Diagnosis Psoriasis
Diagnosis psoriasis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis digali keluhan utama, faktor risiko, dan faktor pencetus. Sementara itu pada pemeriksaan fisik dapat dilihat ujud kelainan kulit dan tipe psoriasis yang muncul. Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan, walaupun kadang penting untuk menggali faktor risiko dan membedakan psoriasis dari diagnosis banding yang lain.
Anamnesis
Pada anamnesis psoriasis ditanyakan umur saat onset timbul dan riwayat psoriasis di keluarga. Semakin muda umur saat onset penyakit dan adanya riwayat psoriasis di keluarga akan menyebabkan tendensi kejadian psoriasis yang sering rekuren dan penyebaran yang lebih luas.
Selain daripada itu, kapan dan lamanya kemunculan lesi harus dipastikan untuk dapat mengategorikan penyakit ke dalam fase akut atau kronis. Pada fase akut, lesi cenderung muncul secara tiba-tiba dan hanya bertahan selama beberapa hari, sedangkan pada fase kronis, lesi bertahan dalam rentang waktu bulanan hingga tahunan
Status remisi atau relaps juga harus digali untuk mengetahui kerentanan pasien terhadap penyakitnya. Pasien yang lebih mudah relaps atau kambuh akan memiliki kemungkinan derajat peyakit yang lebih berat dan lesi yang semakin luas, menutupi proporsi yang signifikan dari luas permukaan tubuh. Pasien ini juga cenderung memerlukan terapi yang lebih kuat dibandingkan pasien psoriasis yang stabil.
Apabila ditemukan Keluhan di persendian seperti bengkak dan nyeri dapat dicurigai adanya artritis psoriatik [3]
Pemeriksaan Fisik
Diagnosis dari psoriasis dapat dilihat secara klinis karena tipe lesi kulit psoriasis mempengaruh pemeriksaan fisik. Beberapa tanda klinis psoriasis dapat dikelompokan untuk membantu menentukkan pemeriksaan penunjang dan tatalaksana yang diperlukan, yaitu:
- Onset pada usia awal <35 tahun (75%) vs onset usia lanjut >50 tahun
- Akut (contoh: psoriasis guttate) vs psoriasis plak kronis
- Plak kecil <3cm vs plak besar >3cm
- Plak tipis vs plak tebal
- Keterlibatan kuku vs ttanpa keterlibatan kuku [15]
Tingkat keparahan dari psoriasis dapat dinilai menggunakan:
Physicians/Patients Global Assessment (PGA): Penilaian keparahan dilakukan bersama oleh dokter dan pasien menggunakan penilaian global statis dengan deskripsi “clear”, “nearly clear”, “mild”, “moderate”, “severe”, dan “very severe”
Body Surface Area (BSA): Penilaian berdasarkan seberapa banyak area permukaan tubuh yang terkena, dengan penilaian 1% dari area permukaan tubuh disamakan dengan telapak tangan pasien. Dianggap ringan jika area yang terkena kurang dari 5% area permukaan tubuh, menengah jika area yang terkena 5-10% area permukaan tubuh, dan berat jika mengenai >10% area permukaan tubuh
Psoriasis Area and Severity Index (PASI): Mengukur keseluruhan tingkat keparahan dan luasnya psoriasis dengan cara menilai BSA dan intensitas dari lesi kulit berupa kemerahan, ketebalan, dan skuama. Skor kemudian dikalkulasikan antara 0 (tidak terdapat penyakit) hingga 72 (maksimal). [16]
Berdasarkan karakteristik lesi kulit yang muncul, psoriasis dapat diklasifikasis menjadi psoriasis vulgaris, psoriasis plak, poriasis gutata, psoriasis inverse, psoriasis pustular, psoriasis eritrodermik, psoriasis kuku, dan artritis psoriatik.
Psoriasis Vulgaris (Psoriasis Fase Kronis)
Psoriasis vulgaris adalah tipe yang paling umum dari psoriasis. Lesi kulit dapat berupa plak eritema yang tebal dan ditutupi skuama berwarna perak dan sering terasa gatal maupun nyeri. Predileksi melibatkan kulit kepala, permukaan ekstensor, genital, umbilkus, regio lumbosakral dan retroaurikular.
