Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Malaria kirti 2022-11-21T16:54:39+07:00 2022-11-21T16:54:39+07:00
Malaria
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Malaria

Oleh :
dr.Saphira Evani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan malaria di Indonesia meliputi pengobatan yang radikal mengikuti kebijakan nasional pengendalian malaria di Indonesia. Pengobatan dengan artemisinin-based combination therapy (ACT) hanya boleh diberikan pada pasien dengan hasil pemeriksaan darah malaria positif. Pada kasus malaria berat, penatalaksanaan tidak boleh ditunda.[4,5]

Berobat Jalan

Pasien malaria nonfalciparum tanpa gejala berat dan dapat mengonsumsi obat oral dapat berobat jalan. Evaluasi pengobatan dilakukan pada hari ke-3, -7, -14, -21, dan -28 berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan darah mikroskopis. Edukasi pasien untuk segera memeriksakan diri jika ada pemburukan klinis tanpa menunggu jadwal tersebut.[4]

Pasien rawat inap dengan keadaan umum dan kesadaran baik, telah bebas demam 3 hari tanpa obat penurun demam dan pemeriksaan parasit negatif 3 kali berturut-turut dengan jarak waktu 12-24 jam, dapat dipulangkan dan berobat jalan.

Persiapan Rujukan

Setiap kasus malaria berat harus dirawat inap atau dirujuk ke fasilitas kesehatan dengan fasilitas yang memadai. Risiko kematian tertinggi pada malaria berat atau malaria serebral terjadi pada 24 jam pertama. Untuk itu, pasien dengan waktu rujukan >6 jam perlu diberikan antimalaria sebelum dirujuk.

Antimalaria yang dianjurkan adalah artesunate dan artemether intramuskular. Jika kedua obat tersebut tidak tersedia, kina intramuskular (paha) dapat diberikan. Artesunate rektal hanya direkomendasikan untuk anak berusia < 6 tahun (dosis 10 mg/kgBB) jika artesunate intravena atau intramuskular tidak tersedia. Di Indonesia, bila tidak tersedia artesunate, maka dapat diberikan dihidroartemisinin-piperakuin (DHP) sebanyak 1 kali (bila toleransi oral baik).[4,30]

Pasien yang gagal diterapi dengan antimalaria lini pertama memerlukan rujukan ke fasilitas kesehatan yang memiliki antimalaria lini kedua.[39]

Medikamentosa

Obat antimalaria tidak boleh diberikan sebelum malaria terkonfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Pemberian antimalaria bertujuan untuk membunuh semua stadium parasit di dalam tubuh, termasuk gametosit. Pada kasus infeksi Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, antimalaria yang dapat membunuh hipnozoit perlu diberikan untuk mencegah relaps. Jenis antimalaria perlu disesuaikan dengan daerah pasien terinfeksi, sebab adanya pola resistensi obat yang berbeda.[30,39,40]

Medikamentosa yang dianjurkan di Indonesia untuk kasus malaria tanpa komplikasi adalah DHP oral dengan atau tanpa primaquine (tergantung jenis malaria). chloroquine tidak lagi digunakan karena banyaknya kasus resistensi.[4,40]

DHP diberikan 1 kali sehari selama 3 hari. Dosis primaquine yang digunakan adalah 0,25 mg/kgBB/hari. Obat antimalaria dikonsumsi sehabis makan (tidak dalam keadaan perut kosong).[4]

Malaria Falciparum

Medikamentosa yang diberikan untuk malaria falciparum adalah DHP selama 3 hari + primaquine selama 1 hari dengan dosis sebagai berikut:

Tabel 2. Dosis DHP dan Primaquine untuk Malaria Falciparum

Obat Jumlah Tablet per Hari berdasarkan Berat Badan
  ≤5 kg >5-6 kg >6-10 kg >10-17 kg >17-30 kg >30-40 kg >40-60 kg >60-80 kg >80 kg
0–1 bulan 2–<6 bulan 6–12 bulan <5 tahun 5–9 tahun 10-14 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun

DHP

(Hari 1–3)

1/3 ½ ½ 1 1 ½ 2 3 4 5

primaquine

Hari 1

- - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1 1

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[4,40]

Dosis target DHP adalah dihidroartemisin dengan dosis 2,5–10 mg/kgBB/hari dan piperakuin 20–32 mg/kgBB/hari. Pada kasus malaria falciparum campuran dengan malaria vivax atau ovale, primaquine diberikan selama 14 hari. Pada kasus malaria falciparum campuran dengan malaria malariae, primaquine diberikan 1 hari.[4,39,40]

Berdasarkan CDC, terapi alternatif untuk Plasmodium falciparum atau spesies tidak teridentifikasi di area resisten chloroquine yang dapat digunakan adalah:

