Penatalaksanaan Blefaritis
Penatalaksanaan blefaritis dapat dilakukan dengan cara konvensional dan juga dengan obat-obatan. Tujuan utama penatalaksanaan blefaritis adalah untuk: (1) mengurangi tanda dan gejala, (2) minimalisir kerusakan struktur, dan (3) mencegah penurunan visus.[3]
Layanan Kesehatan Primer
Blefaritis tanpa komplikasi harus dapat selesai ditangani pada fasilitas layanan kesehatan primer. Akan tetapi, perlu diperhatikan tanda bahaya untuk segera melakukan rujukan ke dokter spesialis mata, yaitu:
- Penurunan visus
- Nyeri hebat
- Keterlibatan orbita
- Rekuren dan persisten
- Tidak responsif terhadap terapi
- Kecurigaaan tumor dan keganasan
- Memerlukan diagnosis lanjutan [3]
Non Farmakologi
Terapi lini pertama bagi pasien blefaritis adalah menjaga kebersihan palpebra, yaitu dengan cara:
Kompres Hangat
Kompres hangat dapat dilakukan dengan kapas wajah atau kasa steril yang dicelupkan ke dalam air hangat bersih dan dapat dihangat ulang selama beberapa kali. Kompres dapat dilakukan sebanyak 1-2 kali sehari selama masing-masing 5-10 menit untuk melunakkan krusta dan kotoran-kotoran pada mata.
Masase Palpebra
Masase dapat membantu mengosongkan kelenjar Meibom dan memperbaiki sekresi. Masase harus dilakukan dengan hati-hati karena menggosok mata secara berlebih dan dapat menyebabkan iritasi mekanik pada mata. Masase dilakukan dengan kasa steril atau kapas wajah yang diberikan shampo bayi dalam gerakan sirkuler.
Cuci Palpebra
Palpebra dicuci untuk membersihkan serpihan kotoran pada bulu mata. Dapat dilakukan setelah kompres hangat. Bersihkan dengan kasa steril atau waslap bersih yang dicelupkan ke air hangat atau shampo bayi yang diencerkan. Bersihkan dengan gerakan horizontal sepanjang lipat mata dan bulu mata. Hindari kontak langsung dengan mata dan gosokan berlebih. Bilas mata dengan air bersih setelah selesai. [2,3]
Medikamentosa
Obat-obatan yang digunakan pada terapi blefaritis antara lain adalah:
Antibiotik Topikal
Pemberian antibiotik topikal dapat eradikasi bakteri pada bulu mata dan konjungtiva. Obat yang dapat digunakan adalah eritromisin, bacitracin, atau azitromisin 1%. Salep topikal dioleskan langsung ke lipat mata sepanjang kantus medialis sampai kantus lateralis. Dosis penggunaan sebanyak 1-2 kali sehari dengan dosis maksimal 4 kali dalam sehari. Lama terapi selama 2-8 minggu atau sampai gejala hilang. Beberapa pasien dengan blefaritis kronis dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Antibiotik topikal disarankan pada blefaritis anterior.
Antibiotik Oral
Antibiotik yang umum digunakan adalah golongan tetrasiklin (tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin) dan makrolid (azitromisin, eritromisin). Penggunaan antibiotik oral direkomendasikan pada pasien blefaritis posterior yang tidak dapat mengatasi gejala dengan terapi konvensional. Terapi dapat diberikan dimulai atau diberhentikan sesuai dengan respon, toleransi, dan kondisi masing-masing pasien.
Doksisiklin 100 mg diberikan dua kali sehari selama satu bulan dan dilanjutkan 100 mg sekali sehari selama beberapa bulan.
Minosiklin diberikan 1-2 kali sehari dengan dosis 50 mg. Minosiklin dapat digunakan pada blefaritis kronis, terutama pada pasien dengan rosacea. Terapi dapat diberikan selama 2-6 minggu dan dosis dikurangi setelah terdapat perbaikan klinis.
Tetrasiklin dapat diberikan 1000 mg dalam dosis terbagi. Dosis dikurangi menjadi 250-500 mg sehari setelah terlihat perbaikan klinis. Pengobatan umumnya berlangsung selama 2-6 minggu. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada pasien anak dibawah 10 tahun dan ibu hamil. Tetrasiklin dapat menyebabkan fotosensitifitas, gangguan gastrointestinal, dan mengganggu kerja warfarin dan kontraseptif oral.
Azitromisin dapat digunakan sebagai alternatif dari tetrasiklin, umumnya diberikan bersamaan dengan takrolimus topikal. Azithromycin oral diberikan 500 mg per hari selama 3 hari, diulang setiap 7 hari selama 3 kali pengobatan atau 1000 mg per minggu selama 3 minggu, diulang setiap 3-4 bulan. Penggunaan azitromisin harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada pasien yang memiliki resiko kardiovaskular dan aritmia.
Steroid Topikal
Steroid topikal dapat dilakukan untuk eksaserbasi akut blefaritis dalam jangka pendek. Kortikosteroid tetes ataupun salep dapat digunakan dalam dosis terendah yang efektif dengan durasi terapi sesingkatnya. Dosis kemudian dikurangi perlahan hingga dapat dihentikan dan dapat diberikan kembali bila terjadi eksaserbasi.
Obat-obat yang dapat digunakan adalah steroid spesifik seperti loteprednol etabonat atau kortikosteroid yang penetrasi okulernya terbatas seperti fluorometholone. Kombinasi steroid dan antibiotik, seperti tobramisin/deksametason atau tobramisin/lotaprednol juga dapat digunakan. Steroid tidak boleh dipergunakan untuk terapi jangka panjang karena dapat menyebabkan glaukoma, katarak, dan penipisan kornea. Pemberian kortikosteroid harus diberikan dibawah pengawasan dokter spesialis mata.
Siklosporin Topikal
Siklosporin 0.05% dapat digunakan pada blefaritis yang tidak membaik dengan obat-obatan lain. Siklosporin dapat digunakan selama 12 minggu. Pemberian siklosporin harus dilakukan oleh dokter spesialis mata.
Lubrikasi Topikal
Pemberian air mata buatan dapat bermanfaat bagi penderita blefaritis. Air mata buatan dapat digunakan 4-6 kali sehari. [2,3,9]
Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan apabila pasien mengalami komplikasi seperti kalazion, ektropion, entropion, dan kelainan kornea. Metode terapi thermal juga dapat dipertimbangkan.[4]
Terapi Multidisiplin
Blefaritis sering kali juga ditemukan pada penyakit-penyakit sistemik. Pasien dengan blefaritis juga sering kali memiliki faktor risiko penyakit kulit. Merujuk pasien ke dokter bidang spesialisasi terkait yang relevan juga dapat membantu pasien.[4]