Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Transient Ischemic Attack (TIA) general_alomedika 2023-01-09T20:08:42+07:00 2023-01-09T20:08:42+07:00
Transient Ischemic Attack (TIA)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Transient Ischemic Attack (TIA)

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan
Share To Social Media:

Penatalaksanaan TIA harus didasarkan pada stratifikasi risiko, misalnya menggunakan skor ABCD2. Bila skor ABCD2 adalah 3 atau lebih, pasien disarankan untuk dirawatinapkan sedangkan pada pasien dengan skor ABCD2 rawat inap diindikasikan berdasarkan pertimbangan klinis dokter. Rawat inap sebaiknya dilakukan dalam 24-48 jam dengan pertimbangan penatalaksanaan dilakukan selama 2 hari perawatan tersebut. [4-6]

Pertimbangan lain yang dapat dilakukan sebagai indikasi rawat inap pasien adalah dengan memperhatikan gejala klinis pasien. Pasien dengan TIA baru (kurang dari 1 minggu) diindikasikan dirawat bila ditemukan gejala yang bertahan lama (lebih dari 1 jam) atau gejala yang memberat, ditemukan tanda-tanda stenosis aorta, ditemukan sumber emboli kardiak yang memerlukan tata laksana dan pasien dengan kondisi hiperkoagulasi. [4,5-6]

Penatalaksanaan pasien dilakukan dengan terapi farmakologis yang sesuai. Pasien dengan TIA biasanya datang dengan hipertensi. Hipertensi pada pasien dengan iskemia ditatalaksana secara konservatif kecuali ditemukan indikasi terjadinya kegagalan organ.

Kontrol tekanan tidak boleh dilakukan secara agresif pada 24 jam pertama, kecuali bila tekanan darah lebih dari 200/120 mmHg atau rerata tekanan arteri lebih dari 130 mmHg. Namun, kontrol tekanan darah boleh dilakukan secara agresif pada pasien dengan infark miokard akut, krisis hipertensif atau ensefalopati, gagal ginjal, diseksi aorta, atau perdarahan retinal. Tidak terdapat pedoman klinis yang menunjukkan preferensi obat antihipertensi tertentu pasca TIA. [4,5-6]

Antiplatelet untuk Menurunkan Risiko Stroke pada Pasien TIA Risiko Tinggi

Penatalaksanaan TIA menurut American Stroke Association dan AHA dilakukan berdasarkan kecurigaan penyebab TIA. Pasien TIA risiko tinggi dengan skor ABCD2 >4 perlu diberikan pencegahan stroke berupa kombinasi aspirin dan clopidogrel. Dosis inisial yang diberikan adalah 75-300 mg aspirin dan 300 mg clopidogrel. Terapi kemudian dilanjutkan dengan aspirin 75 mg/hari, selama 21 hari, dan clopidogrel 75 mg/hari, selama 90 hari. Pada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi aspirin dan klopidogrel harus diperhatikan risiko terjadinya perdarahan. [5-6]

Antikoagulan pada Pasien TIA yang disebabkan oleh Atrial Fibrilasi

Pasien TIA yang disebabkan oleh emboli kardiak biasanya disebabkan oleh keadaan atrial fibrilasi. Pasien dengan atrial fibrilasi akan berisiko mengalami stroke trombosis sehingga perlu dilakukan pencegahan menggunakan antikoagulan. Perlu dipertimbangkan antara manfaat, risiko, dan harga sebelum menentukan antikoagulan yang diberikan, warfarin atau antikoagulan oral baru seperti dabigatran atau rivaroxaban.

Warfarin

Warfarin merupakan antikoagulan yang umum digunakan untuk pencegahan stroke pada atrial fibrilasi dengan dosis 2-10 mg/hari. Walau demikian, risiko perdarahan membuat pasien memerlukan pemantauan international normalized ratio (INR) setiap bulan dengan target INR 2.0-3.0.

Antikoagulan Oral Baru

Antikoagulan oral baru memiliki efektivitas yang lebih tinggi dalam mencegah stroke pada pasien atrial fibrilasi dengan risiko efek samping yang lebih rendah. Di Indonesia, terdapat tiga pilihan antikoagulan oral baru, yaitu dabigatran, rivaroxaban, dan apixaban. Di antara ketiganya, apixaban memiliki risiko efek samping paling rendah sedangkan rivaroxaban memiliki risiko efek samping tertinggi. Walau demikian, hanya dabigatran dan rivaroxaban yang ditanggung oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Selain itu, keduanya juga hanya terdapat di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat satu dan dua.

