Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Krisis Hipertensi general_alomedika 2023-10-26T14:52:41+07:00 2023-10-26T14:52:41+07:00
Krisis Hipertensi
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Krisis Hipertensi

Oleh :
dr.Eveline Yuniarti
Share To Social Media:

Diagnosis krisis hipertensi dapat ditegakkan pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥120 mmHg. Pasien tanpa bukti kerusakan organ target ditetapkan sebagai kasus hipertensi urgensi, sedangkan pasien dengan bukti kerusakan organ target ditetapkan sebagai hipertensi emergensi. Tanda-tanda kerusakan organ yang terutama perlu diperhatikan adalah gejala neurologis dan gejala kardiovaskular.[14,16]

Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus krisis hipertensi perlu berfokus untuk membedakan hipertensi urgensi dan hipertensi emergensi. Ada tidaknya kerusakan organ target harus ditelusuri untuk menentukan apakah pasien membutuhkan terapi antihipertensi parenteral dan perawatan di unit intensif.[14,16]

Anamnesis

Anamnesis perlu mencakup derajat keparahan hipertensi sebelumnya dan apa sajakah obat yang sudah digunakan. Tanyakan juga apakah obat-obat tersebut telah digunakan secara teratur sesuai instruksi dokter dan bagaimanakah hasil pemeriksaan tekanan darah berkala selama terapi.[14,16]

Anamnesis yang berfokus kepada ada tidaknya kerusakan organ target juga penting dilakukan. Berikut adalah beberapa gejala yang harus digali pada krisis hipertensi:

  • Gejala neurologis: penurunan kesadaran, parestesia, kejang, agitasi psikomotor, dan defisit neurologis
  • Gejala kardiorespirasi: nyeri dada, sesak napas, aritmia

  • Gejala sistem organ lainnya: pandangan kabur, edema, epistaksis, kelainan pada saluran kemih (oliguria, hematuria)[1–3,14,16]

Gejala klinis terkait kerusakan organ target yang mungkin ditemukan adalah infark serebral (24,5%), edema paru (22,5%), ensefalopati hipertensif (16,3%), dan gagal jantung kongestif (12%). Kondisi lain yang juga termasuk dalam kerusakan organ target adalah perdarahan intrakranial, diseksi aorta, infark miokard, gangguan retina, gagal ginjal akut, hingga eklamsia.[14,16]

Bila ada kegawatdaruratan, dokter harus menangani kegawatdaruratan terlebih dahulu. Bila kondisi pasien sudah stabil, dokter dapat melakukan anamnesis lebih mendalam, misalnya tentang riwayat komorbiditas. Riwayat komorbiditas yang terutama perlu diperhatikan adalah diabetes mellitus, dislipidemia, stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal kronis. Tanyakan juga gejala penyakit lain yang mungkin menjadi etiologi krisis hipertensi, misalnya pheochromocytoma dan penyakit Cushing.[1–3,14,16]

Pada wanita, tanyakan waktu menstruasi terakhir untuk melihat kemungkinan terjadinya kehamilan. Pada wanita hamil, krisis hipertensi bisa muncul karena hipertensi yang memang sudah diderita sebelumnya atau karena preeklamsia berat.[14,16]

Pemeriksaan Fisik

Diagnosis krisis hipertensi dapat ditegakkan pada pasien dengan hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥180 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥120 mmHg. Akan tetapi, hasil pengukuran tekanan darah di unit gawat darurat perlu ditafsirkan dengan berhati-hati.[1–3]

Pengukuran tekanan darah di unit gawat darurat biasanya dilakukan dalam kondisi pasien cemas, tegang, atau kesakitan, sehingga bisa tampak lebih tinggi dari kondisi sebenarnya. Sebisa mungkin pengukuran dilakukan dalam kondisi pasien tenang dan sebaiknya diulang dalam interval minimal 1 jam. Ada bukti bahwa pada 30% pasien, tekanan darah yang sempat tinggi (derajat 3) menurun ke derajat 2 atau lebih rendah dalam 30 menit.[1–3]

Pada pemeriksaan nadi dan tekanan darah, perhatikan beberapa hal berikut:

  • Periksa kondisi denyut nadi pada semua nadi perifer termasuk ekstremitas atas, karotis, femoral, dan ekstremitas bawah
  • Ukur tekanan darah dengan teknik yang benar dan manset yang sesuai
  • Ukur tekanan darah pada kedua lengan dan bila memungkinkan pada minimal salah satu tungkai
  • Auskultasi nadi karotis dan abdominal untuk melihat adanya bruit

  • Pemeriksaan kardiovaskular yang komprehensif sangat diperlukan[14,16]

Pemeriksaan fisik untuk mencari ada atau tidaknya kerusakan organ target juga harus dilakukan. Sebagai contoh, pengukuran tekanan darah pada kedua lengan (kiri dan kanan) dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna yang mengarah ke diseksi aorta.[14,16]

