Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronis general_alomedika 2022-12-27T07:21:41+07:00 2022-12-27T07:21:41+07:00
Penyakit Ginjal Kronis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronis

Oleh :
dr. Nathania S. Sutisna
Share To Social Media:

Konsep penatalaksanaan pada penyakit ginjal kronis adalah menunda atau menghentikan proses perburukan penyakit, diagnosis dan tata laksana manifestasi serta penyebab penyakit ginjal kronis, serta merencanakan terapi pengganti ginjal (hemodialisis) untuk jangka panjang.[1,2]

Menunda atau Menghentikan Proses Perburukan Penyakit

Aspek utama untuk menunda atau menghentikan proses perburukan penyakit adalah dengan melakukan kontrol tekanan darah sesuai usia. Menurut kidney disease: improving global outcomes (KDIGO), aturan kontrol tekanan darah untuk penyakit ginjal kronis adalah:

  • Bila ekskresi albumin urin < 30 mg/24 jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah > 140/90 mmHg, target tekanan darah dengan obat anti-hipertensi yaitu ≤ 140 mmHg pada sistolik dan ≤ 90 mmHg pada diastolik
  • Bila ekskresi albumin urin ≥ 30 mg/24 jam (atau ekuivalen) dengan tekanan darah > 130/80 mmHg, target tekanan darah dengan obat anti-hipertensi yaitu ≤ 130 mmHg pada sistolik dan ≤ 80 mmHg pada diastolik
  • Angiotensin Receptor Blocker (ARB) atau Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) direkomendasikan digunakan untuk pasien penyakit ginjal kronis dengan diabetes dan ekskresi albumin urin 30 – 300 mg/24 jam (atau ekuivalen)

  • ARB atau ACEI direkomendasikan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan atau tanpa diabetes dengan ekskresi albumin urin > 300 mg/24 jam (atau ekuivalen)
  • Pada pasien anak-anak dengan penyakit ginjal kronis, obat antihipertensi diberikan bila tekanan darah secara konsisten berada di atas persentil 90 sesuai usia, jenis kelamin dan tinggi badan dan disarankan untuk menggunakan ARB dan ACEI untuk mencapai persentil 50, kecuali timbul tanda dan gejala hipotensi
  • Perlu diperhatikan hipotensi postural pada pasien penyakit ginjal kronis dengan obat antihipertensi

Pasien juga harus dibatasi asupan proteinnya sebanyak < 0.8 gr/kg/hari pada LFG < 30 ml/min/1.73 m2. Pasien yang dibatasi asupan proteinnya harus mendapat pengawasan status nutrisi secara teratur untuk mencegah terjadinya malnutrisi. Pengaturan gizi pada pasien hendaknya berkonsultasi dengan ahli gizi atau dokter spesialis gizi.[18,19]

Dokter juga harus melakukan kontrol gula darah dengan target HbA1c 7.0%, kecuali bila timbul hipoglikemia saat menurunkan gula darah, serta membatasi asupan garam <2 gram per hari. Pasien juga harus dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sekitar 30 menit selama 5x seminggu untuk mencapai berat badan ideal, kecuali pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, dan berhenti merokok.

Diagnosis dan Tata Laksana Manifestasi serta Penyebab Penyakit Ginjal Kronis

Dokter menentukan dan menangani penyebab penyakit ginjal kronis, misalnya batu ginjal, untuk mencegah perburukan penyakit ginjal kronis pasien. Pada penyebab yang tidak jelas, biopsi ginjal dapat dipertimbangkan. Pada penyakit ginjal kronis dengan diabetes, metformin lebih disarankan dibandingkan sulfonilurea.

Selain itu, dokter juga harus menangani manifestasi yang disebabkan oleh penyakit ginjal kronis, yaitu anemia, gangguan mineral tulang, edema/asites, asidosis metabolik, manifestasi uremia, komplikasi kardiovaskular, serta pada anak-anak dapat terjadi gangguan pertumbuhan.

Anemia

Pengecekan Hb pada penyakit ginjal kronis tidak perlu dilakukan secara rutin pada pasien dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) ≥ 60 mL/min/1.73 m2. Pada pasien dengan LFG 30 – 59 mL/min/1.73 m2, pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali/tahun, dan pada LFG <30 mL/min/1.73 m2, pemeriksaan dilakukan minimal 2 kali/tahun.

Pemberian eritropoietin disarankan dimulai bila Hb < 10 mg/dL dengan target Hb 10 – 12 mg/dL. Sebelum memulai terapi, sebaiknya dilakukan studi kadar besi di dalam darah. Target saturasi besi adalah 30 – 50% dan feritin 200 – 500 ng/mL.

