Diagnosis Bronkitis Akut
Diagnosis bronkitis akut ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan kemungkinan terjadinya pneumonia harus dieksklusi terlebih dahulu.
Anamnesis
Bronkitis akut merupakan infeksi akut saluran napas bagian trakeobronkial sehingga tanda khas dari penyakit ini adalah batuk produktif yang menetap selama kurang dari 3 minggu. Namun, 20% pasien dapat mengalami keluhan batuk sampai dengan 4 minggu. Sputum pada bronkitis akut dapat bening atau berwarna, namun adanya sputum berwarna tidak dapat membedakan penyebab infeksi apakah karena virus atau bakteri. [3,4,8]
Pasien dengan bronkitis akut juga dapat memperlihatkan keluhan obsbtruksi bronkial, seperti dyspnea pada saat aktivitas atau wheezing. Namun, berbeda dengan asthma, wheezing pada bronkitis hanya bersifat transien dan akan sembuh total seiring dengan sembuhnya infeksi. Diagnosis pneumonia harus dapat dieksklusi terlebih dahulu sebelum dokter mencurigai adanya bronkitis akut. Kecurigaan adanya pneumonia apabila pasien mengeluh adanya demam, batuk, dan sesak napas.[4,8]
Selain itu, tanyakan riwayat perjalanan penyakit sebelumnya, riwayat alergi, riwayat merokok, dan paparan iritan untuk mengetahui faktor risiko yang memungkinkan terjadinya penyakit.[4]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan hasil yang normal pada tanda-tanda vital dan pemeriksaan dada. Apabila terdapat batuk yang tidak disertai dengan demam, takikardi, dan takipnea, diagnosis lebih mengarah kepada bronkitis dibandingkan dengan pneumonia. Namun, pada pasien geriatri, pemeriksaan lanjutan diperlukan karena pneumonia pada geriatri bisa saja tidak terdapat demam dan takikardi. Pada pemeriksaan faring, dapat ditemukan adanya faring yang normal atau eritema, limfadenopati terlokalisasi, dan adanya rhinorrhea.[3,4,8]
Diagnosis Banding
Terdapat beberapa diagnosis banding yang perlu dipikirkan sebelum mendiagnosis adanya bronkitis akut pada pasien.
Pneumonia
Pneumonia merupakan inflamasi pada jaringan paru yang disebabkan oleh infeksi virus ataupun bakteri. Apabila terdapat tanda-tanda vital yang abnormal, seperti nadi lebih dari 100 kali/menit, napas lebih dari 24 kali/menit, suhu tubuh lebih dari 38oC, dokter harus mencurigai adanya infeksi pneumonia. Pada pemeriksaan fisik biasanya didapatkan tanda-tanda konsolidasi. Pada kasus ini, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen dada untuk menegakkan diagnosis. Pada pemeriksaan rontgen, didapatkan adanya infiltrat.[4,7]
Pertussis
Pertusis merupakan penyakit saluran napas akibat bakteri yang sangat menular dan sangat cepat menimbulkan komplikasi, berupa dehidrasi, hipoksia, sinkop, kejang, pneumonia, pneumothoraks, dan bahkan fraktur iga akibat batuk yang berat. Pertussis harus dicurigai apabila batuk terjadi lebih dari 2 minggu dan biasanya ada beberapa gejala tambahan seperti batuk paroksismal (batuk yang terus menerus dan berat sehingga sulit bernapas), bunyi “whoop” pada inspirasi, dan muntah setelah batuk.[7]
Influenza
Influenza merupakan penyakit akibat virus yang sangat menular. Pada kasus influenza pasien juga akan mengalami batuk-batuk, nyeri tenggorok, dan hidung berair. Beberapa keluhan pada influenza yang dapat membedakan dengan bronkitis adalah adanya demam, myalgia, sefalgia, dan malaise. Demam dan nyeri pada badan berlangsung 3-5 hari, namun batuk dapat bertahan selama 2 minggu atau lebih.[7]
Asthma Bronkial Eksaserbasi Akut
Pada pasien asthma, dapat terjadi batuk-batuk yang disertai dengan wheezing. Perlu ditanyakan riwayat asthma sebelumnya, alergi, dan pengobatan sebelumnya untuk membedakannya dengan bronkitis. Biasanya pada asthma esksaserbasi akut juga ditemukan adanya tanda-tanda vital yang abnormal, seperti takikardi, takipnea, dan penurunan saturasi oksigen.[7]
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis dari bronkitis akut ditegakkan berdasarkan temuan klinis, tidak ada pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya yang dibutuhkan dalam mendiagnosis penyakit ini. Pemeriksaan penunjang biasanya tidak dilakukan apabila pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dan pemeriksaan dada yang normal. Namun, pemeriksaan rontgen dada dianjurkan pada pasien dengan tanda vital atau pemeriksaan paru yang abnormal, pasien yang memiliki penyakit paru lainnya, dan pada pasien dengan sindrom respiratori akut yang berat.[4,9]