Prognosis Krisis Hipertensi
Prognosis dari krisis hipertensi dinilai berdasarkan klasifikasinya apakah termasuk urgensi ataukah emergensi. Beberapa studi menjelaskan bahwa pemeriksaan yang tidak tepat pada ruang gawat darurat dalam penanganan krisis hipertensi sering ditemukan. Pemeriksaan funduskopi biasanya jarang dikerjakan demikian pula dengan pemeriksaan biokimia dari serum pasien yang biasanya membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Hal ini mempengaruhi prognosis dari penatalaksanaan krisis hipertensi.[3]
Komplikasi
Komplikasi dari krisis hipertensi yang tidak segera mendapat penanganan adalah terjadinya kerusakan atau perburukan dari target organ yang sudah mengalami gangguan. Komplikasi pada beberapa organ diantaranya:
- Komplikasi kerusakan organ saraf diantaranya hipertensi ensefalopati, infark serebral atau cedera vaskular serebral, perdarahan sub arachnoid, hingga perdarahan intrakranial.
- Komplikasi kerusakan kardiovaskular seperti iskemik/infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema pulmonal akut, diseksi aorta.
- Gagal ginjal akut
- Retinopati
- Eklampsia
- Anemia hemolitik mikroangiopati [5]
Prognosis
Data yang ada melaporkan bahwa dampak dari krisis hipertensi biasanya memberikan hasil yang buruk. Studi pada 315 pasien dengan krisis hipertensi menunjukkan hanya 40% dari pasien masih hidup setelah 33 bulan. Penyebab utama kematiannya adalah gagal ginjal (39,7%), stroke (23,8%) infark miokard (11,1%), dan gagal jantung (10,3%). Pada penelitian lain dalam 1 tahun masa studi, mortalitas pada pasien hipertensi emergensi yang tidak tertangani adalah sebesar 79%, sedangkan angka harapan hidup 5 tahun (5 years survival rate) pada kasus yang diterapi adalah sebesar 74%. Penelitian ini menunjukan bahwa penanganan krisis hipertensi yang efektif dapat meningkatkan prognosis pada pasien.[3]