Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Melioidosis annisa-meidina 2025-08-26T09:52:04+07:00 2025-08-26T09:52:04+07:00
Melioidosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Melioidosis

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Patofisiologi melioidosis meliputi masuknya bakteri Burkholderia pseudomallei ke dalam tubuh, interaksi kompleks antara patogen dan respons imun host, dan proses infeksi dengan spektrum manifestasi klinis yang luas.[2,3]

Masuknya Patogen ke Dalam Tubuh

Melioidosis dapat terjadi pada manusia melalui 3 jalur utama, yaitu inokulasi subkutan melalui luka terbuka, inhalasi debu atau droplets yang mengandung bakteri, dan ingesti. Paparan melalui kontak langsung dengan tanah atau air yang terkontaminasi, terutama bila ada luka terbuka pada kulit, adalah rute yang paling sering dilaporkan. Hal ini biasanya terjadi saat aktivitas bercocok tanam, berjalan di genangan air, atau banjir. Transmisi antar manusia sangat jarang dilaporkan dan hanya terjadi pada kasus luar biasa.[1,2]

Interaksi dengan Respons Imun Host

Dalam tubuh manusia, Burkholderia pseudomallei memperlihatkan resistansi terhadap komponen imunitas bawaan (innate immunity) dan mampu bertahan hidup dalam lisosom neutrofil dan makrofag, meskipun interferon-γ dapat meningkatkan kemampuan makrofag. Hal ini menjelaskan terjadinya penyebaran dini secara hematogen.[2,5]

Aktivasi imunitas humoral terjadi pada semua tahap infeksi, termasuk pada infeksi subklinis, dengan keterlibatan isotipe imunoglobulin G/IgG (terutama subkelas IgG1 dan IgG2), IgA, dan IgM. Paparan berulang terhadap Burkholderia pseudomallei diketahui dapat menghasilkan titer antibodi yang tinggi, yang diduga memberikan perlindungan terhadap infeksi berat.[2,5]

Studi menunjukkan kadar IgG2 yang lebih tinggi pada penyintas bila dibandingkan dengan non-penyintas. Namun, antibodi tidak bersifat protektif absolut. Penurunan imunitas seluler seperti pada HIV tidak secara jelas meningkatkan risiko infeksi.[2,5]

Perjalanan Penyakit

Masa inkubasi melioidosis berkisar 1-21 hari (rerata 4 hari), kemudian berkembang menjadi 4 bentuk patofisiologi yang mencerminkan perjalanan infeksi dan respon host, yaitu tipe septikemia akut, tipe subakut, tipe kronis, dan tipe laten.[1-3]

Tipe Septikemia Akut

Septikemia akut terjadi beberapa hari setelah masa inkubasi dan bermanifestasi sebagai sepsis fulminan yang didapat dari komunitas (fulminant, community-acquired sepsis) yang dapat menyebabkan kematian dalam 24-48 jam.[1-3]

Pada tipe septikemia akut, patogen B. pseudomallei menyebar secara hematogen ke berbagai organ, termasuk paru, hati, limpa, ginjal, kulit, kelenjar getah bening, jaringan subkutan, tulang, dan otak. Patogen dapat memunculkan abses kecil multipel yang sering kali baru terdeteksi post-mortem, meskipun dapat pula dikenali secara in vivo bila pasien bertahan cukup lama. Manifestasi klinis yang mendominasi pada tipe ini meliputi ikterus, pneumonia, gastroenteritis, atau meningitis.[1-3]

Tipe Subakut

Tipe subakut memiliki masa inkubasi lebih panjang dan bervariasi, dengan perjalanan penyakit yang berlangsung selama beberapa minggu atau bulan. Pasien umumnya mengalami sepsis ringan yang disertai pembentukan abses multipel di paru, hati, limpa, otot psoas, tulang, otak, mata, dan jaringan lunak lain. Abses dapat berkembang menjadi abses kronis bila tidak diterapi secara adekuat.[1-3]

Tipe Kronis

Tipe kronis dapat muncul de novo atau sebagai kelanjutan dari bentuk subakut, baik secara langsung maupun sebagai rekurensi setelah terapi sebelumnya. Progresi penyakit berlangsung lambat hingga beberapa bulan atau tahun dengan karakteristik abses kronis yang menyerupai tuberkulosis, infeksi jamur, atau neoplasma.[1-3]

Tipe Laten

Tipe laten atau asimtomatik merupakan bentuk infeksi subklinis yang ditemukan secara insidental pada individu yang pernah tinggal di daerah endemik, bahkan setelah bertahun-tahun meninggalkan wilayah tersebut. Reaktivasi dapat terjadi bila mengalami penurunan imunitas, seperti setelah trauma, luka bakar, terapi kortikosteroid, kanker, diabetes, atau kondisi infeksi.[1-3]

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Melioidosis. 2024. https://www.cdc.gov/melioidosis/hcp/clinical-overview/index.html
2. Karunanayake P. Melioidosis: clinical aspects. Clin Med (Lond). 2022 Jan;22(1):6-8. doi: 10.7861/clinmed.2022-0014
3. Northern Territory Government. NT Melioidosis Guideline. 2024.

Pendahuluan Melioidosis
Etiologi Melioidosis
Diskusi Terbaru
dr.Elizabeth Anastasya
Dibalas 2 jam yang lalu
Satu Kali KLIK, Cara Mudah dapat Alomedika Point
Oleh: dr.Elizabeth Anastasya
2 Balasan
ALO Dokter.Mau tambah Alomedika Point dengan cara termudah? Cukup buka aplikasi Alomedika, lalu ikuti channel favoritmu hanya dengan satu klik – langsung...
Anonymous
Dibalas 02 November 2025, 20:50
Antibiotik untuk tifoid apakah boleh dengan cefadroxil?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
ALO Dokter, Selamat malam, izin tanya, pasien saya anak anak sudah tegak dx tifoid, namun karena keterbatasan antibiotik yang tersedia dan yg dicover bpjs di...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 31 Oktober 2025, 08:38
Stop Foto Resep! Gunakan myPatient untuk Kirim Resep Digital
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter.Dokter masih kirim resep dengan memfoto resep. Jangan ya, Dok! 🚨📝 Selain kurang profesional, cara tersebut tidak aman karena rawan hasil foto...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.