Edukasi dan Promosi Kesehatan Melioidosis
Edukasi dan promosi kesehatan tentang melioidosis terutama perlu disampaikan pada individu yang memiliki faktor risiko tinggi, misalnya mereka yang bepergian atau tinggal di area endemik, mereka yang sering berkontak dengan tanah, dan mereka yang sering bekerja di laboratorium.[1,4]
Edukasi Pasien
Edukasi pasien merupakan komponen esensial dalam tata laksana melioidosis. Pasien perlu diedukasi bahwa risiko kekambuhan tetap ada meskipun terapi telah selesai dan telah sembuh secara klinis. Kekambuhan dapat disebabkan oleh pajanan berulang dari sumber yang terkontaminasi, terutama di wilayah endemik.[1,4]
Pasien harus diedukasi untuk menghindari kontak langsung dengan tanah atau air yang berpotensi terkontaminasi (terutama jika memiliki luka terbuka), juga perlunya proteksi saat berkegiatan di area pertanian, konstruksi, atau genangan air.[1,4]
Pasien juga perlu ditekankan untuk menjalani seluruh fase pengobatan hingga tuntas, termasuk fase eradikasi jangka panjang, guna meminimalkan risiko kekambuhan dan memperbaiki prognosis jangka panjang.[1,4]
Edukasi mengenai pentingnya kontrol faktor risiko yang mendasari, seperti diabetes, penyakit ginjal kronis, atau penggunaan imunosupresan juga perlu diberikan. Dengan pemahaman yang baik mengenai karakteristik penyakit, risiko kekambuhan, dan kepatuhan minum obat, pasien diharapkan dapat berperan aktif dalam pencegahan kekambuhan dan menjaga prognosis jangka panjang yang lebih baik.[1,4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Pencegahan dan pengendalian melioidosis mencakup peningkatan kebersihan individu, kewaspadaan lingkungan, dan praktik keamanan yang baik di fasilitas kesehatan dan laboratorium. Upaya kebersihan individu antara lain mencuci tangan dengan sabun dan air bersih setelah aktivitas yang berkontak langsung dengan tanah, mencuci tubuh setelah terpapar air atau tanah yang terkontaminasi, membersihkan dan menutup luka dengan perban tahan air, menjaga kebersihan makanan, dan menghindari konsumsi air yang tidak terjamin kebersihannya.[1,4]
Di wilayah endemik, kontak dengan tanah atau air yang terkontaminasi merupakan faktor risiko utama. Oleh karena itu, individu dengan luka terbuka atau kondisi kronis seperti diabetes dan penyakit ginjal dianjurkan untuk menghindari kontak langsung dengan tanah dan genangan air. Mereka yang melakukan aktivitas atau pekerjaan yang berisiko tinggi, seperti aktivitas pertanian atau konstruksi, disarankan menggunakan pelindung diri seperti sepatu bot dan sarung tangan.[1,4]
Di fasilitas kesehatan, tenaga medis harus menerapkan kewaspadaan standar dan praktik kerja laboratorium yang baik, termasuk penggunaan alat pelindung diri.[1,4]
Post-Exposure Prophylaxis
Post-exposure prophylaxis (PEP) direkomendasikan pada individu dengan paparan risiko tinggi, seperti paparan pada luka terbuka, cedera tusuk, atau kontak langsung dengan jaringan, bahan, atau aerosol yang terkontaminasi B. pseudomallei. Pekerja laboratorium juga dianjurkan mendapatkan PEP. Selain itu, PEP juga dianjurkan bagi individu dengan faktor risiko signifikan, seperti diabetes yang tidak terkontrol, meskipun paparannya dianggap berisiko rendah.[1,4]
Regimen PEP yang diberikan yaitu trimethoprim-sulfamethoxazole oral selama 21 hari. Co-amoxiclav atau doxycycline dapat menjadi pilihan alternatif jika terdapat intoleransi atau resistansi terhadap trimethoprim-sulfamethoxazole. Pemberian PEP harus mempertimbangkan potensi manfaat terhadap risiko efek samping, terutama pada individu dengan paparan risiko rendah.[1,2]
Pemberian PEP merupakan profilaksis utama, karena saat ini belum ada vaksin untuk mencegah penyakit melioidosis.[1,4,6,9]