Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Gangguan Tic general_alomedika 2023-06-06T08:52:33+07:00 2023-06-06T08:52:33+07:00
Gangguan Tic
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Gangguan Tic

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis gangguan tic atau tic disorder perlu dicurigai pada pasien yang menunjukkan gerakan atau vokalisasi cepat dan berulang-ulang. Gerakan dan vokalisasi berulang ini bersifat tidak ritmis, tidak terkendali atau hanya bisa dikendalikan secara parsial, dan muncul secara tiba-tiba.[1-3]

Berdasarkan kriteria diagnosis dalam ICD X (International Classification of Diseases) dan DSM 5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), gangguan tic dibagi menjadi beberapa kelompok diagnosis, yang semuanya ditandai dengan gerakan atau vokalisasi yang mendadak, cepat, berulang, dan tidak ritmis.[9]

Anamnesis

Diagnosis gangguan tic dibuat berdasarkan observasi dan riwayat. Gejala-gejala tic sering kali tersupresi ketika pasien diperiksa, sehingga keterangan dari orang tua atau saksi sangat penting dalam penegakan diagnosis.[1,4,6]

Anamnesis harus mencakup informasi mengenai riwayat medis dan perkembangan, riwayat penggunaan obat (termasuk penyalahgunaan zat), pendidikan dan pekerjaan, riwayat sosial dan interpersonal, dan riwayat keluarga sampai tiga generasi.[1]

Selain itu, tanyakan juga mengenai fungsi keluarga, mekanisme coping orang tua, pola asuh, dan konflik parental. Riwayat prenatal, perinatal, dan postnatal yang lengkap juga sebaiknya digali.[4,6]

Detail mengenai karakteristik gangguan tic juga harus digali, mencakup manifestasi tic, awitan, perjalanan penyakit, tingkat keparahan saat ini, ada atau tidaknya sensasi yang mendahului sebelum serangan tic terjadi, kemampuan untuk mensupresi serangan tic, beban gangguan secara keseluruhan, dan terapi yang pernah diterima.[1,4]

Orang tua sering kesulitan menggambarkan gangguan yang dialami pasien dan pasien sendiri sering mensupresi gejalanya secara tidak sadar saat pemeriksaan. Pada kondisi seperti ini, rekaman video saat pasien mengalami serangan akan bermanfaat.[1,4]

Selain anamnesis, evaluasi status mental juga harus dilakukan. Pemeriksaan status mental mencakup pemeriksaan dan penilaian masalah mental emosional yang sering menjadi komorbiditas gangguan tic, misalnya attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan obsesif kompulsif, gangguan mood, dan gangguan cemas.[1,4]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik untuk gangguan tic mencakup pemeriksaan tinggi dan berat badan, ada tidaknya gambaran dismorfik, pemeriksaan postur, pemeriksaan gait, refleks, dan penilaian adanya gerakan-gerakan abnormal.[1]

Pemeriksaan neurologis lengkap juga diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis gangguan gerakan lainnya sebagai dasar timbulnya tic.[4]

Bentuk tic motorik yang umum ditemukan adalah:

  • Mengedipkan mata
  • Memutar mata
  • Menyeringai
  • Menggerak-gerakkan kepala
  • Menunjukkan kedutan pada bahu
  • Menunjukkan kedutan pada badan dan pelvis
  • Menggerakan kaki dan tangan[6,9]

Bentuk tic vokalis yang umum ditemukan adalah:

  • Batuk
  • Berdehem
  • Mengeluarkan suara hidung mencium bau
  • Bersiul
  • Mengeluarkan suara dengkuran
  • Menirukan suara binatang
  • Mengucapkan suku kata atau kata-kata tertentu
  • Berteriak[6,9]

Diagnosis Banding

Gejala motorik seperti chorea, distonia, gerakan athetoid, diskinesia, hemiballismus, spasme hemifasial, gerakan stereotipik, dan perilaku kompulsif perlu dibedakan dari tic. Diagnosis dibedakan berdasarkan hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis, dan pemeriksaan penunjang yang sesuai untuk setiap gejala motorik.[3]

Tic kompleks sulit dibedakan dari perilaku kompulsif pada gangguan obsesif kompulsif. Pada gangguan obsesif kompulsif, gerakan-gerakan berulang yang dilakukan bertujuan untuk mencegah atau meredakan kecemasan. Sementara itu, pada kasus gangguan tic, gerakan berulang dilakukan karena tidak bisa ditahan.[1,4]

Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan neurologis, laboratorium, dan pencitraan pada pasien gangguan tic umumnya masih dalam batas normal. Untuk menilai adanya gerakan-gerakan abnormal yang tidak terkendalikan, gunakan Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS).[4]

Untuk gejala tic dengan onset usia dewasa, kemunculan mendadak, dan perburukan yang cepat, kemungkinan penyebab neurologis sebaiknya segera disingkirkan dengan pemeriksaan penunjang seperti EEG dan neuroimaging.[4]

Obat-obatan yang digunakan untuk tata laksana gangguan tic adalah obat neuroleptik dan agonis alfa adrenergik. Sebelum memulai obat, lakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan mencakup pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, fungsi hepar, tiroid, gula darah, dan profil lipid.[1]

Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS)

Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS) terdiri dari 12 komponen observasi untuk gangguan gerakan pada beberapa area tubuh, seperti otot-otot ekspresi fasial, bibir dan area perioral, mandibula, lidah, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, leher, dan bahu.

Lakukan juga observasi akibat dari gangguan gerakan ini, termasuk tingkat keparahan gangguan gerakan, ketidakmampuan akibat gangguan, ada tidaknya kesadaran pasien tentang gangguan gerakan, ada tidaknya penggunaan gigi palsu, dan masalah dengan gigi atau gigi palsu. Semua komponen ini dinilai dengan skala Likert, yaitu tidak ada, ringan, sedang, berat, dan sangat berat.[10]

Kriteria Diagnosis Berdasarkan ICD X

Kriteria utama yang harus ditegakkan adalah adanya tic, yaitu gerakan atau vokalisasi yang cepat, transien, terbatas, dan repetitif. Gerakan atau vokalisasi ini terjadi tanpa bukti gangguan neurologis, biasanya hilang ketika tidur, dan bisa disupresi pada situasi tertentu.[11]

Gangguan Tic Transien

Gangguan ini harus memenuhi kriteria umum mengenai tic, tetapi berlangsung <12 bulan. Gangguan ini merupakan bentuk tic yang paling sering ditemukan pada usia 4–5 tahun. Manifestasi tic biasanya muncul sebagai gerakan untuk mengedipkan mata, menyeringai, atau menggerakkan kepala. Pada beberapa kasus, gangguan ini terjadi sebagai episode tunggal. Namun, ada pula kasus yang mengalami remisi, kemudian kembali relaps setelah beberapa bulan.[11]

Gangguan Tic Motorik atau Vokalis Kronis

Gangguan ini harus memenuhi kriteria umum tic, yang terjadi sebagai tic motorik saja atau tic vokalis saja, baik tunggal maupun multipel. Tic telah berlangsung >1 tahun.[11]

Gangguan Tic Kombinasi Vokalis dan Motorik Multipel

Gangguan ini dikenal sebagai sindrom Tourette. Pada gangguan ini, pasien sedang mengalami atau pernah mengalami tic motorik multipel dan ≥1 tic vokalis, meskipun kedua tic ini tidak harus terjadi bersamaan. Onset biasanya pada masa kanak-kanak atau remaja. Umumnya, tic yang pertama kali berkembang adalah tic motorik, baru kemudian tic vokalis. Gangguan ini sering memburuk pada masa remaja dan berlanjut sampai usia dewasa.[11]

Tic vokalis yang muncul bisa berupa vokalisasi repetitif yang eksplosif, suara berdehem, atau dengkuran, atau berupa frase. Terkadang, vokalisasi diikuti oleh timbulnya gerakan yang sesuai (echopraxia) atau gerakan-gerakan cabul (copropraxia).[11]

Kriteria Diagnosis Berdasarkan DSM 5

Dalam DSM 5, gangguan tic terdiri dari beberapa kelompok diagnosis dengan kriteria diagnosis masing-masing.[2]

Sindrom Tourette

Kriteria diagnosis untuk sindrom Tourette adalah:

  1. Tic motorik multipel dan ≥1 tic vokalis, yang telah ada selama beberapa waktu sepanjang perjalanan penyakit, meskipun tidak harus selalu muncul bersamaan
  2. Serangan tic bisa menguat dan melemah frekuensinya, tetapi harus persisten selama >1 tahun sejak pertama kali serangan tic muncul
  3. Onset gejala timbul sebelum usia 18 tahun
  4. Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis zat/obat (misalnya kokain) maupun kondisi medis lain seperti penyakit Huntington dan ensefalitis postviral[2]

