Penatalaksanaan Anafilaksis
Penatalaksanaan anafilaksis meliputi penanganan pertama, penanganan farmakologis lanjutan, dan rujukan ke fasilitas kesehatan sekunder apabila diperlukan.
Penanganan Pertama Umum
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghentikan paparan alergen. Tindakan yang dapat dilakukan adalah menghentikan paparan obat via intravena, mencabut sengat lebah, ataupun mencuci alergen yang berkontak. Sambil melakukan hal ini, pasien dengan cepat diposisikan dalam posisi trendelenburg atau berbaring dengan kedua tungkai diangkat (diganjal dengan kursi) karena akan membantu menaikkan venous return sehingga tekanan darah ikut meningkat. Kemudian dilanjutkan dengan menilai ABC (airway, breathing, circulation). Di saat yang sama, segera berikan injeksi adrenalin intramuskular sambil petugas medis yang lain menilai tanda vital dan memasang monitor bila tersedia.
Patensi jalan napas dijaga dengan cara melakukan triple airway manuver yaitu ekstensi kepala, tarik mandibula ke depan, dan buka mulut pada penderita yang tak sadar. Gunakan oropharyngeal airway, nasopharyngeal airway jika tersedia. Pada keadaan yang membutuhkan dan mengancam nyawa, tindakan trakeostomi atau krikotiroidektomi perlu dipertimbangkan.
Berikan oksigen jika saturasi O2 kurang dari 94%.
Pasang akses intravena. Untuk mengatasi syok pada anak dapat diberikan cairan NaCl fisiologis atau Ringer Laktat sebanyak 20 ml/kgBB secepatnya sampai syok teratasi, lalu dilanjutkan dengan cairan maintenance.
Resusitasi Jantung Paru (RJP), jika didapatkan henti jantung/cardiac arrest.
Penanganan Farmakologis Lanjutan
Beberapa medikamentosa yang mungkin diperlukan dalam tatalaksana anafilaksis adalah :
Adrenalin
Riset menunjukkan bahwa adrenaline intravena yang diberikan dengan kecepatan 10 mcg per jam dan dititrasi hingga tekanan darah sistolik > 90 mmHg akan memperbaiki gejala saluran nafas dan traktus gastrointestinal. Adrenalin diberikan dengan cara :
- Intramuskular 0.5 mg pada dewasa (0,5 ml dari larutan 1 : 1000) atau 10 mcg/kgBB pada anak (0.01 ml dari larutan 1:1000 per kg sampai maksimal 0.5 mg). Dosis dapat diulangi setelah 5 menit.
- Intravena 10-20 mcg bolus, dibuat dengan cara mengencerkan 1 mg adrenalin (1 ml dari larutan 1:1000) dengan 1000 ml normal saline. Atau bila menggunakan spuit dapat diberikan 1 mg adrenaline dalam 10 ml normal saline, kemudian encerkan kembali larutan ini dalam 10 ml normal saline untuk mendapatkan larutan 10 mcg/ml. Perlu dicatat bahwa tindakan ini hanya boleh dilakukan selama maksimal 1-2 jam. Apabila terjadi hipotensi, lakukan resusitasi cairan.
Antihistamin Dan Kortikosteroid
Antihistamin dan kortikosteroid merupakan lini kedua setelah adrenalin diberikan. Kedua obat tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaksis, dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah yang non-sedatif seperti loratadine, sedangkan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5–10mg IV atau hidrokortison 100–250 mg IV. Tapi perlu diingat bahwa antihistamin dan kortikosteroid bertujuan untuk mencegah reaksi hipersensitifitas lanjutan, bukan sebagai tatalaksana utama dari anafilaksis.[14,15]
Kriteria dan persiapan rujukan ke rumah sakit
Kegawatan pasien ditangani, apabila dengan penanganan yang dilakukan tidak terdapat perbaikan, pasien dirujuk ke layanan sekunder. [16]