Pemeriksaan mata bisa dilakukan untuk menilai ada tidaknya perdarahan retina hingga eksudat dan edema papil yang mengarah ke hipertensi emergensi. Kenaikan tekanan vena jugularis, crackles pada auskultasi paru, dan edema perifer dapat mengarah ke gagal jantung kongestif. Pemeriksaan sistem saraf dan status mental juga dilakukan untuk melihat ada tidaknya gejala neurologis.[14,16]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada kasus krisis hipertensi umumnya berupa berbagai etiologi yang mungkin mendasari. Etiologi krisis hipertensi dapat berupa hipertensi primer yang terapinya kurang optimal atau compliance terapinya buruk. Sementara itu, etiologi hipertensi sekunder bisa berupa gangguan ginjal, gagal jantung, kelainan kolagen vaskular, penyakit Cushing, pheochromocytoma, obat-obatan tertentu, preeklamsia, dan eklamsia.[2,4–8]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umumnya dilakukan pada krisis hipertensi untuk mencari tahu ada tidaknya kerusakan organ target. Selain itu, pemeriksaan penunjang dapat menilai ada tidaknya etiologi pendasar tertentu.[1–3]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya kerusakan ginjal. Selain itu, pemeriksaan urinalisis dan elektrolit juga dapat dilakukan. Pada pasien yang dicurigai mengalami kerusakan kardiovaskular, troponin dan pro-BNP (brain natriuretic peptide) bisa dipertimbangkan untuk diperiksa.[1–3,14,16]

Pada ibu hamil, pertimbangkan juga urinalisis untuk melihat ada tidaknya proteinuria. Pada pasien dengan kecurigaan sindrom Cushing, penilaian kortisol plasma dan tes supresi dexamethasone dapat dilakukan.[1–3,14,16]

Pemeriksaan Radiologi

Beberapa pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan:

  • Rontgen toraks untuk melihat ada tidaknya kardiomegali atau kongesti pulmonal

  • CT scan kepala untuk menilai ada tidaknya perdarahan intrakranial

  • Echocardiography untuk menilai ada tidaknya gagal jantung, iskemia, dan diseksi aorta

  • CT angiografi toraks dan/atau abdomen untuk kecurigaan penyakit aorta
  • USG ginjal untuk menilai kerusakan ginjal atau stenosis arteri ginjal[1–3,14,16]

Pemeriksaan Lainnya

Elektrokardiografi (EKG) bisa dilakukan untuk menilai apakah ada perubahan segmen ST dan T, bukti terjadinya left ventricular hypertrophy, iskemia, atau aritmia. Funduskopi dapat dilakukan untuk menilai kerusakan retina bila ada kecurigaan.[1–3,14,16]

 

Penulisan pertama oleh: dr. Wendy Damar Aprilano

Referensi

1. Panggabean MS. Penatalaksanaan Hipertensi Emergensi. Cermin Dunia Kedokteran. 2023;50:82–91.
2. Brunstrom M, Burnier M, Grassi G, et al. 2023 ESH Guidelines for the management of arterial hypertension The Task Force for the management of arterial hypertension of the European Society of Hypertension Endorsed by the European Renal Association (ERA) and the International Society of Hypertension (ISH). J Hypertens. 2023;41:0–000. https://doi.org/10.1097/HJH.0000000000003480.
3. Unger T, Borghi C, Charchar F, et al. 2020 International Society of Hypertension Global Hypertension Practice Guidelines. Hypertension. 2020;75:1334–57. https://doi.org/10.1161/HYPERTENSIONAHA.120.15026.
14. Chakraborty S. Hypertension Urgencies & Emergencies. Association of Physicians of India. 2017. http://www.apiindia.org/pdf/medicine_update_2017/mu_139.pdf
16. Hopkins C. Hypertensive Emergencies. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/1952052-overview

Epidemiologi Krisis Hipertensi
Penatalaksanaan Krisis Hipertensi

Artikel Terkait

  • Penggunaan Captopril Sublingual Berbasis Bukti pada Krisis Hipertensi
    Penggunaan Captopril Sublingual Berbasis Bukti pada Krisis Hipertensi
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 12 April 2025, 10:18
Dosis syringe pump nicardipine pada krisis hipertensi
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo Dokter Selamat pagi,Izin bertanya untuk perhitungan dosis syringe pump nicardipine pada pasien krisis HT, bila dosis yg diminta 3mg/jam, BB pasien...
Anonymous
Dibalas 02 September 2024, 15:45
Pengobatan oral untuk hipertensi urgensi
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo Dokter izin bertanya, saya memiliki pasien datang ke faskes 1 dengan hipertensi tidak terkontrol dengan Tekanan Darah saat datang 210/110. Pasien tidak...
dr. Arina Ulfah
Dibalas 29 September 2023, 18:58
Tata laksana krisis hipertensi
Oleh: dr. Arina Ulfah
3 Balasan
Izin bertanya dok.. pasien laki-laki usia 62th rutin kontrol ke SpJP. Konsumsi amlodipin 1x5mg, atovastatin, simvastatin, dan aspirin. Saat ini datang ke...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.