Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan Anafilaksis yogi 2022-07-12T13:26:07+07:00 2022-07-12T13:26:07+07:00
Anafilaksis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan Anafilaksis

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Edukasi pasien anafilaksis adalah mengenali dan menghindari faktor yang bisa mencetuskan reaksi alergi. Pasien yang terpapar dengan alergen yang diketahui perlu memeriksakan diri bila merasa bergejala. Promosi kesehatan anafilaksis mencakup mencegah paparan terhadap alergen spesifik, memperhatikan komposisi dari makanan, dan menggunakan penanda seperti kalung untuk mempermudah tenaga medis atau orang sekitar dalam mengidentifikasi masalah.

Edukasi Pasien

Edukasi pasien anafilaksis adalah menghindari paparan terhadap alergen. Apabila telah mengalami paparan alergen yang diketahui, pasien diminta mengingat pencetus tersebut dan diedukasi untuk menghindarinya. Secara umum, alergi makanan lebih banyak terjadi pada anak-anak, sehingga orang tua dapat diedukasi untuk mengevaluasi diet anaknya dan menghindari bahan makanan yang dicurigai mencetuskan reaksi alergi, misalnya telur, makanan laut, susu,  atau kacang.

Pasien dengan hipersensitivitas terhadap obat harus diedukasi untuk memberikan informasi tersebut kepada tenaga medis. Mortalitas pada anafilaksis terjadi ketika pasien terlambat dibawa berobat dan diberikan penanganan yang cepat.[1,8]

Setelah pulang dari rumah sakit, pasien dianjurkan untuk kontrol kepada ahli imunologi untuk menemukan agen pencetus dan mencegah serangan di masa depan. Pasien diedukasi untuk memakai identifikasi berupa kalung atau sejenisnya sehingga orang sekitar dapat menolong ketika terjadi serangan. Untuk hasil yang optimal, uji sensitivitas sebaiknya dilakukan setidaknya setelah 4 minggu setelah reaksi anafilaksis. Antihistamin atau terapi lain dihentikan 4 hari sebelum melakukan pemeriksaan.[1,14]

Self-injectible Epinefrin

Pasien dan keluarganya perlu diedukasi bahwa terapi awal untuk anafilaksis yang utama adalah epinefrin. Epinefrin harus diberikan segera setelah reaksi muncul.

Pasien juga perlu diedukasi untuk memiliki autoinjector epinefrin yang terisi dan bisa digunakan sewaktu-waktu. Reaksi anafilaksis berisiko mengalami serangan bifasik, dan autoinjector dapat digunakan sebagai penanganan awal sebelum datang ke rumah sakit. Sampaikan pada pasien bahwa pemberian epinefrin efektif ketika dilakukan sedini mungkin sebelum gejala memberat. Katakan bahwa tidak ada kontraindikasi dari pemakaian epinefrin pada anafilaksis, dan tidak dianjurkan menggunakan obat lain dengan tujuan menggantikan epinefrin.[1,4,5]

Upaya Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Patogenesis reaksi anafilaksis melibatkan faktor genetik dan eksternal (lingkungan). Faktor eksternal merupakan faktor yang bisa dimodifikasi dalam pencegahan dan pengendalian penyakit.

Makanan

Anafilaksis pada pasien usia sekolah sering terjadi akibat makanan. Oleh karena itu mungkin diperlukan penyuluhan pada sekolah-sekolah untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan edukasi untuk mengenali gejala serta penanganan awal anafilaksis. Alergi makanan banyak terjadi pada anak-anak. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas terhadap makanan tidak boleh mengonsumsi produk yang mengandung makanan tersebut, dengan membaca cermat komposisi produk dan menanyakan isi dari suatu masakan. Makanan yang umum menyebabkan anafilaksis antara lain makanan laut, susu, kacang, kerang-kerangan, dan telur.[2,8]

Sengatan Serangga

Pasien yang sensitif dapat melakukan beberapa hal untuk mencegah sengatan serangga. Sebaiknya pasien menghindari pemakaian parfum atau produk yang bisa menarik binatang, terutama yang berbau tumbuhan. Hindari berada pada dekat sarang binatang atau mengganggu integritas sarang tersebut. Baju berwarna cerah dapat menarik lebah atau sejenisnya.[2,14]