  • Antimalaria kombinasi dosis tetap (KDT) atovaquone-proguanil (Malarone)
  • KDT artemether-lumefantrine (Coartem)
  • Kina + doxycycline, tetracycline, atau clindamycin selama 7 hari (di Asia Tenggara), mefloquine (hanya jika tidak ada terapi lain yang tersedia). Pada pasien anak, kuinin sulfat dapat diberikan tunggal tanpa antibiotik selama 7 hari[30]

Medikamentosa lini kedua untuk malaria falciparum adalah kombinasi kina-doxycycline-primaquine atau kina-tetracycline-primaquine. Medikamentosa ini diberikan apabila lini pertama gagal disertai jumlah parasit stadium aseksual yang tidak berkurang atau timbul kembali.[40]

Tabel 3. Dosis Kina dan primaquine untuk Malaria Falciparum

Obat Jumlah Tablet Harian berdasarkan Berat Badan
≤5 kg >5-6 kg >6-10 kg >10-17 kg >17-30 kg >30-40 kg >40-60 kg >60-80 kg
0-1 bulan 2- <6 bulan 6-12 bulan <5 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun

Kina

(Hari 1–7)

sesuai berat badan 3x½ 3x½ 3x1 3x1½ 3x2 3x2½ 3x3

primaquine

(Hari 1)

- - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1

Keterangan:

Dosis kina adalah 3x10 mg/kgBB

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[40]

Tabel 4. Dosis Doxycycline

Hari Dosis Harian berdasarkan Berat Badan
  <19 kg >19–29 kg >29–44 kg >44–59 kg >59 kg
<8 tahun ≥8 tahun 10-14 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun
1–7 - 2x25 mg 2x50 mg 2x75 mg 2x100 mg

Keterangan:

Pasien ≥15 tahun: dosis doxycycline 3,5 mg/kgBB/hari, 2 kali sehari

Pasien 8–14 tahun: dosis doxycycline 2,2 mg/kgBB/hari, 2 kali sehari

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[40]

Tabel 5. Dosis Tetracycline

Hari Dosis Harian berdasarkan Usia
  <8 tahun 8–14 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun
1–7 - 4x125 mg 4x125 mg 4x250 mg 4x250 mg
Keterangan: dosis tetracycline 4 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[40]

Malaria Vivax

Medikamentosa yang diberikan untuk malaria vivax adalah DHP selama 3 hari + primaquine selama 14 hari dengan dosis sebagai berikut:

Tabel 6. Dosis DHP dan primaquine pada Malaria Vivax

Obat Jumlah tablet per hari berdasarkan berat badan
  ≤5 kg >5–6 kg >6–10 kg >10–17 kg >17–30 kg >30–40 kg >40–60 kg >60–80 kg >80 kg
  0–1 bulan 2– <6 bulan 6–12 bulan <5 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun ≥15 tahun

DHP

(Hari 1–3)

1/3 ½ ½ 1 1 ½ 2 3 4 5

primaquine

(Hari 1–14)

- - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1 1

Sumber: dr. Saphira Evani, 2020[40]

Pada kasus relaps malaria vivax, dosis primaquine dinaikkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari. primaquine perlu diberikan pada pasien relaps malaria vivax dengan defisiensi enzim G6PD dengan dosis mingguan 0,75 mg/kgBB selama 8–12 minggu.[4,40]

Sebuah studi menyatakan bahwa tafenokuin dosis tunggal dapat mencegah relaps malaria vivax karena memberikan tingkat kepatuhan yang lebih tinggi daripada primaquine yang harus dikonsumsi selama 14 hari.[41]

Medikamentosa lini kedua malaria vivax adalah kina (dosis dan durasi pemberian sama dengan malaria falciparum) + primaquine (14 hari).[40]

Bila berdasarkan rekomendasi CDC, pengobatan alternatif malaria vivax di daerah resisten chloroquine adalah kina ditambah dengan doxycycline atau tetracycline, KDT atovaquone-proguanil, atau mefloquine.[30]

Malaria Ovale

Medikamentosa untuk malaria ovale sama dengan malaria vivax.[4]

Malaria Malariae

Medikamentosa yang diberikan untuk malaria malariae adalah DHP selama 3 hari dengan dosis yang sama dengan malaria lainnya.[4]

Malaria Knowlesi

Medikamentosa malaria knowlesi sama dengan malaria falciparum.

