Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Gagal Hati general_alomedika 2021-06-18T17:56:13+07:00 2021-06-18T17:56:13+07:00
Gagal Hati
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Gagal Hati

Oleh :
dr. Katherine Gowary Sugiarto
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kegawatdaruratan gagal hati sangat penting mengingat angka kematian yang tinggi secara global. Terapi suportif dan manajemen komplikasi serta pengobatan sesuai etiologi menentukan prognosis.[3]

Non Medikamentosa

Terapi non-medikamentosa dilakukan untuk suportif kondisi pasien yaitu:

  • Pada ensefalopati hepatikum derajat I dan II boleh dirawat di ruang rawat biasa dengan pengawasan tanda-tanda vital setiap empat jam sedangkan pada ensefalopati hepatikum derajat III dan IV sebaiknya dirawat di Intensive Care Unit dan kepala diposisikan 30 derajat dari tempat tidur. Hindari penggunaan sedatif dan opioid dan pastikan pasien terhindar dari stimulasi berlebih[9]
  • Stabilitas hemodinamik, asam basa, cegah inbalans elektrolit, balance cairan harus seimbang[9]

Medikamentosa

Pengobatan pasien gagal hati akut berdasarkan etiologinya yaitu:

Hepatotoksisitas Paracetamol

Pemberian arang aktif (bila ingesti dalam waktu 4 jam) dan N-acetyl cysteine. Transplantasi hati direkomendasikan sesuai indikasi.[4]

Drug Induced Liver Injury (DILI)

Pada studi percobaan diberikan intervensi berupa N-acetyl cysteine dan steroid, namun perlu penelitian lebih lanjut.[36] Antidot diberikan sesuai dengan obat yang di ingesti.

Hepatitis Non-Hepatropik

Asiklovir 5-10 mg/kgBB intravena per 8 jam diberikan pada gagal hati terkait herpes atau varicella zoster. Sedangkan pada Cytomegalovirus mendapat ganciclovir 5 mg/kg intravena per 12 jam.[4]

Infeksi Virus Hepatitis

Analog nukleotida diberikan pada reaktivasi hepatitis B, antiviral yang sesuai pada hepatitis C. Sedangkan hepatitis A dan E belum ada antiviral yang efektif.[12]

Hepatitis Autoimun

Metilprednisolon 60 mg/hari bermanfaat pada hepatitis autoimun.[4]

Keracunan

Dugaan keracunan Amanita phalloides dilakukan bilas lambung, pemberian arang aktif dan penisilin-G dengan dosis 1 g/kg/hari.[4]

Gagal Hati pada Kehamilan

Persalinan segera direkomendasikan, namun apabila dengan persalinan tidak terjadi perbaikan, transplantasi hati disarankan.[4]

Penyakit Wilson

Transplantasi hati pada gagal hati acute on chronic diindikasikan bila diduga terjadi dekompensasi akut Wilson Disease atau terjadi trombosis vena hepatica.[12]

Sedangkan manajemen terkait dengan kerusakan organ yang terjadi yakni:

Kardiovaskular

  • Ketika terjadi disfungsi akhir organ seperti hipoperfusi, asidosis, oliguria, gagal ginjal sebagai akibat kekurangan cairan maka pemberian fluid challenge dengan kristaloid. Ringer Laktat lebih direkomendasikan dibandingkan saline normal terkait efek hiperkloremia yang bisa terjadi[2]
  • Bila hipotensi tetap terjadi persisten maka bisa diberikan norepinefrin dengan dosis awal 05 mcg/kg/menit. Bila norepinefrin meningkat kebutuhannya hingga >0,2-0,3 mcg/kg/menit maka bisa dipertimbangkan penambahan vasopressin 1-2 unit/jam. Mean Arterial Pressure (MAP) harus dijaga agar tetap adekuat yakni dewasa tanpa hipertensi MAP > 60 mmHg, sedangkan pada yang berisiko AKI maka MAP dipertahankan >75 mmHg[2]

Respirasi

Pada ensefalopati hepatikum derajat III atau IV bisa dipetimbangkan manajemen jalan nafas invasif. Pemberian ventilator non-invasif sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dengan ensefalopati hepatikum atau gangguan metabolisme terkait dengan risiko aspirasi, peningkatan kerusakan neurologis dan buruknya kepatuhan pasien.[2]

Gastrointestinal

Penurunan asupan kalori bisa terjadi pada ensefalopati hepatikum akibat anoreksia yang terjadi. Penggunaan selang nasogastrik bisa dipetimbangkan dengan tetap berhati-hati terkait dengan perdarahan selama pemasangan dan tersisanya residu di lambung. Penggunaan selang post pilorus sebenarnya bisa dipertimbangkan namun gangguan pada usus bisa terjadi. Pengenalan terhadap nutrisi enteral lebih awal dapat menurunkan risiko distrofi otot dan perdarahan gastrointestinal.[2]

