Patofisiologi Mastoiditis
Patofisiologi mastoiditis berawal dari inflamasi dan infeksi pada telinga bagian tengah yang tidak ditangani dengan baik, yang kemudian menyebar hingga ke area mastoid.
Seperti yang sudah diketahui bahwa anatomi dari mastoid air cells berhubungan langsung dengan rongga telinga bagian tengah (melalui aditus ad antrum). Jika terjadi suatu proses inflamasi atau infeksi pada telinga bagian tengah, seperti pada kasus otitis media akut (OMA), atau bahkan otitis media supuratif kronis (OMSK), maka tentu infeksi dan inflamasi dapat terjadi juga pada mukosa yang melapisi bagian mastoid.
Apabila proses inflamasi dan infeksi terjadi, mukosa yang melapisi antrum akan membengkak (edema) dan menyebabkan sumbatan pada aditus ad antrum berupa penumpukan pus. Kondisi ini nantinya dapat menyebabkan periostitis. Apabila kondisi ini menyebar dan memengaruhi sistem trabekular, maka akan terjadi empiema di tulang temporal, yang disebut dengan mastoiditis koalesens. Jika infeksi menyebar lagi hingga bagian korteks pada mastoid dan terjebak di periosteum, maka akan terjadi abses subperiosteal.
Jika infeksi dibiarkan dan tidak ditangani maka tentu infeksi akan terus menyebar lagi ke jaringan di sekitarnya hingga memengaruhi struktur anatomi lainnya, seperti pada sinus sigmoid, tulang oksipital, rongga epidural, rongga subdural, selaput meningens, otot, nervus fasialis, hingga labirin telinga.[5]
Jadi, dapat disimpulkan bahwa, mastoiditis memiliki lima tahap. Tahap pertama yakni hiperemis pada lapisan mukosa dari mastoid air cells akibat proses infeksi dan inflamasi dari OMA. Tahap kedua, terjadi suatu proses transudasi dan eksudasi pus di dalam sel-sel tersebut. Tahap ketiga, terjadi nekrosis pada tulang yang disebabkan oleh penurunan vaskularisasi pada septa. Tahap keempat, dinding sel menghilang dan terjadi perlengketan pada kavitas dari abses yang sudah terbentuk. Tahap yang terakhir adalah penyebaran proses infeksi dan inflamasi ke jaringan sekitar lainnya seperti yang sudah disebutkan di atas.[1]