Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Gangguan Tic general_alomedika 2022-03-02T07:56:08+07:00 2022-03-02T07:56:08+07:00
Gangguan Tic
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gangguan Tic

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Penatalaksanaan gangguan tic menggunakan kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi. Meskipun demikian, pada sebagian besar kasus hanya dilakukan pemantauan timbulnya distress atau gangguan fungsi. Indikasi terapi pada gangguan tic adalah apabila timbul nyeri atau ketidaknyamanan, gangguan dalam interaksi sosial, dan gangguan di sekolah atau pekerjaan. [1] Beberapa penelitian mencoba menggunakan intervensi fisik seperti transcranial stimulation (TMS) dan deep brain stimulation (TMS), namun belum terbukti efektif untuk penanganan gangguan tic.[12]

Psikoterapi

Terapi lini pertama untuk gangguan tic derajat ringan sampai sedang adalah dengan psikoterapi. Obat hanya dipertimbangkan bila gejala sangat mengganggu atau bila pasien tidak respon dengan psikoterapi. Tujuan dari cognitive behavioral therapy (CBT) bukan untuk menghilangkan tic, tapi untuk meredakan ketidaknyamanan atau perasaan malu akibat tic, dan supaya pasien bisa mencapai derajat fungsi yang optimal.[9]

Bentuk psikoterapi yang direkomendasikan pada gangguan tic adalah exposure response prevention (ERP), habit-reversal therapy or training (HRT), dan comprehensive behavioral intervention for tics (CBIT).

Comprehensive Behavioral Intervention For Tics (CBIT)

CBIT adalah psikoterapi lini pertama untuk gangguan tic. Komponen dari CBIT mencakup latihan kewaspadaan, latihan respon kompetitif terhadap tic, latihan relaksasi, manajemen kontingensi, dukungan sosial, dan pencegahan relaps.[1,3]

Habit-Reversal Therapy Or Training (HRT)

HRT juga merupakan salah satu terapi yang direkomendasikan untuk gangguan tic. [13] Pada terapi ini, pasien dan orang tua dilatih untuk mengenali tanda-tanda akan munculnya serangan tic dan berlatih untuk melakukan gerakan, vokalisasi, dan kegiatan yang berlawanan dengan tic atau yang akan mengganggu timbulnya. [6] Misalnya, pasien dengan tic berupa menggerakkan tangan, diminta untuk bersedekap dengan kedua tangannya jika merasa tic akan timbul, dan melatih hal ini berulang-ulang.

Exposure Response Prevention (ERP)

ERP mirip dengan HRT, namun ditujukan untuk respon tic yang kompleks. Pasien diminta mengenali tanda-tanda akan munculnya tic dan melawanya dalam waktu yang lama (exposure). Kemudian pasien diminta untuk sekuat mungkin menahan semua respons yang biasanya terjadi (response prevention).[3,6]

Medikamentosa

Sebelum memulai farmakoterapi, sebaiknya dilakukan pemeriksaan fisik, neurologi, dan skrining laboratorium. Obat sebaiknya dimulai dari dosis paling kecil dan dilakukan titrasi secara bertahap.

Farmakoterapi lini pertama untuk gangguan tic ringan sampai sedang, khususnya sindrom Tourette, terutama dengan komorbid gangguan pemusatan perhatian  atau attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah agonis alfa adrenergik yaitu clonidine. Dosis yang digunakan dimulai dari 0,025 mg dan dilakukan titrasi lambat sampai tercapai dosis optimal. Dosis yang digunakan sebaiknya sekecil mungkin untuk meminimalkan efek hipotensi. Efek samping yang sering ditemukan adalah sedasi, nyeri kepala, sakit perut, bibir kering, terjaga sewaktu tidur, dan iritabilitas. Agonis alfa adrenergik lain yang direkomendasikan untuk menangani gangguan tic adalah guanfacine.[14]

Modalitas farmakoterapi lain adalah obat neuroleptik atau antipsikotik. Antipsikotik yang direkomendasikan untuk tic sedang sampai berat adalah antipsikotik atipikal. Risperidone dilaporkan efektif dalam mengatasi gangguan tic pada dosis 1-3 mg. Efek samping yang sering ditemukan adalah peningkatan nafsu makan, penambahan berat badan, gangguan metabolisme lipid dan glukosa, dan sedasi. Pimozide, ziprasidone, olanzapine, dan aripiprazole juga dilaporkan efektif digunakan untuk menangani gangguan tic. Aripiprazole khususnya, dilaporkan efektif untuk menangani sindrom Tourette.[1,14]

Penggunaan antipsikotik untuk menangani gangguan tic, khususnya pada anak-anak, mempunyai tingkat rekomendasi rendah. Tata laksana farmakoterapi yang mempunyai rekomendasi tinggi adalah clonidine dan guanfacine.[14]

Referensi

1. Martino D, Mink JW. Tic disorders. Continuum (Minneap Minn). 2013 Oct;19(5 Movement Disorders):1287-311. doi: 10.1212/01.CON.0000436157.31662.af. PMID: 24092291.
3. Park TW, Park J. Tic & Tourette Syndrome and Motor Disorders. Hanyang Med Rev 2016;36:46. https://pc.e-hmr.org/Synapse/Data/PDFData/0130HMR/hmr-36-46.pdf
6. Metzger H, Wanderer S, Roessner V. Tic Disorders. IACAPAP e-Textbook of Child and Adolescent Mental Health. Geneva: IACAPAP; 2012. page 14. https://iacapap.org/content/uploads/H.2-TICS-2012.1.pdf
9. Tagwerker Gloor F, Walitza S. Tic Disorders and Tourette Syndrome: Current Concepts of Etiology and Treatment in Children and Adolescents. Neuropediatrics. 2016 Apr;47(2):84-96. doi: 10.1055/s-0035-1570492. Epub 2016 Feb 1. PMID: 26829367.
12. Shprecher D, Kurlan R. The management of tics. Mov Disord. 2009 Jan 15;24(1):15-24. doi: 10.1002/mds.22378. PMID: 19170198; PMCID: PMC2701289.
14. Pringsheim T, Doja A, Gorman D, McKinlay D, Day L, Billinghurst L, Carroll A, Dion Y, Luscombe S, Steeves T, Sandor P. Canadian guidelines for the evidence-based treatment of tic disorders: pharmacotherapy. Can J Psychiatry. 2012 Mar;57(3):133-43. doi: 10.1177/070674371205700302. PMID: 22397999.

Diagnosis Gangguan Tic
Prognosis Gangguan Tic
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
12 Januari 2022
Kedutan mata yang menjadi indikasi terapi botox - Saraf Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
4 Balasan
Alo dr. Ade SpS.. Apakah indikasi utama terapi botox pada kedutan mata (tic)? Apakah boleh dilakukan pada lansia 70th? terimakasih
Anonymous
12 November 2020
Penanganan bagaimana yang tepat untuk menangani kedutan yang terjadi secara terus menerus
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dok.Untuk pasien yang mengalami kedutan 3 hari berturut-turut, bagaimana penatalaksanaan yang sesuai?Terima kasih

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.