Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Anafilaksis yogi 2022-07-12T13:18:32+07:00 2022-07-12T13:18:32+07:00
Anafilaksis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Anafilaksis

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Patofisiologi anafilaksis melibatkan reaksi hipersensitivitas yang dimediasi oleh immunoglobulin E (IgE) atau tanpa IgE. Setelah terjadi paparan berulang terhadap antigen spesifik, terjadi degranulasi sel mast dan basofil. Reaksi anafilaksis meliputi pelepasan berbagai mediator inflamasi, misalnya histamin, triptase, carboxypeptidase A, dan proteoglycan. Degranulasi dari sel mast dan basofil ini yang menyebabkan respon imun yang berlebihan dan menimbulkan tanda dan gejala anafilaksis.[1]

Peran Immunoglobulin E

IgE memainkan peranan penting dalam aktivasi dari reaksi anafilaksis. Immunoglobulin ini terdeteksi memiliki kadar tinggi pada individu dengan penyakit alergi tertentu. IgE terikat pada reseptor FcεRI di permukaan sel mast dan basofil. Ikatan ini terjadi pasca paparan terhadap alergen dan menyebabkan reaksi silang, kemudian menginduksi degranulasi. Mediator inflamasi kemudian membentuk metabolit asam arakidonat melalui perantaraan phospholipase A, cyclooxygenase, dan lipoxygenase.

Metabolit asam arakidonat yang terbentuk adalah leukotrien, prostaglandin, dan platelet activating factor. Respon inflamasi kemudian diperantarai oleh tumor necrosis factor (TNF)-alpha. Leukotrien menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan bronkokonstriksi. Prostaglandin menyebabkan bronkokonstriksi, vasokonstriksi pulmoner, dan vasodilatasi perifer. Histamin dan platelet activating factor menyebabkan peningkatan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi. Perubahan fisiologis ini berkontribusi dalam tanda dan gejala anafilaksis pada seluruh tubuh, misalnya peningkatan laju nadi, dispnea, urtikaria, angioedema, dan mual muntah.[1,3]

Reaksi yang Tidak Melibatkan Immunoglobulin E

Selain dimediasi oleh IgE, terdapat reaksi lain yang tidak diperantarai oleh IgE. Anafilaksis juga bisa disebabkan oleh aktivasi kaskade komplemen, misalnya akibat produk darah atau antiserum dari bahan hewan. Aktivasi komplemen menghasilkan beberapa produk, termasuk plasma-activated complement 3 (C3a), plasma-activated complement 4 (C4a), dan plasma-activated complement 5 (C5a). Produk ini disebut anafilatoksin dan bisa menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil.[2,3]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Khrisna Rangga Permana

Referensi

1. McLendon K, Britni T S. Anaphylaxis. StatPearls. 2021.
2. Mustafa S. Anaphylaxis: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Medscape. 2018.
3. Reber LL, Hernandez JD, Galli SJ. The pathophysiology of anaphylaxis. J Allergy Clin Immunol. 2017;140(2):335–48.

Pendahuluan Anafilaksis
Etiologi Anafilaksis

Artikel Terkait

  • Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
    Pemberian Epinefrin yang Tepat untuk Kasus Anafilaksis
  • Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
    Reaksi Alergi dan Anafilaksis terkait Vaksin COVID-19
  • Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
    Antibiotic Skin Test Bukan Prediktor yang Tepat untuk Reaksi Alergi
Diskusi Terkait
Anonymous
04 Oktober 2022
Pasien wanita usia 27 tahun dengan edema pada digiti 1 manus dextra setelah tertusuk suntikan vaksin ayam
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin berdiskusiSaya mendapatkan pasien usia 27th bekerja di pabrik ayam. Datang dengan keluhan edema pada digiti 1 manus dextra setelah tertusuk...
Anonymous
23 April 2022
Anafilaksis syok apakah dapat diberikan dengan Lidocain + epinephrine
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter jika ada pasien dengan syok anafilaksis tidak ada larutan epinefrin 1:1000, faskes lain jauh, obat yang mengandung epinefrin hanya apakah obat...
Anonymous
19 Oktober 2020
Pasien laki-laki usia 20 tahun datang dengan luka pada jempol kaki akibat menginjak keong
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok.Izin konsul.Lk usia 20 tahun.Datang kekilinik dengan keklinik dengan keadaan somnolen.Dari alo anamnesa, diketahui os +-/ 5 menit sebelumnya sedang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.