Penatalaksanaan Mastoiditis
Penatalaksanaan mastoiditis disesuaikan dengan derajat keparahan dan komplikasi yang menyertai. Pada dasarnya, penatalaksanaan mastoiditis berupa pemberian antibiotik dan tindakan pembedahan, seperti miringotomi, timpanosentesis, mastoidektomi, timpanostomi, dan timpanoplasti.
Medikamentosa
Medikamentosa pada mastoiditis adalah dengan pemberian antibiotik dan terapi suportif.
Terapi Antibiotik
Pemberian antibiotik idealnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan kultur, tetapi perlu diingat bahwa pemeriksaan kultur cukup memakan waktu, sehingga sebaiknya pasien diberikan antibiotik awal sambil menunggu hasil kultur. Antibiotik awal yang bisa digunakan adalah antibiotik dengan spektrum luas dan sebaiknya dapat menembus sawar darah otak. Setelah hasil kultur keluar, antibiotik dapat diganti dan disesuaikan dengan hasil kultur, sensitivitas, dan kondisi pasien.
Antibiotik disarankan diberikan secara intravena selama minimal 7-10 hari atau sampai pasien bebas demam dan pembengkakan berkurang setelah 2-3 hari terapi. Setelah itu, pemberian antibiotik dapat dilanjutkan secara oral dengan total lama terapi yaitu 4 minggu pada kasus akut dan 6 minggu pada kasus kronis.
Jenis antibiotik yang digunakan dalam penatalaksanaan mastoiditis yakni vancomycin (dosis IV 15 mg/kgBB setiap 6 jam), ceftriaxone (dosis IV 50 mg/kgBB sehari sekali dengan dosis maksimal 2 g per hari), amoxicillin-clavulanate (dosis IV 1.2 g setiap 8 jam), piperacillin-tazobactam (dosis IV 3 x 100 mg/kgBB dengan dosis maksimal 4 gram pada komponen piperacillin), ampicillin-sulbactam (dosis IV 50 mg/kgBB setiap 6 jam, dengan dosis maksimal 2 g per pada dosis ampicillin), clindamycin (dosis IV 3 x 800 mg), hingga metronidazole (dosis IV 500 mg setiap 8 jam).
Pada kasus mastoiditis akut disarankan menggunakan antibiotik ampicillin-sulbactam, bisa dikombinasikan dengan vancomycin apabila disertai komplikasi dan infeksi berat. Atau kombinasi antara ceftriaxone dengan vancomycin atau ceftriaxone dengan clindamycin. Sedangkan pada kasus mastoiditis kronis disarankan menggunakan piperacillin-tazobactam dan boleh dikombinasikan dengan vancomycin apabila ada keterlibatan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).[20-22]
Terapi Suportif
Terapi medikamentosa lain pada kasus mastoiditis adalah terapi simptomatik, seperti paracetamol, ibuprofen, dan dexamethasone.
Pembedahan
Tindakan pembedahan atau operasi pada kasus mastoiditis dapat berupa miringotomi, timpanosentesis, mastoidektomi, timpanoplasti, atau timpanostomi.
Mastoidektomi, Timpanoplasti, dan Timpanostomi
Tindakan seperti miringotomi dan timpanosentesis dilakukan untuk meringankan gejala pasien dan juga berguna untuk mengambil spesimen untuk pemeriksaan kultur. Sedangkan tindakan seperti mastoidektomi, timpanoplasti, dan timpanostomi lebih disarankan apabila terdapat abses subperiosteal, kolesteatoma, osteitis, komplikasi intrakranial, otorea yang berlangsung ≥2 minggu setelah terapi antibiotik, pada pasien anak, dan perbaikan yang sangat minim setelah diberikan antibiotik intravena selama 1–2 hari.[5,23-24]
Mastoidektomi adalah tindakan operasi untuk membuang mastoid air cells yang terinfeksi. Prosesnya diawali dengan tindakan insisi pada postauricular lalu pengeboran untuk menembus korteks mastoid menggunakan drill. Setelah itu, area mastoid yang mengalami granulasi disertai mukosa yang bengkak diangkat, sumbatan di antrum dibebaskan, lalu dilakukan insisi dan drainase. Drain akan dipasang setidaknya selama 2 hari.
Pada saat mastoidektomi dilakukan, biasanya tube tympanostomy juga dipasang di membran timpani untuk meringankan supurasi dan inflamasi, membuat drainase, menurunkan tekanan, serta sebagai akses pemberian obat tetes, seperti antibiotik dan steroid. Pemberian obat tetes antibiotik dan steroid dilanjutkan hingga ada perbaikan klinis, terutama untuk keluhan otorea. Pada beberapa kasus, timpanoplasti juga perlu dilakukan untuk memperbaiki struktur atau rekonstruksi membran timpani.