Pada pasien dengan riwayat anafilaksis serius sebelumnya dari sengatan serangga, intervensi khusus untuk mengurangi atau mencegah terulangnya anafilaksis direkomendasikan. Bagi mereka yang mengalami anafilaksis dari serangga penyengat seperti lebah dan tawon, dapat dilakukan imunoterapi venom.[5,14,22]

Obat

Pasien yang memiliki hipersensitivitas terhadap obat tertentu harus memakai kalung identifikasi medis atau sejenisnya. Ketika terjadi serangan berat yang membatasi kemampuan bicara, orang sekitar atau tenaga medis dapat dengan mudah mengidentifikasi masalah dan memberikan penanganan.[2,4]

Anafilaksis Akibat Vaksinasi:

Jika pasien bertanya, dokter perlu mematahkan mitos tentang frekuensi anafilaksis dalam vaksinasi. Edukasi pasien bahwa anafilaksis terhadap vaksin untuk pencegahan penyakit menular jarang terjadi. Ketika terjadi, biasanya reaksi disebabkan oleh konstituen vaksin, seperti gelatin, telur, lateks, atau ragi.[23,24]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana

Referensi

1. McLendon K, Britni T S. Anaphylaxis. StatPearls. 2021.
2. Mustafa S. Anaphylaxis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape. 2018.
4. Muraro A, Worm M, Alviani C, Cardona V, DunnGalvin A, Garvey LH, et al. EAACI guidelines: Anaphylaxis (2021 update). Allergy Eur J Allergy Clin Immunol. 2022;77(2):357–77.
5. Kelso JM. Patient education: Anaphylaxis symptoms and diagnosis (Beyond the Basics). UpToDate, 2021. https://www.uptodate.com/contents/anaphylaxis-symptoms-and-diagnosis-beyond-the-basics?topicRef=367&source=see_link
8. Uppala R, Phungoen P, Mairiang D, Chaiyarit J, Techasatian L. Pediatric Anaphylaxis: Etiology and Predictive Factors in an Emergency Setting. Glob Pediatr Heal. 2021;8.
14. Lieberman P, Nicklas RA, Randolph C, et al. Anaphylaxis--a practice parameter update 2015. Ann Allergy Asthma Immunol 2015; 115:341.
22. Golden DB, Demain J, Freeman T, Graft D, Tankersley M, Tracy J, Blessing-Moore J, Bernstein D, Dinakar C, Greenhawt M, Khan D, Lang D, Nicklas R, Oppenheimer J, Portnoy J, Randolph C, Schuller D, Wallace D. Stinging insect hypersensitivity: A practice parameter update 2016. Ann Allergy Asthma Immunol. 2017;118(1):28.
23. Bohlke K, Davis RL, Marcy SM, et al. Risk of anaphylaxis after vaccination of children and adolescents. Pediatrics 2003; 112:815.
24. Kelso JM, Greenhawt MJ, Li JT, et al. Adverse reactions to vaccines practice parameter 2012 update. J Allergy Clin Immunol 2012; 130:25.

Prognosis Anafilaksis

Artikel Terkait

  • Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
    Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
  • Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
    Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
  • Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
    Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
Diskusi Terkait
dr.Eltika Utari
22 hari yang lalu
Apakah pasien hipertensi yang disengat lebah boleh diinjeksi dexamethasone?
Oleh: dr.Eltika Utari
2 Balasan
Alo dokter, saya ada psien sengatan lebah di kaki 30 mnt yg lalu ,skrg mengeluh nyeri ditumit,bengkak dan merah hingga pergelangan kaki,nyeri menjalar ke...
Anonymous
04 Oktober 2022
Pasien wanita usia 27 tahun dengan edema pada digiti 1 manus dextra setelah tertusuk suntikan vaksin ayam
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin berdiskusiSaya mendapatkan pasien usia 27th bekerja di pabrik ayam. Datang dengan keluhan edema pada digiti 1 manus dextra setelah tertusuk...
Anonymous
23 April 2022
Anafilaksis syok apakah dapat diberikan dengan Lidocain + epinephrine
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter jika ada pasien dengan syok anafilaksis tidak ada larutan epinefrin 1:1000, faskes lain jauh, obat yang mengandung epinefrin hanya apakah obat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.