Malaria pada Wanita Hamil

Malaria pada wanita hamil diobati hanya menggunakan DHP selama 3 hari. Medikamentosa berupa primaquine, tetracycline, dan doxycycline tidak boleh diberikan untuk wanita hamil.[4]

Di Amerika Serikat, terapi pilihan untuk malaria falciparum tanpa komplikasi pada kehamilan adalah artemether-lumefantrine (Coartem) atau bila tidak tersedia, alternatifnya adalah mefloquine atau kina + clindamycin. Pada kasus malaria vivax, obat yang dapat diberikan adalah artemether-lumefantrine (trimester kedua atau ketiga) atau mefloquine.[30,41]

Di Indonesia, terapi lini kedua trimester pertama dapat diberikan kombinasi kina (dosis dewasa) + clindamycin 10 mg/kgBB/kali diberikan 2 kali sehari. Dosis maksimal clindamycin adalah 300 mg/hari.[40]

Malaria Berat

Malaria serebral merupakan salah satu bentuk malaria berat yang disebabkan oleh kerusakan sawar otak akibat parasit Plasmodium.

Pilihan utama medikamentosa untuk malaria berat adalah artesunate intravena.

  • Dosis artesunate dewasa (termasuk wanita hamil) adalah 2,4 mg/kgBB secara intravena yang diberikan sebanyak 3 kali pada jam ke-0, -12, dan -24. Kemudian, pemberian dilanjutkan setiap 24 jam sekali hingga pasien mampu minum obat oral.
  • Dosis artesunate untuk anak dengan berat badan ≤20 kg adalah 3 mg/kgBB. Anak dengan berat badan >20 kg menggunakan dosis artesunate[4,40]

Artesunate intravena minimal diberikan 3 kali. Jika pasien sudah mampu minum obat oral maka dapat dilanjutkan dengan pemberian DHP + primaquine sesuai jenis plasmodiumnya. Artesunate intravena juga dapat diberikan pada pasien malaria tanpa komplikasi yang tidak bisa minum obat oral atau pada pasien yang mengalami pemburukan klinis dalam 3 hari setelah mengonsumsi antimalaria oral dengan tepat.[4,40]

Jika tidak tersedia artesunate intravena, alternatif medikamentosa lini pertama lainnya adalah artemether intramuskular dengan dosis 3,2 mg/kgBB diikuti dengan dosis 1,6 mg/kgBB pada hari berikutnya, sampai pasien bisa minum obat oral atau maksimal pemberian 5 hari.[43]

Medikamentosa lini kedua untuk malaria berat adalah kina HCl 25% dengan dosis pertama 20 mg/kgBB diencerkan dalam dextrose 5% atau NaCl 0,9%, diberikan selama 4 jam secara drip dengan kecepatan maksimal 5 mg/kgBB/jam. Kemudian, dilanjutkan dengan kina HCl 10 mg/kgBB drip selama 4 jam yang diulang setiap 8 jam hingga pasien sadar dan mampu minum obat oral.[40]

Untuk pasien anak-anak, dosis kina HCl 25% yang digunakan adalah 10 mg/kgBB (usia <2 bulan menggunakan dosis 6–8 mg/kgBB) diencerkan dengan dextrose 5% atau NaCl 0,9% sebanyak 5–10 cc/kgBB dan di-drip selama 4 jam, kemudian diulang setiap 8 jam hingga pasien sadar dan dapat minum obat oral.[40]

Evaluasi Pengobatan

Setelah pemberian antimalaria, evaluasi terhadap keadaan klinis dan status parasitemia pasien dengan pemeriksaan apusan darah tepi harus dilakukan. Pasien yang telah diberikan antimalaria diharapkan memberikan respons penurunan kepadatan parasit.[30]

Pasien rawat inap dievaluasi dengan pemeriksaan mikroskopis darah secara kuantitatif setiap hari hingga tidak ditemukan parasit pada sampel darah selama 3 hari berturut-turut. Evaluasi selanjutnya sama seperti pasien rawat jalan.[4]

Terapi Suportif

Terapi suportif yang dapat diberikan untuk pasien malaria adalah terapi cairan, transfusi darah, terapi simtomatik, koreksi kondisi asidosis dan hipoglikemia. WHO menyarankan agar pasien dewasa dengan malaria berat dirawat di ruang perawatan intensif.[39]

Terapi Cairan

Terapi cairan pada malaria berat harus dinilai secara individual. Orang dewasa dengan malaria berat rentan mengalami kelebihan cairan, sedangkan anak-anak cenderung dehidrasi. Untuk itu, diperlukan evaluasi tekanan vena jugularis, perfusi perifer, turgor kulit, capillary refill time, dan urine output.[39]

Transfusi Darah

Anemia berat umumnya terjadi pada anak. Untuk itu, transfusi darah direkomendasikan dilakukan pada pasien dengan kadar hemoglobin di bawah 5 gram/dL. Di daerah dengan endemisitas rendah, kadar hemoglobin <7 gram/dL merupakan indikasi untuk transfusi darah.[39]