Emulsi lemak bisa diberikan namun pemberiannya pada kerusakan mitokondria yang parah yakni pada pemberian propofol sebagai obat penenang bisa menyebabkan akumulasi lemak. Oleh karena itu, pemantauan profil lipid dan kreatinin kinase perlu dilakukan.[2]

Pada gagal hati akut juga terjadi peningkatan kadar amonia sehingga pemberian infus asam amino tidak boleh berlebihan karena dapat memicu edema serebri dan peningkatan tekanan intrakranial.[2]

Renal

Strategi penanganan Acute Kidney Injury pada gagal hati akut yakni atasi kondisi hipotensi, tatalaksana infeksi, hindari obat-obatan yang nefrotoksis dan prosedur radiologi kontras harus dipertimbangkan risiko dan manfaatnya. Renal Replacement Therapy dapat dipertimbangkan pada gagal hati akut dengan peningkatan tajam amonia dan ensefalopati hepatitis yang progresif.[2]

Metabolik

Kontrol glikemik harus dilakukan karena pada gagal hati bisa terjadi hipoglikemia ataupun hiperglikemia. Hipoglikemia akan meningkatkan risiko AKI dan kematian sedangkan hiperglikemia akan meningkatkan risiko peningkatan tekanan intrakranial. Pada hipoglikemia dapat diberikan bolus cepat glukosa sedangkan pada hiperglikemia bisa diberikan insulin dengan target glukosa 150-180 mg/dl.[2]

Hiponatremia relatif bisa juga terjadi pada gagal hati akut. Pemberian infus salin hipertonik diberikan dengan target natrium serum 140-145 mmol/L untuk mengurangi risiko peningkatan tekanan intrakranial.[2]

Asidosis, gangguan serum fosfat, magnesium, kalsium, dan kalium harus dilakukan koreksi.[2]

Pembedahan

Transplantasi hati merupakan pengobatan definitif pada gagal hati. Pada kenyataannya hanya 10-25% pasien yang menerima transplantasi hati dari total yang terdaftar, sedangkan 50-75% meninggal sebelum dilakukan transplantasi. Kegagalan transplantasi hati biasanya disebabkan oleh kondisi infeksi dan sepsis [12]. Kriteria Clichy-Paul Brousse dan King’s College Criteria berfungsi untuk menentukan indikasi dan prognosis transplantasi hati.[9]

Monitoring

Pemantauan hematokrit dan platelet, PT/INR, fungsi liver, gula, dan pemeriksaan neurologi perlu dilakukan. Bila didapati demam harus dilakukan kultur darah dan urin. Pemberian antibiotik empirik perlu dipertimbangkan.[9,12]

Referensi

2. European Association for the Study of the Liver. EASL clinical practical guidelines on the management of acute (fulminant) liver failure. J Hepatol. 2017;66:1047-81.
3. Shah NJ, Royer A, John S. NCBI Reference-Acute Liver Failure. January 2020. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482374/
4. Friedman LS and Paul M. Handbook of liver disease. 4th ed. Philadelphia:Elsevier. 2018.
9. Ferri FF. Ferri’s clinical advisor. Philadelphia:Elsevier. 2019.
12. Shah NJ, Mousa OY, John S. NCBI Reference-Acute and Chronic Liver Failure. January 2020. Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499902/
36. Hassan A and Fontana RJ. The diagnosis and management of idiosyncratic drug-induced liver injury. Liver Int. 2019; 39(1):31-41

Diagnosis Gagal Hati
Prognosis Gagal Hati

Artikel Terkait

  • Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
    Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
Diskusi Terkait
Anonymous
17 hari yang lalu
Pilihan obat nyeri untuk pasien sirosis hati
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter. Mau bertanya dok apabila ada pasien sirosis hati yang mengalami nyeri ringan-sedang, pilihan obat injeksi seperti metamizole atau ketorolac...
Anonymous
22 November 2022
Suplemen untuk pasien hepatitis - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Kurnia, M.Gizi, Sp.GK, apa sebaiknya makanan dan suplemen yang diberikan untuk penderita Hepatitis?Terimakasih dokter 🙏
Anonymous
25 Agustus 2022
Indikasi skrining kanker hati dan varises esofagus pada pasien sirosis terkait alkohol - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Marlina, Sp. PD. Saya ingin bertanya, pada pasien dengan sirosis hati terkait konsumsi alkohol kapan perlu dilakukan skrining varises esofagus dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.