Psoriasis Plak
Pada psoriasis plak, lesi kulit berupa plak eritema berbatas tegas dengan bentuk bulat-oval atau plak nummular (seperti koin). Lesi berawal sebagai makula eritem (datar dan berukuran <1cm) atau papul, yang kemudian melebar secara perifer dan bergabung membentuk plak. Terdapat bentuk cincin dengan warna pucat, disebut dengan Woronoff’s ring pada kulit di sekitar plak psoriasis. Terdapat skuama berwarna putih keperakan dengan ketebalan yang bervariasi Apabila skuama dilepaskan bisa ditemukan titik perdarahan kecil (Auspitz sign). Predileksi psoriasis tipe ini adalah pada bagian permukaan ekstensor lutut, siku, kulit kepala dan badan.
Psoriasis Gutata
Psoriasis gutata biasanya muncul tiba-tiba atau 2-3 minggu setelah ISPA yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus group A. Predileksi psoriasis gutata yang predominan adalah badan dan ekstremitas proksimal.
Jenis ini terjadi pada kurang dari 2% pasien psoriasis dengan gambaran khas seperti tetesan embun dengan ukuran bervariasi antara 1-10 mm. Lesi kulit berupa papul berwarna salmon-pink biasanya disertai skuama, paling sering menimbulkan gatal yang bisa sangat parah.
Psoriasis Inverse
Psoriasis inverse bisanya muncul pada permukaan fleksural, ketiak, lipat paha, di bawah lipatan payudara, dan pada lipatan kulit. Lesi ini seringkali salah terdiagnosa sebagai infeksi jamur, karena area predileksi dari psoriasis inverse merupakan daerah yang lembab sehingga lesi yang muncul cenderung memberikan gambaran plak eritem dengan skuama yang sedikit
Psoriasis Pustular
Psoriasis pustular adalah gambaran psoriasis yang muncul karena kumpulan neutrofil yang sudah cukup besar untuk terlihat secara klinis. Setiap bentuk psoriasis mengandung netrofil pada stratum korneum, ketika kumpulan netrofil sudah cukup besar untuk terlihat secara klinis, maka dinamakan sebagai psoriasis pustular.
Lesi pada psoriasis pustular dapat terjadi secara lokal atau generalisata. Psoriasis pustular generalisata (von Zumbusch) merupakan keadaan yang jarang dan sangat berat, disetai demam dan toksisitas. Lesi berupa pustul dan eritem menyebar di seluruh tubuh. Pada lesi yang lokal, biasanya melibatkan telapak tangan dan kaki.
Psoriasis Eritrodermik
Psoriasis eritrodermik terjadi pada hampir seluruh permukaan tubuh dengan gambaran kulit kemerahan dan skuama yang tipis, mengelupas, dan difus. Lesi dapat muncul secara bertahap sebagai perkembangan dari psoriasis plak kronis.
Pada jenis ini dapat terjadi gangguan regulasi suhuyang bisa menyebabkan kedinginan, hipotermi, dan kehilangan cairan yang akan mengarah kepada dehidrasi. Terkadang bisa disertai demam dan malaise.
Psoriasis Kuku
Psoriasis kuku dapat terjadi di semua subtipe psoriasis. Sekitar 50% pasien psoriasis dapat terkena psoriasis pada kuku jarinya, dan sekitar 35% pada kuku ibu jarinya. Gambaran yang biasa timbul berupa pitting, onikolisis, hiperkeratosis subungual, distrofi lempeng kuku dan tanda “oil-drop” (warna jingga-kekuningan pada bagian bawah lempeng kuku).
