Prognosis Myasthenia Gravis
Prognosis myasthenia gravis bergantung pada progresifitas penyakitnya. Komplikasi dapat berupa krisis myastenik ataupun krisis kolinergik. Komplikasi terkait kelemahan otot pernapasan, seperti pneumonia aspirasi dan gagal napas juga dapat terjadi dan merupakan salah satu penyebab mortalitas pada pasien MG.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien MG antara lain adalah:
Krisis Myastenik
Krisis myastenik adalah hasil perburukan penyakit yang bisa menyebabkan kematian karena gagal nafas dan quadriparesis dalam hitungan jam. Pneumonia aspirasi karena kelemahan otot orofaring adalah salah satu faktor berkontribusi. Penggunaan obat-obatan golongan sedatif juga dapat memperburuk kondisi pasien dalam krisis.
Krisis Kolinergik
Krisis kolinergik adalah bahaya yang disebabkan karena penggunaan obat antikolinesterasi dosis tinggi. Gejala khas stimulasi reseptor muskarinik oleh asetilkolin adalah mual, muntah, pucat, berkeringat, salivasi berlebihan, bronchorrhea, kolik, diare, miosis, dan bradikardia. [2,3,10,20]
Prognosis
Prognosis pasien dengan myasthenia gravis bervariasi bergantung perjalanan penyakitnya. Penyebaran imun secara cepat dari satu otot ke otot lainnya terjadi pada beberapa kasus, akan tetapi tidak sedikit juga pasien yang progresivitas penyakitnya tidak berubah selama bertahun-tahun.
Remisi penyakit bisa sewaktu-waktu terjadi dalam tahun pertama, tetapi serangannya tidak selama awal terkena penyakit. Relaps juga dapat muncul akibat infeksi sebagai faktor pencetusnya. Kematian biasanya paling tinggi insidensinya pada tahun pertama setelah onset dari awal myasthenia gravis. Periode kedua bahaya ada pada empat sampai tujuh tahun sesudah onset. Setelah waktu ini, penyakitnya cenderung untuk stabil dan risiko relaps menurun. Kematian paling sering diakibatkan oleh komplikasi paru berupa pneumonia aspirasi.[3,10]