Terapi Simtomatik

Antipiretik harus diberikan jika suhu tubuh >38,5oC. Antipiretik yang banyak digunakan adalah paracetamol  yang dapat diberikan setiap 4 jam. Penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid, seperti diklofenak dan asam mefenamat tidak lagi direkomendasikan karena meningkatkan risiko perdarahan gastrointestinal, gangguan ginjal, dan sindrom Reye.[39]

Antiemetik parenteral dapat diberikan untuk mengurangi mual dan muntah sampai toleransi oral pasien baik. Jika terjadi kejang, penatalaksanaan kejang dapat diberikan berdasarkan algoritma kejang pada dewasa atau anak.[39,40]

Penanganan Hipoglikemia

Penanganan hipoglikemia diberikan pada pasien malaria berat yang kesadarannya tidak membaik setelah pemberian artesunate intravena. Penanganan hipoglikemia dilakukan dengan bolus dextrose 40% sebanyak 50 cc intravena (diencerkan 1:1) dan dilanjutkan dengan dosis rumatan menggunakan dextrose 5–10%.

Pada pasien anak, bolus dextrose 10% diberikan dengan dosis 2 mL/kgBB. Pada pasien hipoglikemia yang asimtomatik, cairan rumatan berupa dextrose 5–10% dapat langsung diberikan. Glukosa darah perlu dievaluasi secara berkala.[4]

Asidosis

Asidosis pada malaria terjadi akibat beberapa faktor. Parasit malaria memproduksi Plasmodium laktat dehidrogenase yang menghasilkan asam laktat sehingga dapat menurunkan pH.

Kondisi distres pernapasan, kesadaran somnolen, edema otak berhubungan dengan pola pernapasan yang ireguler dan akan memperparah kondisi asidosis. Terapi suportif untuk menyeimbangkan kembali pH darah dapat menurunkan mortalitas.[15]

Referensi

4. Kemenkes RI. Buku saku tatalaksana kasus malaria. Jakarta: Kemenkes RI; 2020.
5. World Health Organization. Severe malaria. Tropical Medicine and International Health. 2014;19(1):7-131. https://www.who.int/malaria/publications/atoz/who-severe-malaria-tmih-supplement-2014.pdf
15. Milner DA. Malaria pathogenesis. Cold Spring Harb Perspect Med. 2018;8(1):a025569.
30. Centers for Disease Control and Prevention. Treatment of malaria (guidelines for clinicians). 2019. https://www.cdc.gov/Malaria/resources/pdf/clinicalguidance.pdf
39. World Health Organization. Guidelines for the treatment of malaria. 3rd Edition. Geneva: WHO; 2015. https://www.who.int/docs/default-source/documents/publications/gmp/guidelines-for-the-treatment-of-malaria-eng.pdf?sfvrsn=a0138b77_2
40. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. KMK RI Nomor HK.01.07/MENKES/556/2019 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Malaria.
41. Lacerda MVG, Llanos-Cuentas A, Krudsood S, et al. Single-Dose Tafenoquine to Prevent Relapse of Plasmodium vivax Malaria. New England Journal of Medicine, 2019. 380(3): 215–228. Doi :10.1056/nejmoa1710775

Diagnosis Malaria
Prognosis Malaria

Artikel Terkait

  • Profilaksis Malaria
    Profilaksis Malaria
  • Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
    Pencegahan Transmisi Malaria Falciparum dengan Primakuin
  • Pencegahan Malaria pada Kehamilan
    Pencegahan Malaria pada Kehamilan
  • Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
    Penatalaksanaan Malaria Pada Bayi Berat Kurang Dari 5 Kg
  • Efektivitas Kemoprofilaksis Malaria Musiman—Telaah Jurnal Alomedika
    Efektivitas Kemoprofilaksis Malaria Musiman—Telaah Jurnal Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Agung
05 Desember 2022
Hemoglobin tiba-tiba turun drastis pada pasien dengan diagnosis demam dengue
Oleh: dr. Agung
2 Balasan
Alo Dokter, izin konsul, saya dapat pasien hari jumat kemarin anak2 usia 14 tahun, BB 31 kg, dengan keluhan demam tinggi sudah 1 minggu sebelum datang,...
dr. Reinike Larasati Fajrin
09 Oktober 2022
Pasien dengan malaria dan batuk pilek apakah pengobatan bisa digabung dengan antibiotik
Oleh: dr. Reinike Larasati Fajrin
3 Balasan
Izin bertanya dok, jika ada pasien dengan malaria ditambah batuk pilek sudah 1 minggu dan sekret kehijauan, bisa kah pengobatan malaria ini kita gabung...
Anonymous
13 September 2022
Pasien malaria dan demam tifoid
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Tn. X/34 tahun/LS: pasien datang ke IGD tanggal 10/9/2022 dengan keluhan muntah sejak 1 hari yll didahului oleh nyeri perut dan ulu hati. Sebelumnya sejak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.