Artritis Psoriatik
Artritis psoriatik merupakan oligoartritis seronegatif yang paling umum ditemukan pada pasien psoriasis (setidaknya 5% dari pasien psoriasis akan berkembang menjadi kondisi ini). Terdapat tanda keterlibatan sendi distal dan artritis mutilan [1,3,4,15]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding psoriasis tergantung pada subtipe psoriasis yang puncul. Tabel 1 menunjukkan matriks diagnosis yang paling mungkin dan harus dipertimbangkan berdasarkan jenis psoriasis yang diderita pasien. [3]
Tabel 1 Matriks Diagnosis Banding Psoriasis
Psoriasis Vulgaris | Gutata | Eritrodermik | Pustular |
Paling Memungkinkan | Paling Memungkinkan | Paling Memungkinkan | Paling Memungkinkan |
- Eksim nummular / diskoid | - Pitiriasis rosea | - Drug-induced eritroderma | - Impetigo |
- CTCL (Cutaneus T-cell Lymphoma) | - Pitiriasis likenoides | - Eksim | - Kandidiasis superfisialis |
- Tinea korporis | - Liken planus | - CTCL / Sindrom sezary | - Sindrom artritis reaktif |
- Pitiriasis rubra pilaris | - Folikulitis superfisial | ||
Pertimbangkan | Pertimbangkan | Pertimbangkan | Pertimbangkan |
- Pitiriasis rubra pilaris | - Parapsoriasis plak kecil | - Pemfigus foliaseus | |
- Dermatitis seboroik | - PLEVA (pityriasis lichenoides et varioliformis acuta) | - Pemfigus IgA | |
- Lupus eritematosus kutaneus subakut | - Liken planus | - Sneddon-Wilkinson disease (dermatosis pustular subkornea) | |
- Eritrokeratoderma | - Erupsi obat | - Eritema nekrolitik migratori | |
- Inflammatory linerar verrucous epidermal nevus | - Transient neonatal pustular melanosis | ||
- Liken planus hipertrofi | - Acropustulosis pada bayi | ||
- Liken simplek kronis | - Eksantematos pustulosis genaralisata akut | ||
- Dermatitis kontak | |||
- Lupus eritematosus kutaneus kronis / lupus eritematosus diskoid | |||
- Hailey-hailey disease (fleksural) | |||
- Intertrigo (fleksural) | |||
- Infeksi candida (fleksural) | |||
Selalu singkirkan | Selalu singkirkan | Selalu singkirkan | Selalu singkirkan |
- Bowen’s disease / karsinoma sel skuamosa in situ | - Sifilis sekunder | ||
- Extramammary paget’s disease |
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan histopatologi biasanya jarang dilakukan pada psoriasis, namun dapat dilakukan untuk membantu pada kasus yang sulit dibedakan.
Pada awal lesi psoriasis pustular, epidermis biasanya hanya menunjukkan gambaran akantosis yang sedikit. Pada lesi yang persisten dan lebih lama, terdapat gambaran hipeplasia psoriasiform. Netrofil bermigrasi dari pembuluh darah yang berdilatasi pada dermis bagian atas ke dalam epidermis dan akan beragregasi di bawah stratum korneum dan di atas lapisan Malpighian untuk membentuk pustula spongiform Kogoj.
Pemeriksaan laboratorium psoriasis biasanya memberikan hasil yang tidak spesifik, namun pada kasus berat seperti psoriasis pustular generalisata dan eritroderma, dapat ditemukan keseimbangan nitrogen yang negatif ditujukkan oleh penurunan kadar albumin serum.
Pasien psoriasis bisa memiliki perubahan profil lipid yang ditunjukkan dengan peningkatan kadar HDL 15% lebih tinggi, dan rasio kolesterol-trigliserid dengan kadar LDL 19% lebih tinggi dari normal. Konsentrasi apolipoprotein-A1 di plasma juga bisanya 11% lebih tinggi.
Pada sekitar 50% pasien psoriasis, kadar asam urat serum dapat meningkat dan biasanya dihubungkan dengan luasnya lesi dan keaktifan dari penyakit. Terdapat risiko kemungkinan artritis gout, namun kadan asam urat serum biasanya kembali normal setelah mendapatkan terapi.
Pemeriksaan penanda inflamasi dapat meningkat, seperti kadar protein c-reaktif, α2-macroglobulin, dan kadar pengendapan eritrosit. Peningkatan kadar IgA serum dan IgA kompleks imun juga dapat ditemukan, dimana pasien dengan IgA kompleks imun yang meningkat memiliki prognosis yang lebih buruk.
Teknik immunostaining, flouresence-activated cell sorting dari suspensi sel terdisosiasi, dan pemeriksaan gen reseptor sel-T dapat menjadi pemeriksaan yang sangat penting dalam menjelaskan patogenesis psoriasis dan dalam mengategorikan respon dari terapi psoriasis, namun secara umum tidak diperlukan untuk diagnosis maupun tatalaksana psoriasis [3]