Diagnosis Perikarditis
Diagnosis perikarditis dapat ditegakkan melalui temuan klinis yang didukung pemeriksaan penunjang. Pasien umumnya mengalami nyeri dada, pleural friction rubs, dan perubahan luas pada EKG.
Anamnesis
Lebih dari 85 % kasus perikarditis datang dengan nyeri dada. Nyeri dada tipikal pada perikarditis adalah nyeri dada yang tajam dan pleuritik yang membaik pada posisi duduk atau badan condong ke depan. [1,6] Nyeri dada dapat dirasakan pada area prekordial atau retrosternal, dan bisa menjalar ke area trapezius, leher, bahu kiri, dan lengan. [3,4] Nyeri memburuk dengan posisi supinasi. [3]
Gejala lain yang dapat menyertai perikarditis adalah demam, sesak napas, batuk, dan disfagia. Apabila perikarditis disebabkan oleh infeksi tuberkulosis, maka pasien juga akan mengeluhkan gejala tuberkulosis. [4,6]
Pemeriksaan Fisik
Sekitar sepertiga kasus perikarditis dapat menunjukkan gambaran pericardial friction rubs. Bunyi ini dapat terdengar berupa suara gesekan kasar atau berderit pada area sternum kiri. [1] Pericardial friction rubs klasik terdiri dari 3 fase, yaitu merespon terhadap pergerakan jantung pada saat sistole atrium, sistole ventrikel, dan fase pengisian cepat diastole ventrikel awal. [2]
Pada pemeriksaan fisik juga bisa ditemukan demam dengan toksemia, takikardia, dan efusi pleura. [3] Dapat pula ditemukan tanda Ewart, yaitu pekak dan suara napas bronkial antara ujung skapula kiri dan kolumna vertebra. [4]
Jika volume efusi perikardium sangat besar, dapat terjadi tamponade jantung. Tanda yang akan muncul adalah Trias Beck, yaitu hipotensi, peningkatan tekanan vena sistemik ditandai dengan distensi vena jugular, dan suara jantung menjauh. [1,4]
Diagnosis Banding
Karena keluhan perikarditis berupa nyeri dada, maka perlu dibedakan dengan infark miokard akut dan penyebab nyeri dada non kardiak seperti gastritis akut. Keluhan tension pneumothorax dapat menyerupai tamponade jantung.
Infark Miokard Akut
Perikarditis dapat dibedakan dengan infark miokard akut melalui gambaran EKG. Perubahan EKG dapat diamati dengan melakukan pemeriksaan EKG serial. Pada infark miokard akut, elevasi segmen ST berbentuk konveks dan melengkung ke atas dengan perubahan EKG lain yang resiprokal. Sedangkan pada perikarditis, elevasi segmen ST berbentuk konkaf tanpa adanya perubahan resiprokal. Sebuah studi menemukan bahwa EKG pasien dengan perikarditis tidak menunjukkan pemanjangan kompleks QRS dan pemendekan interval QT, seperti yang didapatkan pada pasien infark. [4]
Gastritis Akut
Pasien dengan gastritis akut juga bisa datang dengan keluhan nyeri dada. Diagnosis gastritis akut dapat ditegakkan dengan menggabungkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan gambaran pemeriksaan penunjang. EKG pasien gastritis akut akan normal, dan jika dilakukan endoskopi akan tampak gambaran inflamasi pada mukosa gaster. [8]
Tension Pneumothorax
Gejala tension pneumothorax dapat menyerupai perikarditis yang telah menyebabkan tamponade kardiak. Diagnosis keduanya dapat dibedakan dengan rontgen dada dan ultrasonografi trauma. [4]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat membantu menegakkan diagnosis perikarditis. Pada perikarditis akan didapatkan perubahan EKG pada 60% kasus. [1]
Elektrokardiografi
Pada perikarditis, bisa didapatkan perubahan EKG berupa elevasi segmen ST atau depresi PR yang luas. Secara khusus, perubahan EKG klasik pada perikarditis terdiri dari 4 tahap antara lain:
- Tahap 1 (Fase akut dalam hitungan jam atau hari) mempunyai karakteristik adanya peningkatan segmen ST yang difus, umumnya berbentuk konkaf, dan depresi segmen PR
- Tahap 2 biasanya terjadi pada minggu pertama, dan mempunyai karakteristik normalisasi segmen ST dan PR.
- Tahap 3 mempunyai karakteristik terjadinya inversi gelombang T yang difus setelah segmen ST menjadi isoelektrik.
- Tahap 4 mempunyai karakteristik EKG menjadi normal atau gelombang T inversi yang terjadi secara persisten. [1-3]
Pemeriksaan Laboratorium
Pada perikarditis juga bisa didapatkan peningkatan penanda inflamasi, seperti C reactive protein, hitung leukosit, dan peningkatan laju sedimentasi eritrosit. Hal ini bisa membantu penegakkan diagnosis dan memantau efikasi terapi.
Apabila terjadi keterlibatan miokardium, maka akan didapatkan peningkatan penanda cedera miokardium, seperti troponin dan kreatinin kinase. [1,2]
Pemeriksaan Ekokardiografi
Ekokardiografi transtoraks dapat bermanfaat untuk mendeteksi adanya efusi perikardium dan tamponade jantung. Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah kapasitasnya tergantung pada keterampilan operator. [2,4]
Pemeriksaan Rontgen Dada
Rontgen dada tidak dapat mendiagnosis perikarditis secara spesifik. Rontgen dada dapat menunjukkan kelainan berupa pembesaran siluet jantung (Water Bottle Sign) jika sudah terjadi efusi perikardium yang melebihi 300 ml. [1,2]
Kriteria Diagnosis
Diagnosis perikarditis akut dapat ditegakkan jika terdapat minimal 2 dari 4 kriteria klinis berikut :
- Nyeri dada yang membaik dengan duduk condong ke depan
- Pericardial friction rubs
- Kelainan pada pemeriksaan elektrokardiografi (peningkatan segmen ST atau depresi segmen PR yang meluas)
- Efusi perikardium [2,3,6]
Diagnosis perikarditis intermiten dapat ditegakkan jika ditemukan minimal 3 kriteria klinis berikut :
- Serangan perikarditis akut yang memenuhi kriteria diagnostik
- Interval tanpa gejala selama lebih dari 4-6 minggu
- Bukti adanya perikarditis berulang dengan adanya nyeri berulang yang dikombinasi dengan lebih dari 1 gejala berikut : pericardial friction rubs; perubahan EKG, ekokardiografi, atau bukti adanya efusi perikardial baru atau memburuk; peningkatan hitung sel darah putih, laju endap eritrosit, atau kadar C-reactive protein. [2,6]