Gangguan Mineral Tulang

Pengukuran kadar kalsium, fosfat, hormon paratiroid dan alkalin fosfatase dilakukan setidaknya satu kali pada pasien dengan LFG < 45 mL/min/1.73 m2. Bila diperlukan pemberian vitamin D, pemeriksaan ulang dilakukan setidaknya 3 bulan sekali. Bone mineral density tidak disarankan dilakukan pada pasien dengan LFG < 45 mL/min/1.73 m2.

Rekomendasi pemberian vitamin D diberikan hingga kadar kalsium di atas 10.2 mg/dL. Bila kadar fosfat di atas 4.6 mg/dL, berikan pengikat fosfat, seperti kalsium asetat, sevelamer karbonat, atau lanthanum karbonat. Bila tetap tinggi setelah pemberian pengikat fosfat, hentkan terapi vitamin D.[20,21]

Kelebihan Cairan

Kelebihan cairan pada pasien yang terlihat dari adanya edema atau asites dapat ditatalaksana dengan loop diuretik atau ultrafiltrasi.

Asidosis Metabolik

Untuk penanganan asidosis metabolik, berikan suplemen bikarbonat per oral pada konsentrasi bikarbonat serum < 22 mmol/L hingga mencapai nilai normal, kecuali dikontraindikasikan.

Manifestasi Uremik

Pada manifestasi uremik yang berat, misalnya perikarditis, pertimbangkan untuk terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis.

Komplikasi Kardiovaskular

Semua pasien penyakit ginjal kronis disarankan dipertimbangkan berada dalam risiko tinggi penyakit kardiovaskular. Terapi kejadian kardiovaskular pasien penyakit ginjal kronis disamakan dengan pasien yang tidak menderita penyakit ginjal kronis, tetapi pada pasien dengan gagal jantung, sebaiknya lakukan pengawasan laju filtrasi glomerulus dan kadar kalium darah.

Gangguan Pertumbuhan pada Anak-anak

Pada pasien anak dengan penyakit ginjal kronis yang mengalami gangguan pertumbuhan, pertimbangkan untuk memberikan terapi hormon.

Persiapan Rujukan ke Spesialis

Penyakit ginjal kronis yang ditangani oleh dokter umum harus dirujuk ke spesialis bila ditemukan salah satu kondisi berikut:

  • Gagal ginjal akut atau penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) secara drastis
  • LFG < 30 mL/menit/1.73 m2
  • Ditemukan albuminuria terus menerus (albumin to creatinine ratio / ACR ≥ 30 mg/g [≥ 30 mg/mmol] atau albumin excretion rate / AER ≥ 300 mg/24 jam)

  • Perburukan kondisi
  • Terdapat tanda perdarahan dari saluran kemih (sel darah merah > 20 pada lapang pandang besar, dengan penyebab lain telah disingkirkan)
  • Penyakit ginjal kronis dan hipertensi yang tidak membaik dengan 4 atau lebih obat-obatan antihipertensi
  • Kelainan kalium darah yang terus menerus
  • Batu saluran kemih yang berulang atau besar
  • Gangguan ginjal bawaan[1]

Kategori dan Rentang Laju Filtrasi Glomerulus Kategori dan Rentang Albuminuria Persisten
A1 A2 A3
Normal – kenaikan ringan Kenaikan sedang Kenaikan berat

< 30 mg/g atau< 3 mg/mmol

30 – 300 mg/g atau 3 – 30 mg/mmol > 300 mg/g atau > 39 mg/mmol
G1 Normal atau tinggi > 90 Pengawasan Rujuk*
G2 Turun ringan 60 – 89 Pengawasan Rujuk*
G3a Turun ringan – sedang 45 – 59 Pengawasan Pengawasan Rujuk
G3b Turun sedang – berat 30 – 44 Pengawasan Pengawasan Rujuk
G4 Turun berat 15 – 29 Rujuk* Rujuk* Rujuk
G5 Gagal ginjal < 15 Rujuk Rujuk Rujuk

*dokter yang merujuk dapat berdiskusi terlebih dahulu dengan ahli nefrologi

Tabel 4. Alat pembantu pembuat keputusan rujukan berdasarkan LFG dan albuminuria.

