Operasi Tidak Bermanfaat untuk Ankle Sprain Akut

Oleh :
dr. Gilang Pradipta Permana

Pada kasus ankle sprain atau pergelangan kaki terkilir akut, operasi dilaporkan tidak bermanfaat. Sebelumnya, operasi dilakukan untuk ankle sprain akut derajat 3. Namun, berbagai studi terbaru menunjukkan bahwa ankle sprain akut dengan derajat 3 juga umumnya dapat membaik dengan terapi konservatif dan rehabilitasi medis yang tepat.

Ankle sprain merupakan cedera ekstremitas bawah yang paling sering terjadi pada orang aktif. Insiden ankle sprain adalah sekitar 15–20% dari cedera muskuloskeletal saat olahraga. Mekanisme cedera umumnya melibatkan kombinasi inversi dan adduksi sendi panggul serta plantarfleksi pergelangan kaki.[1,2]

Operasi Tidak Bermanfaat untuk Ankle Sprain Akut

Jenis dan Derajat Ankle Sprain

Kasus ankle sprain dapat berupa cedera akut atau instabilitas kronis. Secara anatomis, ankle ditopang oleh anterior talofibular ligament (ATFL), calcaneofibular ligament (CFL), dan posterior talofibular ligament (PTFL) pada sisi lateral. Sementara itu, pada sisi medial, ankle ditopang oleh kompleks ligamen deltoid.[1]

Mayoritas kasus ankle sprain terjadi pada ligamen-ligamen di bagian lateral (77% dari total kasus ankle sprain), dengan cedera ATFL sebagai kasus terbanyak, yakni sekitar 73% dari seluruh kasus ankle sprain pada sisi lateral.[1]

Berdasarkan derajatnya, ankle sprain akut dibedakan menjadi 3, yaitu:

  1. Derajat 1: ada regangan pada ligamen ATFL sehingga terjadi robekan
  2. Derajat 2: ada robekan total pada ATFL dan robekan parsial CFL
  3. Derajat 3: ada robekan pada ATFL, CFL, dan PTFL[1]

Dulunya, operasi dianjurkan untuk ankle sprain akut derajat 3. Namun, hasil studi-studi terbaru saat ini lebih merekomendasikan terapi konservatif daripada operasi pada ankle sprain akut dengan derajat berapa pun.[1]

Perbandingan Terapi Konservatif dan Operasi pada Ankle Sprain Akut

Suatu tinjauan sistematik terhadap 20 studi menganalisis total 2.562 pasien ankle sprain. Hasil menunjukkan bahwa mayoritas studi yang ada saat ini masih mempunyai metodologi yang kurang baik dan masih bersifat sangat heterogen, sehingga belum dapat membuktikan bahwa operasi bersifat superior terhadap terapi konservatif.[3]

Menurut tinjauan sistematik tersebut, salah satu studi yang sangat mengunggulkan operasi memiliki kualitas yang rendah dan risiko bias yang tinggi. Jika studi tersebut dikeluarkan dari analisis, luaran positif operasi seperti kemampuan untuk kembali berolahraga, berkurangnya kejadian cedera ulang, berkurangnya nyeri persisten, dan berkurangnya instabilitas sendi (menurut pasien) ternyata tidak berbeda signifikan dengan luaran terapi konservatif.[3]

Menurut tinjauan sistematik tersebut, stabilitas sendi (menurut dokter yang memeriksa pasien) memang lebih baik dengan operasi daripada terapi konservatif. Namun, pasien yang menjalani operasi membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama dan lebih berisiko mengalami kekakuan sendi ankle, gangguan mobilitas ankle, dan komplikasi.[3]

Suatu tinjauan sistematik lain terhadap 20 studi (total 2.236 pasien) juga mempelajari efektivitas terapi konservatif pada ankle sprain akut, baik yang berderajat 1, 2, maupun 3. Hasil menunjukkan bahwa terapi konservatif efektif untuk mengurangi nyeri dan memulihkan kapasitas fungsional pasien dengan cepat.[2]

Beberapa studi lain juga turut menunjukkan bahwa hampir semua kasus ankle sprain akut dapat ditangani dengan terapi konservatif. Operasi tidak direkomendasikan karena memperpanjang waktu pemulihan, memperbesar biaya perawatan, dan belum memiliki bukti manfaat yang cukup kuat.[1,4,5]

Terapi Konservatif untuk Ankle Sprain Akut

Tata laksana konservatif untuk ankle sprain akut meliputi RICE (rest, ice, compression, and elevation), fisioterapi, pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), ataupun stimulasi neuromuskular elektrik. Semua terapi konservatif ini dapat mengurangi nyeri dan membantu pemulihan kapasitas fungsional, tetapi perbandingan antar metode untuk menemukan metode yang paling superior belum dipelajari secara adekuat.[1,2]

Terapi konservatif yang paling sering diteliti dan umum digunakan adalah metode RICE. Metode ini dilakukan pada 2–3 hari awal:

  • Rest: pasien diberi tongkat agar tidak bertumpu pada ankle yang sakit sampai pasien dapat berjalan normal kembali

  • Ice: es diletakkan pada bagian yang nyeri selama 20 menit setiap 2–3 jam untuk mengurangi nyeri

  • Compression: ankle dipakaikan perban elastis untuk mengurangi bengkak

  • Elevation: kaki dielevasi agar lebih tinggi daripada jantung[1,2]

Ankle sprain akut derajat 1 cukup memakai perban elastis selama beberapa hari dan tidak memerlukan imobilisasi. Namun, pada derajat 2, pemakaian perban elastis perlu didukung dengan bidai selama beberapa hari sampai nyeri membaik. Pada derajat 3, dokter perlu mengontrol range of motion (ROM) pasien dengan rigid ankle support atau plaster cast selama 1 minggu.[1]

Program rehabilitasi medis perlu segera dilakukan saat nyeri dan pembengkakan sudah berkurang untuk mencegah kekakuan sendi dan hipotrofi otot yang dapat menunda pasien beraktivitas. Rehabilitasi juga membantu pemulihan ROM.[1]

Program rehabilitasi perlu dilakukan selama 3–6 minggu untuk mencegah rekurensi. Pemakaian bidai atau perban elastis tetap direkomendasikan selama rehabilitasi untuk mengurangi edema dan instabilitas. Pasien dapat menapak dengan kaki yang cedera bila nyeri sudah dapat ditoleransi. Kemudian, rehabilitasi fungsional dapat dilakukan dengan melakukan latihan seperti peregangan tendon ringan, dorsofleksi, eversi, inversi, pengambilan kelereng dengan kaki, atau pembuatan lingkaran dengan kaki.[1]

Kesimpulan

Operasi dulunya disarankan untuk ankle sprain akut derajat 3. Namun, bukti dari studi yang lebih baru menyimpulkan bahwa operasi tidak direkomendasikan untuk ankle sprain akut derajat berapa pun. Operasi untuk ankle sprain akut akan memperpanjang waktu penyembuhan, meningkatkan biaya medis, dan meningkatkan risiko kekakuan serta gangguan mobilitas ankle. Operasi juga belum memiliki bukti manfaat yang lebih superior daripada terapi konservatif.

Penanganan ankle sprain akut derajat 1, 2, dan 3 yang direkomendasikan adalah terapi konservatif. Terapi konservatif dapat berupa metode RICE, program rehabilitasi medis, pemberian OAINS, atau stimulasi neuromuskular elektrik.

Referensi