Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Ankle Sprain general_alomedika 2022-02-03T12:32:26+07:00 2022-02-03T12:32:26+07:00
Ankle Sprain
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Ankle Sprain

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Penatalaksanaan ankle sprain dibedakan menjadi tata laksana awal dan rehabilitasi fungsional.  Tata laksana bertujuan untuk mengontrol nyeri, memar, dan mengembalikan range of motion sedangkan rehabilitasi fungsional bertujuan untuk mempercepat pasien kembali beraktivitas dan mencegah terjadinya instabilitas kronis. Pembedahan tidak dilakukan pada semua kasus ankle sprain.

Tata Laksana Awal

Tata laksana awal pada pasien dengan ankle sprain adalah mengontrol nyeri, memar dan mengembalikan Range of Motion dengan melakukan RICE (rest, ice, compression, elevation) yang disertai dengan pemberian paracetamol dan imobilisasi selama 2–3 hari.

Rest, Ice, Compression and Elevation (RICE)

Rest Ice Compression and Elevation atau disingkat dengan RICE umumnya menjadi tata laksana akut pada pasien ankle sprain. [2,6,11]

  • R (Rest): dilakukan dengan membatasi beban pada ankle. Pasien direkomendasikan untuk menggunakan tongkat sampai bisa berjalan
  • I (Ice): aplikasi es atau air dingin dapat dilakukan selama 15 – 20 setiap 2 – 3 jam untuk 48 jam pertama atau bengkak berkurang
  • C (Compression): kompresi dengan menggunakan pembalut elastis untuk meminimalisir bengkak. Sebuah studi mengatakan functional support memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan hanya menggunakan pembalut elastis saja pada fase awal.
  • E (Elevate): ankle sebaiknya diangkat sekitar 15 – 25 cm diatas jantung untuk memfasilitasi drainase dari vena dan kelenjar getah benting

Namun menurut studi terbaru tidak ada bukti bahwa RICE sendiri mampu mengatasi nyeri, memar maupun fungsi dari pasien.  RICE yang dikombinasikan dengan latihan fisik dibuktikan memiliki hasil yang lebih efektif dibandingkan terapi RICE sendiri. [8]

Analgesik

Studi menemukan bahwa paracetamol memiliki efektivitas yang setara dengan obat antiinflamasi nonsteroid (nonsteroidal anti inflammatory drugs / NSAID) maupun kombinasi NSAID-paracetamol untuk nyeri akut akibat trauma muskuloskeletal, termasuk ankle sprain. Mengingat lebih banyaknya efek samping NSAID secara umum dibandingkan paracetamol, sebaiknya gunakan paracetamol untuk kasus ankle sprain.

Imobilisasi

Imobilisasi pada pasien ankle sprain masih menjadi kontroversi. Pada ankle sprain grade I dan II, pasien tidak perlu dilakukan imobilisasi, hanya dengan functional support pasien tampak membaik. Namun pada pasien grade III, hal ini memicu kontroversi karena mobilisasi pada fase awal akan terasa nyeri sehingga kepatuhan pasien akan berkurang. Menurut studi terbaru, functional support dan terapi latihan fisik memiliki hasil yang lebih optimal dibandingkan imobilisasi, namun apabila imobilisasi tetap harus dilakukan maka sebaiknya dilakukan kurang dari 10 hari. [2,8]

Rehabilitasi Fungsional

Rehabilitasi fungsional penting dilakukan untuk mempercepat kembalinya pasien ke aktivitas sehari–hari serta mencegah terjadinya instabilitas kronis. Tata laksana ini dimulai dari awal pasien cedera sampai fungsi dari ankle kembali normal. Sebelum memulai rehabilitas fungsional, sebaiknya pasien memiliki stabilitas sendi ankle yang baik, dan dapat dimulai pada awal cedera pada ankle sprain grade I dan II.

Functional Support

Penggunaan functional support 4 – 6 minggu terbukti memiliki hasil yang lebih optimal dibandingkan imobilisasi. Functional support yang digunakan adalah ankle brace karena memiliki efektvitas yang paling baik di antara functional support lainnya.

Latihan Fisik

Program latihan fisik umumnya berisi latihan range-of-motion, neuromuskular dan proprioseptif. Terapi fisik ini sebaiknya dimulai pada fase akut. Untuk dapat kembali berolahraga, pasien harus memenuhi kriteria yang terukur dan spesifik sehingga tidak ada risiko cedera ulang.  

Kriteria Rujukan

Indikasi untuk merujuk pasien ankle sprain ke spesialis ortopedi adalah:

  • Ankle sprain grade 3

  • Fraktur atau dislokasi
  • Gangguan neurovaskular
  • Ruptur tendon atau subluksasi
  • Luka yang menembus tulang
  • Cedera pada sindesmosis[2,3]

Pembedahan

Terapi pembedahan umumnya diperlukan pada ankle sprain grade 3. Indikasi untuk terapi pembedahan pada ankle sprain adalah :

  • Ligamen distal tibiofibular dengan pelebaran ankle mortise
  • Entrapped deltoid ligament
  • Terdapat 2 ruptur ligamen lateral [6]

Referensi

2. Maughan K. Ankle Sprain [Internet]. Uptodate; 2013. p. 158. Available from: file:///Users/ameliafebrina/Documents/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?33/46/34529?source=see_link
3. Wolfe MW, Uhl TL, Mattacola CG, McCluskey LC. Management of ankle sprains. Am Fam Physician. 2001;63(1):93–104.
6. Young C C. Ankle Sprain [Internet]. Medscape; 2017. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1907229-overview#a4
8. Vuurberg G, Hoorntje A, Wink LM, Van Der Doelen BFW, Van Den Bekerom MP, Dekker R, et al. Diagnosis, treatment and prevention of ankle sprains: Update of an evidence-based clinical guideline. Br J Sports Med. 2018;52(15):956.

Diagnosis Ankle Sprain
Prognosis Ankle Sprain

Artikel Terkait

  • Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
    Peran Ottawa Ankle Rules dalam Mendiagnosis Ankle Fracture
  • Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
    Efektivitas Paracetamol dalam Tata Laksana Nyeri Muskuloskeletal
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
07 Februari 2022
Artikel SKP Alomedika - Penanganan Ankle Sprain dan Kriteria Kembali Berolahraga
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter…!Penanganan ankle sprain akibat cedera olahraga harus disesuaikan dengan tipe dan derajat keparahan. Tata laksana ankle sprain atau keseleo antara...
dr.Siti Chasanah Syariatin
21 Oktober 2021
Anjuran fisioterapi nyeri ankle agar tetap dapat berolahraga - Rehabilitasi Medis Ask the Expert
Oleh: dr.Siti Chasanah Syariatin
1 Balasan
Selamat pagi Dr. Vitriana, ijin bertanya. Keluarga saya senang dan sering berolahraga, lari, sepeda, basket, dan badminton. Sejak usia 40 tahunan mengeluh...
dr.Legina Aromatika
28 Januari 2021
Tindakan yang tepat kasus keseleo atau sprain berulang- Ortopedia Ask The Expert
Oleh: dr.Legina Aromatika
3 Balasan
Alo, Selamat Siang, Dok. Saya ingin bertanya, Apa tindakan yang tepat pada kasus Keseleo pada pergerlangan kaki yang terjadi berulang? Berapa lama kaki harus...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.