hari setelah persalinan atau tidak melewati periode neonatus. Sementara agenesis unilateral memiliki prognosis yang lebih baik.[2,7,12]
Komplikasi
Bayi dengan agenesis renal bilateral umumnya terlahir dengan hipoplasia paru, sehingga letal akibat distress pernapasan berat dan tidak bisa dilakukan resusitasi. Komplikasi lainnya yaitu gagal ginjal stadium 5 karena tidak adanya kedua organ ginjal. Gagal ginjal mengakibatkan ketidakseimbangan elektrolit pada tubuh bayi terutama hiponatremia, hipernatremia, hiperkalemia, hipokalsemia, dan hiperfosfatemia.[12]
Sebuah tinjauan sistematik juga menunjukkan bahwa pasien dengan agenesis renal unilateral sering mengalami hiperurisemia, hematuria, dan proteinuria. Komplikasi lainnya yaitu hiperplasia ginjal, hidronefrosis, hingga hipertensi, dan peningkatan risiko infeksi saluran kemih.[7,12]
Disgenesis ginjal mengakibatkan anemia akibat defisiensi eritropoietin, insufisiensi vitamin D, dan perubahan sistem renin-angiotensin. Kelainan kongenital seperti agenesis renal juga sering disertai deformitas pada organ lain, seperti kelainan jantung, kista pankreas, atresia esofagus, abnormalitas duodenum, agenesis kolon, dan divertikulum Meckel.[12]
Prognosis
Prognosis agenesis unilateral cukup baik jika cairan ketuban normal. Namun, dalam jangka panjang, ginjal unilateral mengalami hipertrofi sehingga menyebabkan disfungsi ginjal dan hipertensi pada usia dewasa. Sementara itu, agenesis bilateral dianggap sebagai kondisi yang letal, karena anhidramnion dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan (IUFD) dan gagal napas neonatal.[2]