Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Salmonellosis monika-natalia 2024-03-18T09:48:16+07:00 2024-03-18T09:48:16+07:00
Salmonellosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Salmonellosis

Oleh :
dr.Kezia Eirene Simanjuntak
Share To Social Media:

Diagnosis salmonellosis perlu dicurigai pada pasien yang mengeluhkan diare, demam, dan kram perut, disertai riwayat paparan terhadap makanan atau minuman yang diduga terkontaminasi bakteri Salmonella sp. Gejala biasanya mulai 6 jam sampai 6 hari setelah infeksi dan berlangsung 4-7 hari. Diagnosis salmonellosis dikonfirmasi berdasarkan bukti infeksi bakteri Salmonella pada pemeriksaan kultur feses.[1,2]

Anamnesis

Salmonellosis umumnya menimbulkan gejala gastroenteritis akut. Gejala yang sering timbul meliputi diare, nyeri abdomen, dan demam, dengan diare sebagai keluhan yang paling sering disampaikan oleh pasien. Gejala-gejala tersebut umumnya muncul dalam 6-72 jam setelah terinfeksi, dan dapat bertahan hingga 5-7 hari pada pasien imunokompeten.[2]

Kemudian, penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease) apabila terjadi pada kelompok pasien imunokompeten. Sementara itu, pada populasi risiko tinggi, gejala dapat bertahan hingga beberapa minggu. Populasi risiko tinggi antara lain anak balita, lansia, dan pasien imunokompromais.[5]

Pada beberapa populasi dengan risiko tinggi, dapat terjadi infeksi invasif. Pada kelompok ini, gejala yang muncul sangat bervariasi sesuai dengan organ yang terkena. Salmonellosis invasif dapat menyebabkan bakteremia, osteomyelitis, dan meningitis. Pasien bisa datang dengan kejang demam non-spesifik dan infeksi saluran pernapasan bawah. Pada kasus infeksi invasif, gejala dapat menetap hingga 7-21 hari.[9,10]

Pemeriksaan Fisik

Pada kasus salmonellosis, tidak didapatkan temuan yang spesifik dalam pemeriksaan fisik. Pada sebagian besar kasus salmonellosis non-invasif, temuan yang didapatkan sama seperti kasus gastroenteritis akut kebanyakan, yakni demam, nyeri abdomen, dan peningkatan peristaltik usus. Di sisi lain, pada kasus salmonellosis invasif, temuan pemeriksaan fisik bervariasi sesuai organ yang terlibat, misalnya tanda rangsang meningeal akibat meningitis.[6]

Diagnosis Banding

Beberapa diagnosis banding dari salmonellosis meliputi infeksi Campylobacter jejuni, shigellosis, dan infeksi Escherichia coli.

Infeksi Campylobacter jejuni

Infeksi Campylobacter jejuni ditandai oleh adanya gejala prodromal berupa demam, nyeri kepala, dan mialgia, yang kemudian diikuti oleh nyeri abdomen akut terutama pada kuadran kanan atas. Ditemukannya spesimen Campylobacter jejuni pada kultur feses menjadi pembeda antara infeksi ini dengan salmonellosis.[10,15]

Shigellosis

Shigellosis ditandai oleh adanya acute bloody diarrhea disertai demam, nyeri abdomen, dan tenesmus. Selain adanya bloody diarrhea, secara klinis, pasien shigellosis akan tampak sakit berat apabila dibandingkan dengan salmonellosis. Hal inilah yang membuat shigellosis disebut sebagai “lying down diarrhea”.[11]

Infeksi Escherichia coli

Infeksi Escherichia coli ditandai oleh adanya demam, nyeri abdomen, dan bloody diarrhea. Infeksi ini dibedakan dengan salmonellosis melalui hasil pemeriksaan klinis, yaitu adanya bloody diarrhea dan tidak ditemukannya Salmonella sp pada pemeriksaan feses.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Secara umum, penegakan diagnosis Salmonellosis dapat dilakukan secara klinis. Hanya saja, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk mengonfirmasi etiologi penyakit.