Indikasi Memulai Terapi Pengganti Ginjal (Renal Replacement Therapy)

Indikasi memulai cuci darah (hemodialisis) bila terdapat satu atau lebih hal berikut:

  • Tanda dan gejala dari gagal ginjal seperti serositis, pruritus, gangguan asam-basa dan elektrolit darah
  • Status volume dan tekanan darah yang tidak terkontrol
  • Perburukan status nutrisi yang tidak membaik dengan intervensi diet
  • Gangguan kognitif[1]

Terapi cuci darah perlu dilakukan pengkajian dan pertimbangan keuntungan dan risiko yang terjadi, terutama pada pasien usia tua dan memiliki penyakit ginjal kronis kategori 5 (kategori paling berat, atau end-stage renal disease / ESRD) dengan berbagai komorbid. Pada pasien-pasien ini, hemodialisis justru berisiko mengurangi kualitas hidup dan status fungsional. Dalam beberapa studi yang melibatkan lebih dari 5200 pasien dalam terapi cuci darah, ditemukan 58% pasien mengalami nyeri kronik dan 49% pasien mengeluhkan nyeri yang bersifat sedang sampai berat [20,21]. Berikan suplementasi oral pada pasien yang menjalani hemodialisis untuk mencegah malnutrisi kurang energi protein (KEP).

Transplantasi ginjal dipertimbangkan bila laju filtrasi glomerulus < 20 ml/menit/1.73 m2 atau terjadi perburukan dari kondisi yang telah terbukti adanya penyakit ginjal kronis lebih dari 6 – 12 bulan.[1,2]

Perawatan Paliatif

Pada pasien penyakit ginjal kronis yang tidak memilih untuk dilakukan hemodialisis atau transplantasi, diperlukan terapi komprehensif, meliputi tata laksana simtomatik dan manajemen nyeri, perawatan psikologis, spiritual dan kultural untuk pasien dan keluarganya. Pada pasien yang menerima terapi penggantian ginjal juga disarankan untuk mendapatkan pelayanan menjelang kematian (end-of-life care). Perawatan paliatif ini diperlukan terutama karena pada pasien geriatri karena gejala nyeri, dispnea, insomnia, cemas dan depresi sering terjadi[22,23].

Referensi

1. KDIGO. KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of Chronic Kidney Disease. Kidney International Supplements, 2013; 3(1)

2. Emedicine. Chronic Kidney Disease. Updated: . Cited: 30-October 2017. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/238798-overview

18. National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcomes Initiative. Chronic kidney disease: evaluation, classification and stratifiction. Available at: http://www2.kidney.org/professionals/KDOQI/guidelines_ckd/toc.htm

19. National Kidney Foundation’s Kidney Disease Outcomes Initiative. KDOQI Clinical Practice Guidelines for Bone Metabolism and Disease in Chronic Kidney Disease. Available at: http://www2.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_bone/guide7.htm

20. Combs SA, Davison SN. Palliative and end-of-life care issues in chronic kidney disease. Curr Opin Support Palliat Care, 2015; 9(1):14-19

21. Davison SN, Koncicki H, Brennan F. Pain in chronic kidney disease: a scoping review. Seminars in dialysis, 2014; 27(2):188 – 204

Diagnosis Penyakit Ginjal Kronis
Prognosis Penyakit Ginjal Kronis

Artikel Terkait

  • Risiko Kesehatan pada Donor Ginjal Hidup
    Risiko Kesehatan pada Donor Ginjal Hidup
  • Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Risiko Perdarahan pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
    Metformin vs Sulfonilurea pada DM Tipe 2 dengan Penyakit Ginjal Kronis
  • Penurunan Berat Badan sebagai Prediktor Mortalitas pada Penyakit Ginjal Kronis
    Penurunan Berat Badan sebagai Prediktor Mortalitas pada Penyakit Ginjal Kronis
  • Pemilihan Formula Tinggi Kalori untuk Bayi dengan Penyakit Kronis yang Dirawat di Rumah Sakit
    Pemilihan Formula Tinggi Kalori untuk Bayi dengan Penyakit Kronis yang Dirawat di Rumah Sakit

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
22 November 2022
Pemberian ketosteril pada pasien PGK - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, ijin tanya, apakah ada manfaatnya untuk memberikan ketosteril pada pasien PGK? Mohon penjelasannya... Terima kasih banyak Dok
Anonymous
22 November 2022
Apakah sayur perlu dicuci untuk diet pasien PGK? - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Kurnia, SpGK, ijin tanya untuk saya pernah mendengar katanya untuk diet pasien PGK , sayur perlu dicuci setidaknya 2x terlebih dahulu untuk...
Anonymous
17 November 2022
Terapi perdarahan pada pasien CKD
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Pasien laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik pratama dengan keluhan lidah (pada bagian medial sulkus) berdarah spontan post...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.