Pendahuluan Ankle Sprain
Ankle sprain atau pergelangan kaki yang terkilir merupakan cedera muskuloskeletal yang paling sering terjadi pada pergelangan kaki. Penyakit ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan gerakan inversi dan plantar fleksi dari pergelangan kaki saat menapakkan kaki. Ankle sprain terjadi 3 – 5 % dari kunjungan di departemen gawat darurat di Inggris, dengan angka kejadian 5600 insidensi per hari. [1]
Ankle sprain umumnya terjadi pada 3 lokasi, yaitu ankle sprain lateral, ankle sprain medial, syndesmotic sprain (high ankle sprain). [2] Mekanisme cedera yang paling sering pada ankle sprain adalah kombinasi dari plantar flexi dan inversi. Ligamen yang paling sering cedera adalah lateral stabilizing ligaments. [3]
Diagnosis dari ankle sprain dapat ditentukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta radiografi. Berdasarkan pemeriksaan fisik, ankle sprain dapat dibagi menjadi 3 tingkatan. Ottawa Ankle Rules dapat digunakan untuk menentukan indikasi dari pemeriksaan radiografi.
Ottawa Ankle Rules merupakan strategi klinis yang dapat digunakan untuk menentukan apakah pasien membutuhkan gambaran radiografi pada cedera ankle dan midfoot.
RICE (rest, ice, compression, elevation) merupakan tata laksana awal pada pasien ankle sprain yang disertai dengan pemberian paracetamol, latihan fisik, serta imobilisasi pada pasien dengan keparahan tingkat 3. Kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi fungsional sampai pasien dapat berjalan dengan normal tanpa disertai nyeri. Intervensi pembedahan dapat dilakukan sesuai indikasi.