Kultur feses dapat dilakukan untuk memastikan adanya kuman Salmonella sp. Kultur dilakukan pada media SS agar, bismuth sulfite agar, Hektoen Enteric medium (HE), Brilliant Green agar, dan Xylose-Lysine-Deoxycholate (XLD) agar.

Selain itu, salmonellosis juga dapat dikonfirmasi melalui uji biokimiawi, seperti sugar fermentation test, decarboxylation and dehydrogenation reactions, dan hydrogen sulphide production. Di sisi lain, uji serologi hanya dilakukan pada kondisi outbreak.[1,2]

Referensi

1. CDC. Information for Healthcare Professionals and Laboratories. 2022. https://www.cdc.gov/salmonella/general/technical.html
2. Pandey, M, Goud, ESK. Non-Typhoidal Salmonellosis: A Major Concern for Poultry Industry. In A. Lamas, P. Regal, & C. M. Franco (Eds.), Salmonella spp. - A Global Challenge. IntechOpen. 2021. https://doi.org/10.5772/intechopen.96400
5. Kurtz JR, Goggins JA, McLachlan JB. Salmonella infection: Interplay between the bacteria and host immune system. Immunol Lett. 2017 Oct;190:42-50. doi: 10.1016/j.imlet.2017.07.006. Epub 2017 Jul 15. PMID: 28720334; PMCID: PMC5918639.
6. Klochko A. Salmonella Infection (Salmonellosis). Medscape. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/228174
10. Feasey NA, Dougan G, Kingsley RA, Heyderman RS, Gordon MA. Invasive non-typhoidal salmonella disease: an emerging and neglected tropical disease in Africa. Lancet. 2012 Jun 30;379(9835):2489-2499. doi: 10.1016/S0140-6736(11)61752-2. Epub 2012 May 14. PMID: 22587967; PMCID: PMC3402672.
11. Ashraf HR. Shigellosis. Medscape. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/182767
15. Fischer GH, Paterek E. Campylobacter. [Updated 2022 Aug 8]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537033/

Epidemiologi Salmonellosis
Penatalaksanaan Salmonellosis

Artikel Terkait

  • Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
    Membedakan Infeksi Bakteri dan Virus dengan Tes Host Protein Assay
  • Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
    Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
  • Manfaat dan Keamanan Vaksin Tifoid
    Manfaat dan Keamanan Vaksin Tifoid
  • Video Alomedika - Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
    Video Alomedika - Akurasi Tes Widal dan Tubex untuk Diagnosis Tifoid
  • Tes Widal Sebagai Pemeriksaan Awal Demam Tifoid: Masihkan Bermanfaat?
    Tes Widal Sebagai Pemeriksaan Awal Demam Tifoid: Masihkan Bermanfaat?

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 29 April 2025, 00:57
Apa diet yang tepat untuk pasien tifoid dengan gejala konstipasi?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Untuk pasien demam tifoid dengan gejala konstipasi, diet seperti apa yang dianjurkan ya dok? Apakah tetap dianjurkan untuk diet...
Anonymous
Dibalas 07 November 2024, 15:36
Apakah penyakit typhoid fever selalu ada gejala gastrointestinal?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin konsul apakah pasien penderita tipes selalu ada gejala GI seperti diare atau konstipasi pada minggu pertama infeksi, atau bisa tanpa gejala...
dr.Harimurti Listianto
Dibalas 06 November 2024, 18:35
Metilprednisolon pada pasien dengan demam tifoid
Oleh: dr.Harimurti Listianto
4 Balasan
Halo dok, saya ada pasien dewasa, berobat di klinik pratama, dengan riwayat TF yg sudah diderita selama sekitar 2 mgg ini. Setelah terapi cefixime 200mg 2x1...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.