Tic Motorik atau Vokalis Persisten (Kronis)

Kriteria diagnosisnya adalah:

  1. Salah satu tic motorik atau tic vokalis tunggal atau multipel telah ada selama beberapa waktu sepanjang perjalanan penyakit, tetapi tidak keduanya
  2. Serangan tic bisa menguat dan melemah frekuensinya, tetapi harus persisten selama >1 tahun sejak pertama kali serangan tic muncul
  3. Onset gejala timbul sebelum usia 18 tahun
  4. Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis zat/obat (misalnya kokain) atau kondisi medis lain seperti penyakit Huntington dan ensefalitis postviral
  5. Belum pernah memenuhi kriteria diagnosis sindrom Tourette[2]

Tic Provisional (Transien)

Kriteria diagnosis tic provisional adalah:

  1. Tic motorik dan/atau vokal, baik tunggal ataupun multipel
  2. Tic ada dalam waktu <1 tahun sejak serangan pertama muncul
  3. Onset gejala timbul sebelum usia 18 tahun
  4. Gangguan ini bukan disebabkan oleh efek fisiologis zat/obat (misalnya kokain) atau kondisi medis lain seperti penyakit Huntington dan ensefalitis postviral
  5. Belum pernah memenuhi kriteria diagnosis sindrom Tourette atau tic kronis[2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi

1. Martino D, Mink JW. Tic disorders. Continuum (Minneap Minn). 2013 Oct;19(5 Movement Disorders):1287-311. doi: 10.1212/01.CON.0000436157.31662.af
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2013. https://doi.org/10.1176/appi.books.9780890425596
3. Park TW, Park J. Tic & Tourette Syndrome and Motor Disorders. Hanyang Med Rev. 2016;36:46. https://pc.e-hmr.org/Synapse/Data/PDFData/0130HMR/hmr-36-46.pdf
4. Cath DC, Hedderly T, Ludolph AG, et al; ESSTS Guidelines Group. European clinical guidelines for Tourette syndrome and other tic disorders. Part I: assessment. Eur Child Adolesc Psychiatry. 2011 Apr;20(4):155-71. doi: 10.1007/s00787-011-0164-6. Erratum in: Eur Child Adolesc Psychiatry. 2011 Jul;20(7):377.
6. Metzger H, Wanderer S, Roessner V. Tic Disorders. IACAPAP e-Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Geneva: IACAPAP; 2012. page 14. https://iacapap.org/content/uploads/H.2-TICS-2012.1.pdf
9. Tagwerker Gloor F, Walitza S. Tic Disorders and Tourette Syndrome: Current Concepts of Etiology and Treatment in Children and Adolescents. Neuropediatrics. 2016 Apr;47(2):84-96. doi: 10.1055/s-0035-1570492
10. Brasic JR. What is the role of the Abnormal Involuntary Movement Scale (AIMS) in the evaluation of tardive dyskinesia (TD)?. Medscape. 2018. https://www.medscape.com/answers/1151826-4275/what-is-the-role-of-the-abnormal-involuntary-movement-scale-aims-in-the-evaluation-of-tardive-dyskinesia-td
11. WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Geneva: World Health Organization; 2007.

Epidemiologi Gangguan Tic
Penatalaksanaan Gangguan Tic
Diskusi Terkait
dr.Anindita Farah Yuwana
Dibalas 29 Desember 2024, 08:12
Pasien anak sering mengedipkan mata setelah minum obat
Oleh: dr.Anindita Farah Yuwana
2 Balasan
Alo dokter. Izin berdiskusi Saya dokter internship di Puskesmas. Saya memiliki pasien anak perempuan 6 tahun dengan keluhan sering mengedipkan mata selama 2...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 13 Januari 2022, 07:51
Kedutan mata yang menjadi indikasi terapi botox - Saraf Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
4 Balasan
Alo dr. Ade SpS.. Apakah indikasi utama terapi botox pada kedutan mata (tic)? Apakah boleh dilakukan pada lansia 70th? terimakasih
Anonymous
Dibalas 12 November 2020, 15:53
Penanganan bagaimana yang tepat untuk menangani kedutan yang terjadi secara terus menerus
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Untuk pasien yang mengalami kedutan 3 hari berturut-turut, bagaimana penatalaksanaan yang sesuai?Terima kasih

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.