Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Patofisiologi Anafilaksis yogi 2019-07-17T10:25:17+07:00 2019-07-17T10:25:17+07:00
Anafilaksis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Anafilaksis

Oleh :
dr. Khrisna Rangga Permana
Share To Social Media:

Patofisiologi anafilaksis didasari pada reaksi hipersensitifitas tipe I. Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah dari onset cepat yang memengaruhi kondisi sistemik tubuh. Hal ini disebabkan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin dari sel mast dan basofil, biasanya karena reaksi imunologis. Respon fisiologis terhadap pelepasan mediator anafilaksis meliputi kejang otot polos pada saluran pernafasan dan gastrointestinal (GI), vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan stimulasi ujung saraf sensorik. Peningkatan sekresi lendir dan peningkatan tonus otot polos bronkial, serta edema jalan nafas, berkontribusi terhadap gejala pernapasan yang diamati pada anafilaksis.

Dalam mekanisme imunologi, imunoglobulin E (IgE) mengikat antigen (bahan asing yang memprovokasi reaksi alergi). Imunogen adalah zat yang mampu menimbulkan respon imun spesifik berupa pembentukan antibodi atau kekebalan selular, atau keduanya. Antigen adalah zat yang mampu beraksi dengan antibodi atau sel T yang sudah sensitif. Imunogen selalu bersifat antigenik tetapi antigen tidak perlu imunogenik, misalnya hapten, kecuali kalau bergabung dengan protein. Alergen adalah antigen khusus yang menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe cepat dan dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu alergen protein lengkap dan alergen dengan sel molekul rendah (hapten).

Alergen yang terdiri dari protein lengkap mampu merangsang pembentukan IgE tanpa bantuan zat lain karena mempunyai determinan antigen yang dikenal sel B dan gugus karier yang merangsang makrofag dan sel T untuk mengembangkan aktivasi sel B.  IgE terikat antigen kemudian mengaktifkan reseptor FcεRI pada sel mast dan basofil. Hal ini menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti histamin. Mediator ini kemudian meningkatkan kontraksi otot polos bronkus, memicu vasodilatasi, meningkatkan kebocoran cairan dari pembuluh darah, dan menyebabkan depresi otot jantung.

Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase, yaitu fase sensitisasi dan aktivasi. Fase sensitisasi merupakan waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Sedangkan fase aktivasi merupakan waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang sama sampai timbulnya gejala. Alergen yang masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan ditangkap oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut kepada Limfosit T, dimana ia akan mensekresikan sitokin (IL4, IL13) yang menginduksi Limfosit B berproliferasi menjadi sel Plasma (Plasmosit). Sel plasma memproduksi IgE spesifik untuk antigen tersebut kemudian terikat pada reseptor permukaan sel mast (mastosit) dan basofil. Mastosit dan basofil melepaskan isinya yang berupa granula yang menimbulkan reaksi pada paparan ulang. Pada kesempatan lain masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan diikat oleh IgE spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera yaitu pelepasan mediator vasoaktif antara lain histamin, serotonin, bradikinin.

Perkembangan dan tingkat keparahan anafilaksis juga bergantung pada daya tanggap sel yang ditargetkan oleh mediator ini. Interleukin (IL) -4 dan IL-13 adalah sitokin yang penting pada generasi awal respons antibodi dan sel inflamasi terhadap anafilaksis. Tidak ada studi yang sebanding yang telah dilakukan pada manusia, namun efek anafilaksis pada tikus bergantung pada aktivasi faktor transkripsi IL-4 / IL-13 IL-4Rα, STAT-6 (transduser sinyal dan aktivator transkripsi 6). Eosinofil juga dapat berperan dalam proses inflamasi (melepaskan protein terkait granat sitotoksik) atau anti-inflamasi (memetabolisme mediator vasoaktif). Mediator tambahan termasuk mediator turunan lipid yang baru dihasilkan seperti prostaglandin D2, leukotriene B4, dan platelet-activating factor (PAF), serta leukotrien sisteinilen, seperti LTC4, LTD4, dan LTE4. Mediator ini selanjutnya berkontribusi pada kaskade proinflamasi yang terlihat pada anafilaksis. Histamin memediasi efeknya melalui aktivasi reseptor histamin 1 (H1) dan histamin 2 (H2).

Vasodilatasi, hipotensi, dan flushing dimediasi oleh reseptor H1 dan reseptor H2. Reseptor H1 saja menengahi vasokonstriksi arteri koroner, takikardia, permeabilitas vaskular, pruritus, bronkospasme, dan rhinore. Reseptor H2 meningkatkan kontraktilitas atrium dan ventrikel, dan vasodilatasi arteri koroner. Anafilaksis telah dikaitkan secara klinis dengan iskemia miokard, aritmia atrium dan ventrikel, defek konduksi, dan kelainan gelombang-T. Perubahan tersebut terkait dengan efek mediator langsung pada miokardium, untuk memperburuk insufisiensi miokard yang sudah ada sebelumnya dengan efek hemodinamik yang merugikan dari anafilaksis.

Karena sel mast terakumulasi di tempat plak aterosklerotik koroner, dan imunoglobulin yang terikat pada sel mast juga dapat memicu degranulasi sel mast, beberapa peneliti telah mengaitkan reaksi anafilaksis dapat meningkatkan kejadian rupturnya plak, sehingga berkontrobusi dalam terbentuknya iskemia miokard. Stimulasi reseptor histamin H1 juga dapat menyebabkan vasospasme arteri koroner. PAF juga menunda konduksi atrioventrikular, menurunkan aliran darah arteri koroner, dan memiliki efek inotropik negatif. Hipotensi dan syok dapat terjadi sebagai akibat dari kehilangan volume intravaskular, vasodilatasi, dan disfungsi miokard.   [2,3]

Referensi

2. Khan, BQ; Kemp, SF.. "Pathophysiology of anaphylaxis". Current Opinion in Allergy and Clinical Immunology.2011. 11 (4): 319–25.


3. Simons FE. Anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2008 Feb. 121(2 Suppl):S402-7; quiz S420.

Pendahuluan Anafilaksis
Etiologi Anafilaksis

Artikel Terkait

  • Pemberian Epinefrin yang Aman dan Tepat pada Kasus Anafilaksis
    Pemberian Epinefrin yang Aman dan Tepat pada Kasus Anafilaksis
  • Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
    Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
  • Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
    Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
Diskusi Terkait
Anonymous
28 hari yang lalu
Anafilaksis syok apakah dapat diberikan dengan Lidocain + epinephrine
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter jika ada pasien dengan syok anafilaksis tidak ada larutan epinefrin 1:1000, faskes lain jauh, obat yang mengandung epinefrin hanya apakah obat...
Anonymous
19 Oktober 2020
Pasien laki-laki usia 20 tahun datang dengan luka pada jempol kaki akibat menginjak keong
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok.Izin konsul.Lk usia 20 tahun.Datang kekilinik dengan keklinik dengan keadaan somnolen.Dari alo anamnesa, diketahui os +-/ 5 menit sebelumnya sedang...
dr.Rara Faudiah
18 Juli 2019
penanganan pada sengatan lebah
Oleh: dr.Rara Faudiah
8 Balasan
Halo dok, bagaimana penatalaksanaan pasien dengan keluhan gatal dan bengkak hampir di seluruh tubuh setelah disengat lebah, tidak sesak, dan sedikit sakit...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.