Diagnosis Abses Tuboovarium
Diagnosis abses tuboovarium sering didahului penyakit radang panggul (PID) yang tidak ditata laksana secara adekuat. Pasien umumnya dalam usia reproduktif dan aktif secara seksual. Pemeriksaan penunjang diperlukan untuk mengonfirmasi diagnosis.
Anamnesis
Pada anamnesis abses tuboovarium, bisa ditemukan keluhan nyeri abdomen bawah, baik unilateral maupun bilateral, yang disertai demam. Pasien juga bisa mengeluhkan adanya duh vagina yang berbau, terkadang disertai perdarahan pervaginam.
Perlu dilakukan anamnesis terhadap faktor risiko aktivitas seksual, riwayat penyakit radang panggul (PID), serta faktor risiko immunocompromised seperti infeksi HIV dan diabetes. Walaupun jarang, pada kasus berat dapat terjadi sepsis.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis abses tuboovarium, bisa ditemukan duh mukopurulen dan nyeri goyang serviks yang menandakan adanya PID. Selain itu, juga dapat ditemukan adanya hipertermia, serta nyeri tekan adneksa unilateral maupun bilateral. Pada palpasi abdomen, bisa teraba massa adneksa.[2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding abses tuboovarium antara lain:
Batu ginjal atau urolithiasis: dapat dibedakan dengan abses tuboovarium dengan gejala saluran kemih, seperti nyeri saat berkemih yang disertai darah atau keluar kristal. USG akan memastikan diagnosis
Infeksi saluran kemih: gejala infeksi saluran kemih adalah nyeri dan peningkatan frekuensi berkemih yang dapat disertai demam atau nyeri ketok. Untuk membedakan dengan abses tuboovarium, dapat dilakukan USG
Appendicitis: akan terasa nyeri kuadran kanan bawah yang disertai gangguan gastrointestinal seperti gangguan buang air atau mual dan muntah. USG dapat memastikan adanya appendicitis
Kehamilan ektopik: jika kehamilan ektopik terjadi di tuba atau ovarium, gejala yang timbul akan sangat mirip dengan abses tuboovarium. Pada kehamilan ektopik akan ditemukan tanda dan gejala kehamilan, disertai hasil pregnancy test dan USG yang menunjukkan janin ekstrauterus[1]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan pencitraan akan mengonfirmasi adanya abses di tubovarium dan membantu menyingkirkan diagnosis banding seperti appendicitis dan kehamilan ektopik. Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan tanda inflamasi.
USG
Pada USG kasus abses tuboovarium, dapat ditemukan massa solid maupun kistik yang bersifat unilateral atau bilateral. Penemuan lain dapat berupa piosalping, yaitu gambaran salping yang memanjang, mengalami dilatasi, dan berisi cairan disertai septa inkomplit dengan dinding tebal. Tuba dengan gambaran septa inkomplit menunjukkan adanya inflamasi tuba atau abses.
Gambaran yang dikenal patognomonik untuk abses tuboovarium adalah cogwheel sign, yaitu gambaran penebalan lipatan endosalpingeal. Ovarium menunjukkan gambaran polikistik akibat edema dan selama perkembangan penyakit akan mengalami perlengketan dengan tuba.[2]
CT Scan
Pemeriksaan USG dapat dilanjutkan dengan CT scan jika hasil pemeriksaan inkonklusif. Adanya abses tuboovarium pada CT scan ditandai dengan massa berdinding tebal berisi cairan pada adneksa unilateral atau bilateral yang disertai septa. Perlengketan rektosigmoid dapat ditemukan akibat inflamasi ke bagian posterior adneksa.[2]
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematologi dapat menunjukkan leukositosis dan peningkatan laju endap darah. Selain itu, dapat pula ditemukan peningkatan C-reactive protein (CRP).
Pada kasus yang jarang, dapat terjadi sepsis dan mungkin diperlukan kultur darah atau kadar laktat serum. Jika dicurigai abses disebabkan oleh infeksi menular seksual, dapat dilakukan pemeriksaan serologi Neisseria gonorrhea dan Chlamydia trachomatis.[2]