Pertimbangan Harga dalam Memilih Antikoagulan

Jika hanya melihat harga masing-masing obat, tentunya warfarin jauh lebih murah dibandingkan antikoagulan oral baru. Namun, penggunaan warfarin membutuhkan kontrol yang lebih sering yang berarti tambahan biaya pemeriksaan dokter, pemeriksaan laboratorium, serta waktu untuk pemeriksaan dan biaya transportasi ke rumah sakit. Hal ini perlu menjadi pertimbangan juga dalam menentukan pilihan obat untuk pasien. [2,5,6]

Kontrol Tekanan Darah, Kolesterol, dan Gula Darah

Setelah TIA tertangani, perlu dilakukan skrining dan penanganan terhadap faktor risiko stroke, yaitu hipertensi, diabetes, dan dislipidemia.

Kontrol Tekanan Darah

Pada pasien tanpa riwayat hipertensi sebelumnya, tekanan darah umumnya akan turun dengan sendirinya dalam 2 minggu pertama setelah TIA. Untuk itu, terapi antihipertensi dapat dipertimbangkan untuk ditunda sampai 2 minggu setelah kejadian TIA. Namun, modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, restriksi garam, peningkatan aktivitas fisik, serta penurunan konsumsi alkohol dan rokok sebaiknya tetap dilakukan tanpa penundaan.

Kontrol Kolesterol

Studi menunjukkan pemberian statin dapat menurunkan risiko stroke hingga 30-32%. Statin direkomendasikan pada pasien dengan kadar kolesterol LDL di atas 100 mg/dL. Target terapi setidaknya reduksi 50% atau kadar LDL di bawah 70 mg/dL.

Kontrol Gula Darah

Pasien diabetes yang baru terdiagnosis memiliki risiko stroke 2 kali lipat populasi normal. Pemberian antidiabetes oral dan modifikasi gaya hidup perlu dilakukan dengan target terapi HbA1C di bawah 7%. Terapi intensif dengan target HbA1C <6.5% lebih bermanfaat untuk menurunkan risiko komplikasi diabetes seperti stroke tetapi juga memiliki risiko hipoglikemia yang lebih tinggi. [5,6]

Referensi

2. Easton JD, Saver JL, Albers GW, Alberts MJ, Chaturvedi S, et al. Definition and Evaluation of Transient Ischemic Attack A Scientific Statement for Healthcare Professionals From the American Heart Association/American Stroke Association Stroke Council; Council on Cardiovascular Surgery and Anesthesia; Council on Cardiovascular Radiology and Intervention; Council on Cardiovascular Nursing; and the Interdisciplinary Council on Peripheral Vascular Disease. Stroke. 2009;40:2276-2293.
4. Nanda A. Transient Ischemic Attack. 2017. Dapat diakses pada: https://emedicine.medscape.com/article/1910519-overview#a1
5. Adams RJ, Albers G, Alberts MJ, Benavente O, Furie K, Goldstein LB, et al. Update to the AHA/ASA Recommendations for the Prevention of Stroke in Patients With Stroke and Transient Ischemic Attack. Stroke. 2008;39:1647-1652.
6. NICE Guideline. Transient ischemic attack. 2018. Dapat diakses pada: http://pathways.nice.org.uk/pathways/stroke

Diagnosis Transient Ischemic Att...
Prognosis Transient Ischemic Att...

Artikel Terkait

  • Durasi Aspirin dan Clopidogrel Pasca Stroke Iskemik atau Transient Ischemic Attack – Telaah Jurnal Alomedika
    Durasi Aspirin dan Clopidogrel Pasca Stroke Iskemik atau Transient Ischemic Attack – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
dr.Verita Dian Permatasari
09 Agustus 2019
bagaimana tatalaksana pasien TIA?
Oleh: dr.Verita Dian Permatasari
8 Balasan
Alo dokter saya mau bertanya, kemarin saya kedatangan pasien di igd dengan keluhan lemah tubuh sebelah kiri pada pukul 02.00 mulut mencong, keluhan khas...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.